BMKG: Wilayah Yogyakarta Rawan Gempa

Masyarakat di DIY harus sadar bahwa mereka tinggal di daerah rawan bencana. Gempa darat ada beberapa titik yang ada di Yogyakarta.

oleh Liputan6 diperbarui 27 Sep 2015, 01:37 WIB
Ilustrasi Gempa Bumi (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Yogyakarta - Ancaman bahaya gempa bumi yang terpusat di darat maupun laut sama, kata Kepala Seksi Observasi Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Bambang Subagyo.

"Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah yang rawan bencana di antaranya gempa. Gempa ada yang terpusat di laut dan di darat, tetapi keduanya memiliki ancaman bahaya yang sama," katanya di Sleman, Yogyakarta, Sabtu 26 September 2015.

Menurut dia, masyarakat di DIY harus sadar bahwa mereka tinggal di daerah rawan bencana. Gempa darat ada beberapa titik yang ada di Yogyakarta.

"Gempa yang terjadi di DIY pada Jumat malam itu aktivitas tektonik terpusat di sebelah barat laut Wonosari, Gunung Kidul. Kedalaman 8 kilometer dengan kekuatan 4,6 skala Richter (SR)," kata Bambang.

Ia mengatakan hal itu bukan karena Gunung Kidul banyak sungai-sungai bawah tanah tetapi memang ada titik-titik potensi aktivitas gempa tektonik.

"Titik aktivitas tektonik tersebut cukup banyak dan kecil-kecil, tetapi yang paling rawan dalam gempa darat itu adalah jalur patahan Sungai Opak-Oya. Kalau patahan Opak-Oya itu sudah jelas," katanya.

Bambang mengimbau masyarakat untuk selalu siap sewaktu-waktu jika terjadi bencana gempa, sebab selama ini belum ada satu pun negara maupun alat yang bisa mendeteksi lebih awal akan ada gempa.

"Potensi terjadinya gempa, tergantung energi yang terkumpul, ketika titiknya sudah tidak kuat menahannya, baru akan dilepaskan dalam bentuk getaran itu," kata dia.

Ia mengatakan, dengan mengetahui bagaimana menyikapinya, bencana gempa bumi sebenarnya tidak berbahaya.

"Saat gempa besar pada 2006, yang terjadi di wilayah selatan DIY. Peristiwa tersebut memang mengakibatkan ribuan korban jiwa, terutama dari Kabupaten Bantul. Namun, saat itu juga ada isu Tsunami. Seharusnya, ada orang yang ditolong karena tertimpa bangunan, tapi malah lari karena ada isu tsunami," kata Bambang.

Salah satu cara yang dapat dilakukan ketika menghadapi bencana ini adalah dengan tidak panik. Kemudian, mencari tempat yang lapang. "Yang berbahaya itu kan ketika tertimpa bangunan," pungkas dia. (Ant/AdovRA)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya