Sukses

Stok Gula Nasional Terancam El Nino, Indonesia Butuh Impor?

Gula sebagai komoditas strategis nasional diprediksi akan terdampak El Nino. Tanpa ada langkah antisipatif yang dilakukan, maka ketersediaan gula akan terancam sehingga berpotensi memicu kelangkaan di masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta Kalangan industri makanan dan minuman di Tanah Air siap mencari bahan alternatif pengganti gula untuk mengantisipasi turunnya ketersediaan komoditas tersebut yang diprediksi sebagai dampak El Nino.

Ketua Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPPMI) Adhi S. Lukman mengungkapkan dampak buruk dari El Nino bakal mempengaruhi produktivitas lahan tebu yang menjadi bahan baku dari gula.

Menurut Adhi di Jakarta, Selasa, El Nino pengaruhnya besar sekali terhadap produktivitas tebu yang memiliki masa tanam hingga 10 bulan penanamannya, sehingga hal itu yang harus diantisipasi.

"Oleh sebab itu industri makanan dan minuman akan mencari alternatif untuk mencari stok gula," katanya dikutip dari Antara, Selasa (25/7/2023).

Salah satunya, tambahnya dengan berinovasi mencari alternatif pengganti gula, seperti stevia, sukralosa dan lain sebagainya.

Langkah Antisipatif

Sementara itu pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menjelaskan bahwa perlu dilakukan langkah antisipatif untuk memastikan stok gula dapat tercukupi sehingga kelangkaan salah satu bahan pokok tersebut di masyarakat dapat dicegah.

“Kalau stok hanya sampai pertengahan atau akhir September, mesti segera dilakukan impor gula mentah," katanya.

Namun demikian, menurut dia, Harga Acuan Pembelian Gula (HAP) yang masih berada di level Rp12.500/kg menjadi hambatan bagi industri untuk mengimpor gula mentah karena dengan harga tersebut, industri masih mengalami kerugian sekitar Rp2.000/kg.

Terkait hal itu, lanjut Khudori, untuk mendorong agar industri bersedia melakukan impor dan mencegah shortage gula konsumsi di masyarakat, pemerintah didorong untuk segera menetapkan HAP gula yang adil dan tidak merugikan pelaku impor.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Harga Acuan Pembelian yang Ideal

Pengamat Ekonomi Teuku Riefky mengungkapkan idealnya, HAP gula berkisar Rp15.000-Rp16.000/kg karena hal itu bisa mengimbangi kenaikan harga gula di tingkat global.

"Dengan demikian berpotensi menjaga keseimbangan pasokan akibat mekanisme pasar dengan adanya penyesuaian harga di pasaran,” ujarnya.

Pemerintah juga harus serius dalam menyikapi penetapan HAP gula ini mengingat gula merupakan salah satu komoditas penting yang berpotensi memicu inflasi yang tidak terkendali maupun kekisruhan seperti kasus kelangkaan minyak goreng yang terjadi pada tahun 2022 yang lalu.

“Berkaca dari pengalaman kelangkaan minyak goreng tahun lalu, diperlukan adanya usaha pemerintah untuk menjaga kecukupan stok gula domestik. Potensi kelangkaan gula di dalam negeri memiliki risiko yang relatif tinggi menimbang sudah masuknya tahun politik," pungkas Riefky.

3 dari 4 halaman

Hadang Dampak El Nino, 6 Provinsi Jadi Benteng Pasokan Pangan Indonesia

Prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) puncak El Nino akan terjadi di bulan Agustus-September 2023.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menekankan pentingnya pemetaan wilayah di masing-masing provinsi untuk mengantisipasi dampak El Nino tersebut.

“Semua daerah harus memetakan mana daerah yang merah, kuning dan hijau, untuk daerah yang hijau yang airnya masih lebih dari cukup, harus kita dukung maksimal di situ, untuk daerah kuning, yang airnya cukup, akan kita intervensi melalui irigasi, mekanisasi, varietas unggul, untuk daerah merah, pemerintah daerah dapat mendorong daerah ini menjadi lumbung - lumbung pangan” kata Mentan melansir Antara, Jumat (21/7/2023).

Ancaman El Nino berintensitas lemah hingga moderat sehingga dikhawatirkan akan berdampak kepada ketersediaan air atau kekeringan dan produktivitas pangan.

Untuk mengantisipasi ini, Mentan SYL mengaku telah mempersiapkan 6 provinsi yang akan menjadi penyangga utama pasokan pangan nasional.

“Keenam provinsi tersebut adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dan Lampung. Saya minta Jawa Barat maksimal mendukung dan bersama-sama bekerja dalam menjabarkan perintah Bapak Presiden dalam menghadapi El Nino,” ungkapnya.

Dia menegaskan bahwa mulai dari tingkat kabupaten, provinsi hingga pemerintah pusat harus terlibat maksimal dalam mengantisipasi El Nino.

 

4 dari 4 halaman

Agenda Berjalan Efektif

Semua pihak harus berkomitmen untuk memastikan berbagai agenda dan program berjalan efektif di lapangan.

“Memang tidak boleh PD (Percaya Diri) berlebihan, tapi saya optimistis kita bisa menjaga pangan lebih dari 280 juta jiwa masyarakat Indonesia secara baik, kita bisa bersama-sama melewati ini,” ucapnya.

Adapun terkait dengan berbagai strategi Kementan dalam menghadapi El Nino, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, mengatakan sebagai upaya antisipasi kekeringan yang panjang, Gerakan percepatan tanam (Gertam) di Jawa Barat akan dilaksanakan di setiap kabupaten masing masing minimal 1.000 hektar.

"Jawa Barat sebagai sentra produksi diharapkan mampu menyangga produksi dan berkontribusi secara nasional" jelasnya saat mendampingi Mentan SYL.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini