Pemerintah Diminta Waspadai Kondisi Utang RI

Sepanjang Januari hingga November 2015 utang pemerintah bertambah Rp 466,04 triliun atau naik 17,86 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 30 Des 2015, 15:20 WIB
Dari hasil riset HSBC menyebutkan, Singapura menjadi negara dengan tingkat utang tertinggi, yaitu mencapai 450 persen terhadap PDB.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah diminta mewaspadai kondisi utang nasional. Sebab ada indikasi terjadi kenaikan utang sementara pendapatan pemerintah menurun.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Sri Hartati mencatat sepanjang Januari hingga November 2015 utang pemerintah bertambah Rp 466,04 triliun atau naik 17,86 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Realisasi utang ini membengkak hampir dua kali lipat jika dibandingkan 2014, yang juga lebih tinggi 9,82 persen dari 2013 atau sebesar Rp 233,2 triliun.

"Memang jika dilihat dari rasio PDB kita masih aman‎, di bawah 60 persen, tapi ada indikator yang perlu dicermati di mana utang bertambah tapi penerimaan negara malah turun," kata dia di Jakarta, Rabu (30/12/2015).

Bank Indonesia (BI) mencatat total utang Indonesia baik swasta ataupun pemerintah menembus US$ 303,7 miliar atau mencapai Rp 4.204,7 triliun (kurs 13.845 per dolar AS)‎, berdasarkan data Juli 2015.

Di sisi lain, Enny mengatakan realisasi penerimaan pajak sampai akhir November 2015 baru mencapai 68,2 persen atau sebesar Rp 1.015,6 triliun. Capaian ini sangat jauh merosot jika dibandingkan periode yang sama di 2014 yang mampu mencapai 80,2 persen atau sebesar Rp 1.246,1 triliun.

‎"Seperti rumah tangga saja, ketika utang aman atau tidak, resiko tinggi atau tidak, sederhana. Apakah kita mampu refinancing atau tidak, mampu membayar atau tidak, ukurannya ya bagaimana penerimaan kita‎," papar Enny. (Yas/Nrm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya