Sukses

Rusia Dituding Curi Informasi Lithuania dengan Spyware

Hacker Rusia pertama kali mencoba menginfeksi komputer dengan spyware pada 2015.

Liputan6.com, Jakarta Rusia kembali dituduh terlibat peretasan komputer oleh pemerintah asing. Kali ini giliran Lithuania yang mengklaim Kremlin telah "menanam" spyware di sistem komputer pemerintah.

Kepala Lithuanian Cyber Security Centre, Rimtautas Cerniauskas, dalam sebuah pernyataan kepada Reuters mengatakan bahwa para hacker Rusia pertama kali mencoba menginfeksi komputer pemerintah dengan sypware pada 2015. Namun untuk tahun ini tercatat ada 20 upaya peratasan.

Hal yang paling memprihatinkan adalah spyware baru terdeteksi enam bulan setelah software itu menyusup. Menurut Cerniauskas, spyware digunakan untuk mengirim dokumen dan password ke badan mata-mata Rusia.

Adapun spyware adalah jenis software berbahaya yang dapat melacak aktivitas, baik di komputer atau di internet. Kemudian software itu mengirimkan informasi tersebut kepada orang yang tidak berhak mengetahuinya.

Lebih lanjut, sejauh ini belum diketahui apakah ada dokumen rahasia atau rahasia negara yang dicuri. Namun menurut pihak Lithuania, sejumlah komputer yang terinfeksi digunakan oleh aparat pemerintah dengan posisi menengah ke bawah, yang mengerjakan draft untuk keputusan pemerintah.

Cerniauskas memperingatkan bahwa Rusia telah menjadi ancaman terbesar dalam hal kamanan cyber. Karena itu, semua negara diimbau berhati-hati menyambut gelombang serangan yang mungkin akan diluncurkan oleh kelompok berkaitan dengan Pemerintah Kremlin.

"Rusia sangat bagus dalam area ini. Mereka telah menggunakan perang informasi sejak lama. Ruang cyber adalah bagian dari itu. Mereka memiliki kapasitas, sikap, kemudian mereka tertarik dan akan mendapatkannya. Jadi kita harus bersiap untuk hal itu dan menerapkan penanggulangan," ungkap Cerniauskas

Rusia membantah

Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov, menepis tudingan tersebut. Ia menggambarkan tudingan itu sebagai hal yang "menggelikan".

"Apakah itu (spyware) memiliki cap 'Made in Russia'? Kami jelas membantah omong kosong ini," kata Dmitry.

Ia menambahkan, Rusia sendiri menjadi target hacker, tapi mereka tidak menyalahkan pemerintah asing.

Namun di sisi lain, Rusia pada awal bulan ini menuding badan intelijen asing merencanakan serangan besar terhadap negara tersebut. Beruntung, segala upaya itu berhasil digagalkan.

(Din/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.