Sukses

Instagram Perkenalkan Broadcast Channels, Fitur Baru Seperti di Telegram

Fitur Broadcast Channels di Instagram adalah alat perpesanan publik satu-ke-banyak di mana kreator bisa mengundang semua pengikutnya dan membagikan pembaruan teks, video, dan foto.

Liputan6.com, Jakarta - Meta memperkenalkan sebuah fitur baru Instagram yang mirip dengan apa yang sebelumnya sudah ada di Telegram, yaitu Broadcast Channels.

Dengan fitur ini, kreator akan bisa mengirimkan pesan dan update mereka ke pengikutnya, yang memilih untuk mengikuti saluran miliknya. Fitur ini persis dengan apa yang ada di Telegram.

Sementara itu, followers tidak akan bisa mengunggah apapun di Channels sang kreator, tetapi dapat memberikan reaksi dengan emoji dalam sebuah unggahan, atau ikut memilih dalam polling atau jajak pendapat.

Dalam keterangan tertulisnya, dikutip Jumat (17/2/2023), fitur Broadcast Channels ini adalah "alat perpesanan publik satu-ke-banyak di mana kreator bisa mengundang semua pengikutnya dan membagikan pembaruan teks, video, dan foto."

"Kreator juga bisa menggunakan voice note untuk membagikan pembaruan terbaru mereka dan momen di balik layar, bahkan membuat jajak pendapat untuk mengumpulkan respon pengguna," tulis Meta.

Mark Zuckerberg, CEO Meta, juga sudah memiliki channel-nya sendiri yang diberi nama Meta Channel 📢 (lengkap dengan emojinya).

Saluran itu akan jadi tempat bagi Zuck membagikan tentang berita dan pembaruan mengenai semua produk dan teknologi yang dikembangkan oleh Meta.

Mengutip The Verge, untuk saat ini, fitur Broadcast Channels baru tersedia di Instagram dan baru bisa dilihat melalui aplikasi Instagram versi mobile. Selain itu, Untuk Messenger dan Facebook baru akan dirilis dalam beberapa bulan mendatang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Baru Digulirkan ke Beberapa Kreator Secara Terbatas

Fitur ini juga masih terus diuji coba, dengan pengujian dilakukan pada beberapa kreator di Amerika Serikat dan secara terbatas.

Kreator yang sudah mendapatkan akses, akan bisa memulai channel-nya dari kotak masuk Instagram. Dia juga bisa menyematkan tautan channel ke profil, untuk memudahkan orang lain bergabung.

Channel juga bisa dibuka ke semua pengikut, tetapi juga bisa dijadikan eksklusif bagi pelanggan berbayar.

Dalam beberapa bulan ke depan, Instagram juga akan menambahkan fitur lain ke Broadcast Channels, seperti kemampuan untuk membawa kreator lain ke channel, mengumpulkan pertanyaan untuk AMA (Ask Me Anything), dan lain-lain.

3 dari 4 halaman

Instagram Tutup Fitur Live Shopping

Sebelumnya, Meta mengumumkan kepada sejumlah pengguna bahwa fitur Live Shopping di Instagram akan ditutup pada 16 Maret 2023.

Setelah ditutup, toko tidak dapat menandai produk mereka selama live streaming sehingga pengguna hanya mengandalkan tautan untuk membeli item.

Mengutip Engadget, Rabu (15/2/2023), Instagram menjelaskan bahwa langkah tersebut dilakukan sebagai cara untuk lebih fokus pada fitur inti.

Putusan ini bahkan dilakukan tepat ketika Instagram menghapus tab belanja dari layar beranda, dan beberapa bulan setelah Facebook menutup Live Shopping dan mengarahkan toko ke Reels.

Pun demikian, aktivitas belanja masih menjadi bagian dari Instagram dalam postingan, Reel, dan Stories, tetapi Meta akan lebih fokus pada fitur inti.

Live shopping pertama kali hadir di Instagram pada tahun 2020, saat banyak orang terpaksa berbelanja online selama pandemi.

 

4 dari 4 halaman

Efisiensi Meta

Keputusan itu tidak mengejutkan, karena Meta sedang mencari cara untuk melakukan efisiensi di tengah ancaman resesi dan investasi metaverse yang tinggi sehingga memengaruhi keuntungan perusahaan.

Belanja berbasis sosial diperkirakan hanya mewakili lima persen dari e-commerce AS pada tahun 2022, menurut Insider Intelligence. Jika itu benar, Meta tidak menghasilkan banyak pembelian dari live shopping.

Meta tidak sendirian dalam berjuang dengan fitur belanja. TikTok menghadirkan live shopping di Amerika Utara pada akhir tahun lalu, tetapi hanya menggunakan teknologi outsourcing.

Sumber Financial Times mengklaim musim panas lalu (Juni-September 2022), TikTok mengurangi rencananya untuk menyerap tenaga kerja di Inggris dan eksodus massal karyawan.

Sederhananya, mungkin tidak banyak audiens yang melakukan belanja sosial seperti yang diharapkan oleh beberapa raksasa teknologi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.