Sukses

Menatap Masa Depan Kereta Cepat di Indonesia, Bakal Kalahkan Jepang hingga Jerman

Pengalaman China dalam mengembangkan kereta cepat bakal dikejar juga oleh Indonesia melalui operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Liputan6.com, Jakarta Pengalaman China dalam mengembangkan kereta cepat bakal dikejar juga oleh Indonesia melalui operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Sejumlah teknologi canggih dari China pun disebut-sebut diterapkan di berbagai lini KCJB.

Diketahui, China mampu mengembangkan jalur kereta api cepat dari 120 km di 2008 menjadi 42 ribu kilometer di 2022. China juga melayani lebih dari 550 kota di negaranya. Pada tahun 2004, Pemerintah Tiongkok membangun Kereta Api Cepat pertamanya untuk menghubungkan dua kota penting yaitu Beijing - Tianjin.

Pembangunan tersebut berlangsung selama 4 tahun dimana layanan ini disiapkan untuk menyambut perhelatan Olimpiade Beijing 2008. Jarak sejauh 120 km ditempuh hanya dalam waktu 33 menit. Ada 5 Stasiun yang dilayani yaitu Beijing South Railway, Yizhuang, Yongle, Wuqing, dan Tianjin.

Kondisi tersebut serupa dengan yang akan diterapkan pada layanan Kereta Api Cepat Jakarta Bandung yang disiapkan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China. KCJB memiliki panjang rute sejauh 142,3 km. Waktu tempuh antara kedua wilayah tersebut nantinya akan berada pada waktu 36-45 menit saja dan melayani 4 stasiun yaitu Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar.

“Kehadiran teknologi dan transfer knowledge dari negara dengan pengalaman dan perkembangan kereta api cepat di dunia ini sangat berharga bagi kemajuan Indonesia. KCIC bersama seluruh stakeholders akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk mewujudkan kehadiran Kereta Api Cepat pertama di Asia Tenggara,” ujar Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi dalam keterangannya, Selasa (28/2/2023).

Kereta Generasi Terbaru

Di sisi lain, KCJB akan menggunakan kereta generasi terbaru yakni CR400AF yang merupakan pengembangan dari tipe CRH380A oleh CRRC. CR400AF memiliki kecepatan desain hingga 420 km/jam dan kecepatan operasional hingga 350 km/jam. Kecepatannya melebihi kecepatan kereta api cepat buatan Jepang yang mencapai 320 km/jam atau Jerman yang mencapai 330 km/jam.

Tiongkok sendiri menjadi negara yang memiliki jaringan kereta api cepat paling banyak di dunia atau mencapai 2/3 dari keseluruhan jumlah jalur yang ada. Pada tahun 2022, Tiongkok mengoperasikan 42 ribu km jaur kereta api cepat, jauh lebih banyak dari pesaing terdekatnya yaitu Spanyol dan Jepang yang memiliki jalur kereta api cepat sepanjang 3 ribu km.

Jadi Andalan

Dwiyana mengisahkan, kereta api cepat di China kini menjadi andalan masyarakat dimana sejak pertama kali dibuka. Terlihat dari jumlah penumpangnya yang mencapai lebih dari 10 miliar penumpang di tahun 2019. Pada tahun 2021, Kereta Api Cepat di Tiongkok melayani 1,9 miliar penumpang pertahun atau rata-rata 160 juta penumpang per bulan.

Meskipun industri kereta api cepat Tiongkok baru dimulai 2004, namun pengalamannya dalam pembangunan dan pengembangan tidak bisa disepelekan. Pasalnya, Tiongkok adalah negara dengan berbagai iklim dan teknologi mereka bisa menyesuaikan mulai dari wilayah yang paling dingin dengan suhu -40ºC di utara, wilayah panas di daerah selatan, dan wilayah dengan tanah yang sangat keras dan kering di Tibet.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Memperlancar Mobilitas

Di samping itu kehadiran kereta api cepat di Tiongkok, diakui membantu mobilitas warganya terutama mereka yang memiliki urusan pekerjaan di Beijing dan Shanghai. Sebelum adanya kereta api cepat, perjalanan bisnis dari Beijing ke Shanghai dan sebaliknya, bisa mereka tempuh hingga dua hari.

Namun dengan menggunakan kereta api cepat, perjalanan bisnis mereka bisa diselesaikan dalam satu hari kerja saja. Sebab kereta api cepat tersedia setiap 20 menit sekali, mengingat waktu tempuh mereka yang lebih cepat dari kereta konvensional.

"Proyek Kereta Api Cepat Jakarta Bandung adalah salah satu Proyek Strategis Nasional yang merupakan proyek pembangunan Kereta Api Cepat pertama di wilayah Asia Tenggara. Proyek ini juga merupakan proyek penting di mata internasional, karena proyek ini melibatkan dua negara besar yang diwakili oleh BUMN Indonesia dan Tiongkok," urai Dwiyana.

Momentum

Keseriusan pemerintah menggarap KCJB terlihat dari berbagai kesempatan. Sebut saja kunjungan rutin mengenai progres pembangunan megaproyek yang digarap konsorsium BUMN Indonesia dan China itu.

Bahkan, adanya agenda khusus pelaksanaan showcase KCJB pada saat G20 yang langsung disaksikan oleh Presiden RI Joko Widodo dan Presiden RRT Xi Jinping. Tiongkok juga memberikan jaminan transfer teknologi dan knowledge kepada putra putri Indonesia melalui training dan internship sehingga KCIC dapat mengelola dan mengoperasikan KCJB.

Proses transfer teknologi dan knowledge selama periode konstruksi di antaranya pengalihan teknologi slab track dan fasilitas produksi dari kontraktor Tiongkok ke kontraktor lokal. Dari sisi tenaga kerja, keberadaan proyek KCJB juga berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja lokal dalam jumlah besar.

 

3 dari 4 halaman

KRL Feeder KCJB

Kereta Api Bandung Raya akan berubah menjadi Kereta Rel Listrik (KRL) Bandung Raya. Konversi KRD menjadi KRL ini juga masuk sebagai salah satu feeder Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang nantinya akan beroperasi di wilayah Bandung Raya.

Adapun perubahan ini akan direalisasikan pada 2024. Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung, Dadang Darmawan menyebut, kereta api diesel yang saat ini menjadi transportasi publik rute Padalarang - Bandung - Cicalengka ke depan dikonversi menjadi KRL.

Terkait proses konversinya pada 2024 atau tahap pertama diberlakukan untuk Padalarang - Bandung. Dilanjutkan tahap kedua, Bandung - Cicalengka.

"Secara bertahap, feeder yang awalnya kereta disel, akan diganti jadi kereta listrik," kata Dadang usai audiensi bersama Dirjen Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub dikutip Selasa (21/2/2023).

Dadang menjelaskan, konversi KRD menjadi KRL ini juga masuk sebagai salah satu feeder Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang nantinya akan beroperasi di wilayah Bandung Raya.

Dadang juga menyebut, transportasi publik menjadi isu penting dan strategis yang ada di Kota Bandung. Sehingga dengan hadirnya transportasi publik yang memadai, angka kemacetan di Kota Bandung dapat ditekan.

"Pada prinsipnya Pemkot Bandung sangat mendukung dan gembira akan program terkait aksesibilitas masyarakat yang akan berkunjung ke Kota Bandung," ujarnya.

 

4 dari 4 halaman

Jumlah Penumpang Meningkat

Sementara itu, Kasubdit Fasilitas Operasi Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Ferdian Suryo menyebut, konversi KRD menjadi KRL berpotensi meningkatkan jumlah penumpang atau pengguna layanan transportasi publik ini.

Ia berkaca pada keberhasilan konversi kereta Prameks (rute Solo - Yogyakarta), yang meningkatkan jumlah pengguna hingga 100 persen.

Ferdian menjelaskan, 61 kereta (KRD) Padalarang - Bandung - Cicalengka yang saat ini beroperasi bisa mengangkut hingga 45.000 penumpang per harinya.

"Jadi kami juga meminta kolaborasi dengan Pemkot Bandung untuk proses ke depannya," ucap Ferdian.

Selanjutnya, pihak Pemkot Bandung akan berkoordinasi secara teknis dengan Dirjen Perkeretaapian Kemenhub terkait konversi KRD menjadi KRL ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.