Sukses

Genjot Produktivitas Pertanian, Kementan Berhasil Meningkatkan Ekspor Pertanian dan NTP

Dalam satu minggu terakhir saja, Kementrian Pertanian (Kementan) sukses melepas ekspor pisang segar ke China dan nanas kaleng asal Provinsi Lampung ke Spanyol.

Liputan6.com, Jakarta Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia berhasil meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian. Keberhasilan ini disertai dengan melesatnya jumlah ekspor komoditas pertanian ke berbagai negara di Asia, Eropa bahkan Amerika.

Dalam satu minggu terakhir saja, Kementrian Pertanian (Kementan) sukses melepas ekspor pisang segar ke China dan nanas kaleng asal Provinsi Lampung ke Spanyol. Pelepasan ini berlangsung pada Jumat (12/4) malam di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi menjelaskan, ekspor ini merupakan bukti bahwa kerja nyata pemerintah dalam mengakselerasi ekspor komoditas pertanian yang terus membuahkan hasil. Ekspor ini juga salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan neraca perdagangan, mendatangkan devisa negara dan meningkatkan nilai tambah petani.

"Sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, agar ekspor semakin kencang, kami terus mendorong membangun kawasan buah dan sayuran berkualitas untuk genjot ekspor," katanya.

Melansir dari data BPS, volume ekspor nanas pada tahun 2018 mencapai 228.537 ton atau naik 8,80 persen dibandingkan tahun 2017 yang hanya sebesar 210.046 ton. Sedangkan pada tahun 2019, Pemerintah menargetkan ekspor sebesar 30 persen.

"Eksisting ada 65 negara tujuan ekspor. Masing-masing adalah Jepang, Hongkong, Korea, Taiwan, China, Singapore, Malaysia, Brunei, Vietnam, India, Pakistan, Srilanka, Iran, Timur Tengah, Eropa, Amerika, Australia dan lainnya dengan nilai ekspor nanas 2018 sebesar Rp2.77 triliun," katanya.

Sedangkan pada bulan Januari hingga Februari 2019, nilai ekspor buah nanas mencapi 32.053 ton. Menurut Suwandi, angka tersebut merupakan hasil produksi selama tahun 2018, yakni sebesar 1,85 juta ton dengan luas areal 53.800 hektare. Produksi ini naik 0,1 persen jika dibandingkan 2017 yang hanya sebesar 1.84 juta ton.

Tak hanya sebatas ekspor, melalui berbagai program dan upaya distribusi program bantuan secara merata, Kementan juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani yang terukur pada Nilai Tukar Petani (NTP) selama periode 4 tahun terakhir terus meningkat. Bahkan, pemerintah sudah melakukan hilirisasi dan industrialisasi sektor pertanian mendukung visi menjadi lumbung pangan dunia.

Kenyataan ini membuat Indonesia juga berhasil mengekspor berbagai produk pertanian dalam bentuk barang jadi atau makanan olahan pangan.

Sebagai contoh, petani di Sukoharjo, Jawa Tengah, Karjono mengaku senang dan sangat terbantu dengan berbagai bantuan yang disalurkan Kementan. Menurut dia, semua bantuan, termasuk alat dan mesin pertanian sudah beroperasi dan digunakan para petani setiap hari.

"Tentu saja sangat bermanfaat mas, utamanya dalam peningkatan produksi. Kami mengucapkan terimakasih atas bantuan pemerintah," kata Karjono.

Menurut Karjono, ada 5 Desa yang menggunakan alsintan bantuan Kementan. Kelima Desa itu antara lain Wareng dan Galangan. Kata dia, para petani dari 5 desa tersebut sama-sama memiliki hak dalam menggunakan mesin pertanian.

"Terus terang ini sangat bermanfaat sekali bagi kami yang sehari-hari bertani. Selama ini kami tidak pernah mendapat perhatian sebesar ini dari pemerintah. Maka itu, kami sangat senang dan bersyukur," katanya.

Disisi lain, perhatian pemerintah juga ditunjukan dengan masuknya berbagai bantuan bibit dan benih ke pondok pesantren (ponpes) Indonesia. Dalam berbagai kesempatanya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menargetkan 1 juta petani Milenial masuk ke sawah-sawah, kebun-kebun dan kandang-kandang peternak.

Pemerintah juga sukses meningkatkan jumlah produksi beras dalam negeri selama kurun waktu empat tahun terakhir. Hal ini diungkapkan Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog), Budi Waseso. Pria yang akrab disapa Buwas ini bahkan menyampaikan rencana ekspor ke sejumlah negara. Langkah ini dinilai tepat mengingat stok beras nasional masuk dalam kategori cukup. Terlebih, masa panen di sejumlah daerah masih terus berlangsung.

Sementara itu, disadur dari kantor berita Bloomberg, melimpahnya jumlah Beras di gudang Bulog juga membuat wacana ekspor beras ke sejumlah negara di Asia makin menguat. Padahal, sebelumnya, hal ini tidak terjadi dalam kurun 10 tahun terakhir.

Dari Malaysia, lembaga pangan setempat Padiberas Nasional Berhad (Bernas) melalui Kepala Departemen Industri Penelitian dan Analisanya, Salman Muhammad mengaku tertarik menjalin kerjasama perdagangan beras dengan Perum Bulog Indonesia.

Menurut dia, kerjasama ini sebagai upaya jaminan adanya ketersediaan pangan yang berkualitas premium di negara serumpun tersebut. Langkah ini juga dilakukan untuk menjawab rasa percaya pada kualitas beras Indonesia.

"Sudah sejak lama kami mengetahui kualitas beras Bulog yang sangat baik ini. Sehingga kami memandang perlu dilakukan kerjasama lebih serius yang bisa memberikan banyak manfaat dan keuntungan bagi kedua negara," ujar Salman dalam kunjungan kerjanya ke Indonesia beberapa waktu lalu.

Pemerintah dalam hal ini Kementan juga menjanjikan penciptaan ekosistem penjualan hasil pertanian secara online. Dengan demikian produk pertanian bisa terjual cepat tanpa perantara tengkulak. Khususnya bagi anak muda generasi millenial sekarang untuk membangun ekosistemonline. Sehingga bisa tersambungkan dengan petani dan pasar yang offline, dan akan memudahkan petani langsung berhubungan dengan konsumen untuk membeli lewat digital ekonomi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini