Cadangan Beras Bulog Tembus 1,16 Juta Ton, Dijamin Cukup

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso memastikan jika stok beras tersebut bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Agu 2021, 11:18 WIB
Dirut Perum Bulog Budi Waseso mengunjungi pergudangan beras Bulog di Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (27/2/2020). . (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Stok beras dalam gudang Bulog mencapai 1,16 juta ton sama sampai dengan per 27 Agustus 2021. Jumlah itu terdiri atas Cadangan Beras Pemerintah (CBP) 1,1 juta ton dan beras komersial 14 ribu ton.

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso memastikan jika stok tersebut bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. 

"Stok tersebut mencukupi kebutuhan pejualan dan tanggap darurat bencana sesuai dengan kebutuhan Perum Bulog," kata dia dalam rapat kerja bersama Komisi IV  DPR di Jakarta, Senin (30/8/2021).

Selain beras, demikian pula cadangan stok pangan lain dalam gudang Bulog masih mencukupi. Seperti stok gula pasir mencapai 10.256 ton dan telur 61 ton, hingga per 27 Agustus 2021. 

Kemudian bahan pangan lain seperti tepung berada mencapai stok 246 ton dan minyak goreng 1.325 kilo liter.

"Di samping itu, Perum Bulog juga mencatat realisasi pengadaan gabah atau beras dalam negeri sampai tanggal 27 Agustus 2021 sebanyak 980 ribu ton," tandasnya.

2 dari 2 halaman

Produksi Pangan Dalam Negeri

Aktivitas petani saat menggiling padi usai dipanen di persawahan kawasan Rorotan, Jakarta, Rabu (29/7/2020). Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan cadangan beras pemerintah (CBP) mencapai 1,4 juta ton beras. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sementara berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi beras nasional dalam 2 tahun terakhir sangat menjanjikan.

Sampai dengan Minggu III Agustus 2021, stok beras 7,60 juta ton yang tersebar di penggilingan 1,52 juta ton, pedagang 708 ribu ton, Bulog 1,16 juta ton, dan lainnya.

Sementara itu, kinerja ekspor pertanian periode Januari – Juli 2021 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mengalami pertumbuhan positif, yakni 8,72 persen (YonY). Dengan total ekspor secara keseluruhan dari Januari hingga Juli 2021 mencapai US$2,24 Miliar.

Di sisi lain, nilai impor Indonesia pada Juli 2021 mencapai US$15,11 miliar atau turun 12,22 persen jika dibandingkan Juni 2021. Secara spesifik, impor produk nonmigas pada Juli 2021 yang mencapai US$13,33 miliar, juga turun sebesar 10,67 persen jika dibandingkan Juni 2021.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan bahwa tugas dan fungsi Kementan selama ini fokus menangani produktivitas dan budidaya. Sementara terkait harga dan stabilisasi pangan ditangani bersama dengan kementerian dan lembaga lain. Namun di samping itu, Kementan juga mendorong hilirisasi produk pertanian  agar memiliki nilai tambah bagi  petani.

"Alhamdulillah kita sudah memenuhi target, dimana produksi beras kita selama kurang lebih 2 tahun terakhir dalam kondisi cukup dan terkendali. Bahkan kita bisa menjaga ketersediaan 11 bahan pokok untuk kebutuhan 270 juta masyarakat Indonesia" ujar Kuntoro, Jumat, 27 Agustus 2021.

Adapun beberapa masalah distribusi pangan yang terjadi saat ini, menurutnya terkait infrastruktur pemasaran dan logistik, dimana produk pertanian bersifat perishable sehingga perlu penanganan khusus. Diperlukan banyak sentuhan berbagai pihak dalam memperbaiki infrastruktur, informasi pasar dan distribusi produk pertanian, selain pemanfaatan teknologi pascapanen.

"Masalah ini sebenarnya butuh dukungan juga dari kementerian dan instansi lain, juga dukungan dari Pemda dan stakeholder yang ada," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya