Sukses

KCIC Klaim Kereta Cepat Jakarta Bandung Teraman di Dunia

Proyek kereta Cepat Jakarta-Bandung akan dibangun dengan mempertimbangkan kondisi alam.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dikenal sebagai negara yang rawan bencana. Kondisi geografis yang berada di tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik membuat Indonesia sering terjadi gempa bumi. Dengan kenyataan tersebut, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang saat ini sedang membangun proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung bakal menyematkan teknologi paling baru untuk menjaga tingkat keamanan. 

Direktur Utama KCIC, Hanggoro Budi Wiryawan menjelaskan, proyek kereta Cepat Jakarta-Bandung akan dibangun dengan mempertimbangkan kondisi alam dan disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Ia menjelaskan, Jawa Barat memang sering dilanda gempa oleh sebab itu pembangunan rel kereta cepat akan disesuaikan dengan kondisi iklim dan geologi yang rawan gempa.

Menurut Hanggoro, kereta cepat Jakarta-Bandung akan memiliki platform teknologi EMU China dengan kecepatan 350 kilometer (km) per jam. "Namun untuk saat ini tentu disesuaikan dengan jarak tempuh, yang ditargetkan pada tahap komersial awal, 200 km per jam. Sehingga waktu tempuh 140,9 km sekitar 45 menit," tuturnya, Jumat (29/1/2016).

Untuk menjamin keselamatan, kereta cepat mengadopsi system control CTCS-3 yang telah mendapatkan sertifikasi dari Loyd’s dan TUV serta sertifikasi Safety Implementation Level (SIL) 4.

Sementara untuk telekomunikasi menggunakan system GSM-R yang sangat handal dan terpercaya. Saat ini SIL 4 merupakan level tertinggi dalam sertifikasi signaling yang sederajat dengan teknologi signaling dunia, seperti Alstom, Siemens dan Bombardier.

Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan dilengkapi dengan sistem teknologi pencegahan, resiko, dan keamanan. Kereta berkecepatan tinggi ini memiliki kontrol pemeriksaan, pengawasan dan pemeliharaan secara menyeluruh terhadap berbagai fasilitas, antara lain unit kereta, jalur kereta, jembatan, sistem sinyal komunikasi dan jaringan kontak, pemantauan pergerakan roda dengan rel.

"Teknologi ini memiliki fasilitas sistem deteksi dini (early warning system) terhadap bencana, pengujian yang komprehensif terhadap sarana serta prasarana untuk meyakinkan kereta dapat beroperasi aman dan tepat melebihi 99 persen dari standar EMUs," pungkasnya. (Gdn/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini