Sukses

Debat Capres Kedua, Jokowi: Terima Kasih Petani

Liputan6.com, Jakarta - Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi kerja keras petani jagung untuk memproduksi jagung. Hal ini seiring impor jagung yang menurun.

Dalam paparannya, Jokowi menuturkan, kalau  Indonesia masih impor jagung 3,5 juta ton pada 2014. Kemudian impor jagung ton ini menurun menjadi 180 ribu ton pada 2018.

"Terima kasih kepada petani, jagung 2014 kita masih impor 3,5 jtua ton jagung. 2018, 180 ribu ton jagung, ada produksi 3,3 juta ton yang telah dilakukan petani ini lompatan besar,” ujar Jokowi, Minggu (17/2/2019).

Jokowi menyatakan, pihaknya ingin ketersediaan, stok pangan dan kestabilan terus terjaga. Salah satu dilakukan dengan mendukung infrastruktur di pedesaan. Hal itu agar membantu petani dalam mengelola pertanian.

Jokowi menuturkan, pihaknya menyatakan selama tiga tahun dana desa telah digelontorkan sebanyak Rp 187 triliun. Dari dana desa tersebut telah dibangun jalan-jalan di desa mencapai 191 ribu km. "Jalan yang bermanfaat bagi petani 58 ribu unit irigasi yang dibangun dari dana desa,” kata dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kenaikan Impor Pangan Jadi Bahan Prabowo Lawan Jokowi di Debat Capres

Sebelumnya, impor pangan dikatakan akan menjadi salah satu senjata yang akan digunakan Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto untuk mengkritisi Joko Widodo (Jokowi) sebagai Capres Petahana.

Pengamat Pertanian Dwi Andreas Santosa mengatakan, selama masa pemerintahan Jokowi, impor pangan memang mengalami peningkatan yang signifikan. Salah satunya komoditas beras.

Dia menyebutkan, pada masa pemerintah sebelumnya, rata-rata impor beras sebanyak 0,9 juta ton per tahun. Sementara pada masa Jokowi, rata-rata impor beras sebesar 1,2 juta ton per tahun.

"Impor beras saja, pada masa pemerintahan sebelumnya rata-rata 0,9 juta ton per tahun. Dan pada masa periode sekarang dari 2015-2018 itu 1,2 juta ton per tahun. Kan berarti ada peningkatan impor beras," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu (17/2/2019).

Selain itu, untuk 21 komoditas pangan, juga mengalami kenaikan yang cukup besar. Dalam empat tahun terakhir, untuk 21 komoditas pangan tersebut mengalami kenaikan sebanyak 4 juta ton.‎

"Lalu bagaimana peningkatan pangan keseluruhan? Peningkatan total impor 21 komoditas subsektor tanaman pangan terus mengalami peningkatan. Kalau 2014 18,2 juta ton, di tahun 2018, 22 juta ton. Jadi mengalami peningkatan yang sangat signifikan hampir 4 juta ton selama 4 tahun terakhir," kata dia.

Sementara jika lebih difokuskan pada tujuh komoditas pangan utama, seperti beras, jagung, gandum, kedelai, gula tebu, ubi kayu dan bawang putih, juga mengalami kenaikan hingga 5,6 juta ton.

"Bahkan kalau diperkecil yaitu pangan yang impornya sangat besar di atas 200 ribu ton per tahunnya, itu peningkatannya lebih banyak. Di 2014 itu 21,7 juta ton, di 2018 itu 27,3 juta ton. Meningkat 5,6 juta ton untuk 7 komoditas utama, seperti beras, jagung, gandum, kedelai, gula tebu, ubi kayu dan bawang putih," tandas dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.