Sukses

Harga Minyak Dunia Mendatar karena Tarik Menarik antara AS dengan Rusia

Harga minyak mentah hanya sedikit berubah pada minggu ini. Volume perdagangan yang lebih rendah berkontribusi pada volatilitas.

Liputan6.com, Jakarta - Harga Minyak dunia hanya naik tipis dalam perdagangan yang sangat bergejolak pada Jumat. Jika dihitung secara mingguan, harga minyak berakhir mendatar.

Ada dua sentimen yang mempengaruhi gerak harga minyak dunia pada pekan ini. Pertama adalah prospek ekspor Rusia yang lebih rendah. Kedua meningkatnya persediaan di Amerika Serikat (AS).

Kedua sentimen tersebut memunculkan kekhawatiran atas aktivitas ekonomi global.

Mengutip CNBC, Sabtu (25/2/2023), harga minyak mentah Brent berjangka menetap di USD 83,16 per barel, naik 95 sen, atau 1,2 persen.

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS berjangka (WTI) menetap di USD 76,32 per barel, naik 93 sen atau 1,2 persen.

Sebelumnya, keduanya turun lebih dari USD 1 per barel.

Harga minyak mentah yang menjadi tolak ukur dunia ini hanya sedikit berubah pada minggu ini. Volume perdagangan yang lebih rendah berkontribusi pada volatilitas, dengan perdagangan Brent hanya 58 persen dan perdagangan WTI hanya 90 persen dibanding sesi sebelumnya.

Pada hari peringatan invasi Rusia ke Ukraina, patokan minyak mentah Brent turun 15 persen dari tahun sebelumnya. Di mana saat itu harga minyak dunia mencapai level tertinggi dalam 14 tahun dengan hampir menyentuh USD 128 per barel pada 8 Maret 2022.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rencana Rusia dan Pasokan AS

Kedua tolok ukur harga minyak ini naik sekitar 2 persen di sesi sebelumnya karena rencana Rusia untuk memangkas ekspor minyak dari pelabuhan barat hingga 25 persen di Maret. Angka ini melebihi pengurangan produksi yang diumumkan sebelumnya yaitu sebesar 500 ribu barel per hari.

Tetapi pasar tampaknya kembali tertekan setelah melihat persediaan minyak mentah AS pada level tertinggi sejak Mei 2021, menurut data dari Administrasi Informasi Energi AS.

Indikator pasokan masa depan, rig minyak AS turun tujuh menjadi 600 minggu ini, sementara jumlah total masih naik 103 rig, atau 15,8 persen, dibandingkan waktu ini tahun lalu, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.

Indikasi bahwa produk mentah dan olahan Rusia menumpuk di kapal tanker yang mengapung di laut juga mengisyaratkan peningkatan pasokan.

 

3 dari 3 halaman

Perkiraan JP Morgan

JP Morgan mengatakan dalam sebuah catatan bahwa menurutnya harga jangka pendek lebih cenderung melemah menuju USD 70-an daripada naik karena hambatan pertumbuhan global menguat dan kelebihan persediaan yang diperburuk oleh membanjirnya minyak Rusia.

JP Morgan juga mengatakan mengharapkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memangkas produksi untuk membatasi penurunan harga minyak.

Risalah pertemuan Federal Reserve AS terbaru menunjukkan bahwa mayoritas pejabat tetap hawkish pada inflasi dan kondisi pasar tenaga kerja yang ketat, menandakan pengetatan moneter lebih lanjut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.