Sukses

Kesepakatan Rusia dan Arab Saudi Angkat Harga Minyak

Pada awal 2016, harga minyak jatuh ke level terendah dalam hampir 13 tahun karena membanjirnya produksi.

Liputan6.com, New York - Harga minyak melonjak setelah Rusia dan Arab Saudi sepakat untuk membahas cara-cara menstabilkan pasar minyak. Kesepakatan ini diumumkan para menteri energi kedua negara masing-masing yakni Alexander Novak dan Khalid al-Falih.

Melansir laman BBC, Selasa (6/9/2016), harga minyak mentah Brent awalnya melonjak 5 persen tapi kemudian jatuh dan hanya naik 1,6 persen menjadi US$ 47,56 per barel.

Pada awal 2016, harga minyak jatuh ke level terendah dalam hampir 13 tahun karena membanjirnya produksi dan masih jauh di bawah harga minyak pada dua tahun yang lalu di posisi US$ 110 harga per barel.

Menteri Rusia Novak mengatakan kesepakatan, yang mungkin mencakup upaya untuk membatasi produksi minyak, adalah momen bersejarah antara anggota OPEC, kartel produsen minyak dan non-anggota seperti Rusia.

Dia menambahkan, Rusia bersedia untuk bergabung dengan langkah pembekuan produksi minyak. Perjanjian untuk mendirikan sebuah gugus tugas bersama terkait produksi minyak tersebut diumumkan pada konferensi pers di KTT G20 di kota Hangzhou, China.

Namun, Menteri Arab Saudi al-Falih menilai langkah pembekuan produksi tidak perlu dilakukan sekarang.

"Pembekuan [tingkat produksi] adalah salah satu kemungkinan yang lebih disukai, tapi itu tidak perlu hari ini. Pasar semakin baik dan kami telah melihat bahwa harga mencerminkan hal ini (perbaikan)," kata dia setelah perjanjian kerjasama ini diresmikan.

Meskipun berbeda pandangan mereka, Novak menilai bulan dari paruh kedua tahun ini akan menjadi patokan yang baik untuk membekukan produksi.

Dia menambahkan, Rusia akan menerima kapanpun langkah pembekuan akan dilakukan dan bahwa penting bagi negara-negara lain untuk mendukung usulan tersebut, mungkin termasuk penurunan produksi.

Strategi untuk menjaga harga minyak tinggi dengan membatasi produksi biasanya sering tidak berhasil. Namun, Rusia dan Arab Saudi adalah dua produsen minyak terbesar di dunia.

Para menteri dari kedua negara akan bertemu lagi akhir bulan ini, dan sekali lagi di kedua Oktober dan November.

Perjanjian untuk berbicara tentang kesepakatan, meskipun tak secara detail, disambut dua produsen minyak lainnya.

"Dialog ini menegaskan bahwa produsen minyak utama terus memantau pasar minyak ... untuk membantu mencapai stabilitas," kata Menteri Minyak Kuwait Anas al-Saleh.

Sementara Menteri Energi UEA Suhail al-Mazroui dalam laman Twitternya mengatakan, UEA sebagai anggota aktif dan bertanggung jawab terhadap OPEC akan selalu mendukung setiap upaya bersama yang akan menguntungkan stabilitas pasar," cuit dia. (Nrm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini