Sukses

Gedung Putih: Perlu Ada Reformasi atas Kekhawatiran Privasi Facebook

Gedung Putih AS memberikan komentar tentang kesaksian mantan karyawan Facebook Frances Haugen. Menurut Sekretaris Pers Gedung Putih, dibutuhkan reformasi atas adanya kekhawatiran privasi terkait Facebook.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah AS melalui Gedung Putih menyebut, diperlukan reformasi mengingat adanya kekhawatiran atas privasi dan kepercayaan terkait Facebook.

Komentar ini diucapkan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki, sehari setelah mantan manajer produk Facebook Frances Haugen bersaksi di depan Kongres.

Francis Haugen bersaksi mengenai Facebook yang melanggengkan misinformasi demi keuntungan.

Selain itu, Haugen juga mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Facebook akan membahayakan kesehatan mental anak serta memicu perpecahan.

Dalam tanggapannya, Jen Psaki menyebut, "Komentar dari mantan karyawan Facebook membuktikan bahwa upaya sektor teknologi untuk mengatur dirinya sendiri tidaklah berhasil."

Menurutnya, pemerintah Biden ingin melihat pengawasan federal yang lebih besar terhadap perusahaan-perusahaan teknologi. Apalagi saat ini perusahaan teknologi mengelola kendali atas ucapan dan retorika kekerasan atau kebencian di platform mereka sendiri.

"Komentar Frances Haugen memvalidasi kekhawatiran signifikan yang telah diucapkan presiden dan anggota parlemen, tentang bagaimana raksasa media sosial beroperasi dan kekuatan yang telah mereka kumpulkan," katanya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Facebook Langgengkan Misinformasi

Sebelumnya, mantan karyawan Facebook bernama Frances Haugen menuding Facebook mengutamakan untung ketimbang kepentingan publik.

"Hal yang saya lihat di Facebook berulang kali adalah ada konflik kepentingan antara apa yang baik untuk publik dan yang baik untuk Facebook. Dan Facebook, lagi-lagi memilih untuk mengoptimalkan kepentingannya, dalam hal ini untuk menghasilkan lebih banyak uang," kata Haugen.

Dalam interview bersama program berita 60 Minutes, Haugen menjelaskan alasannya mau berbicara mengenai masalah internal Facebook. Menurut perempuan 37 tahun ini, dirinya khawatir dengan kebijakan perusahaan yang memprioritaskan keuntungan dibanding keselamatan publik.

"Versi Facebook yang ada saat ini menghancurkan masyarakat kita dan menyebabkan kekerasan etnis di seluruh dunia," katanya.

Haugen menuding Facebook sengaja tidak mengambil langkah yang dibutuhkan untuk men-takedown konspirasi, misinformasi, dan ujaran kebencian. Padahal menurutnya Facebook memiliki tools untuk membasmi konten-konten negatif tersebut.

Terkait perubahan algoritma, Haugen menuding, jika Facebook mengubah algorima lebih aman, orang justru akan menghabiskan sedikit waktu di platformnya, mengklik lebih sedikit iklan, dan penghasilannya lebih sedikit.

Ia juga membahas kebocoran dokumen yang paling merusak, menunjukkan Facebook menyadari kerusakan yang disebabkan oleh Instagram terhadap kesehatan mental remaja.

Dalam sebuah survei, bocoran riset memperkirakan 30 persen remaja putri merasa Instagram telah membuat ketidakpuasan pada tubuh mereka. Namun hal ini justru jadi keuntungan bagi Facebook karena para remaja ini justru makin banyak menghabiskan waktunya di Instagram.

 

 

3 dari 4 halaman

Ingin Ada Peraturan Tegas

Haugen telah dipanggil untuk bersaksi di depan Kongres. Dalam kesaksian tertulis perempuan ini, Facebook telah berulang kali menempatkan keuntungan di atas kepentingan publik.

"Ketika perusahaan tembakau menyembunyikan kerugian yang ditimbulkannya, pemerintah mengambil tindakan. Saya ingin Anda berbuat yang sama di sini (dengan Facebook)," katanya.

Menurutnya, selama Facebook beroperasi dalam kegelapan dan tidak bertanggung jawab, hal ini bertentangan dengan kebaikan bersama.

(Tin/Isk)

4 dari 4 halaman

Infografis Tentang Facebook

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.