Sukses

Investor Sudah Antisipasi Kebijakan The Fed, IHSG Berpeluang Menghijau

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menghijau di tengah sentimen global seperti kebijakan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menghijau di tengah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed). Analis mengatakan, pelaku pasar sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan terjadi satu kali lagi pada tahun ini.

“Kenaikan suku bunga The Fed sudah sesuai dengan prediksi pelaku pasar dan sinyal The Fed mengenai kenaikan suku bunga satu kali lagi pada akhir tahun 2023 setidaknya dapat meredakan pelaku pasar, sehingga masih ada potensi IHSG bisa bergerak menghijau,” kata Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo  kepada Liputan6.com, Minggu (26/3/2023).

Di sisi lain, Azis mengatakan adanya musim pembagian dividen juga bisa menjadi penggerak IHSG. Meski begitu, investor sebaiknya juga mencermati perkembangan kondisi global yang berpotensi mempengaruhi gerak IHSG. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama mengemukakan pendapat serupa.

Dia menambahkan, pasar saat ini lebih tertarik untuk memperhatikan krisis perbankan yang melanda AS. “Sebelumnya ada berita Silicon Valley Bank (SVB) collapse, di sisi lain perekonomian AS juga menuju resesi. Sehingga pemerintah AS akan gelontorkan stimulus. The Fed juga ke depan diharapkan bisa menjadi liquidity provider,” kata Nafan.

Dia menambahkan, kemungkinan jika The Fed menaikkan suku bunga acuan, maka itu akan dilakukan pada Mei sebesar 25 bps. Belum lama ini, The Fed telah menaikkan suku bunga seperempat poin pada Rabu lalu meski negara itu masih berkutat dengan krisis sejumlah bank besar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

IHSG Melambung 1,2 Persen, Transaksi Harian Anjlok Jadi Rp 10,3 Triliun pada 20-24 Maret 2023

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan pada perdagangan 20-24 Maret 2023. Analis menilai, pergerakan IHSG masih dipengaruhi sentimen global terutama dari Amerika Serikat.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (25/3/2023), IHSG melonjak 1,26 persen ke posisi 6.762,25 pada 20-24 Maret 2023 dari pekan lalu di posisi 6.678,23. Kapitalisasi pasar bursa bertambah 1,18 persen menjadi Rp 9.390,84 triliun. Kapitalisasi pasar itu naik Rp 109,55 triliun dari pekan lalu Rp 9.281,29 triliun.

Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian bursa merosot 25,45 persen menjadi 17,26 miliar saham dari pekan lalu 23,15 miliar saham. Rata-rata nilai transaksi harian bursa terpangkas 17,90 persen menjadi Rp 10,33 triliun dari Rp 12,5 triliun pada pekan lalu.

Selain itu, rata-rata frekuensi transaksi harian bursa susut 4,64 persen menjadi 1.224.863 dari 1.284.405 transaksi pada pekan lalu. Investor asing membukukan aksi beli saham Rp 207,1 miliar. Sepanjang 2023, investor mencetak aksi beli saham Rp 3,65 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksanay menuturkan,  selama sepekan, pergerakan IHSG masih lebih besar dipengaruhi oleh sentimen global, yang mana masih menyorot krisis mini likuiditas perbankan AS.

 

3 dari 4 halaman

Sentimen yang Bayangi IHSG

"Namun demikian, informasi terakhir kekhawatiran investor akan hal tersebut sudah mulai mereda seiring adanya stimulus yang akan diberikan,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia mengatakan, selain itu, The Fed juga telah menaikkan FFR sebesar 25bps menjadi 5 persen seperti ekspektasi pasar meskipun sempat menimbulkan kekhawatiran.

Dari dalam negeri sendiri pada akhir pekan ini, menurut Herditya, IHSG didorong oleh sentimen cum date dari beberapa saham emiten perbankan seperti BMRI, BBNI, BBTN dan BBCA yang kemarin bergerak menguat.

“Kami perkirakan, selama sepekan ke depan pergerakan IHSG kami perkirakan masih berpeluang menguat untuk menguji 6.855-6.961 dengan support di 6.587 dan resist 6.824,” ujar dia.

Herditya menuturkan, untuk sentimen diperkirakan masih berada di masalah likuiditas perbankan AS masih akan menjadi sorotan dari investor ditambah kami perkirakan akan dipengaruhi oleh harga komoditas dunia.

 

4 dari 4 halaman

Total Emisi Obligasi

Di sisi lain, obligasi berkelanjutan III Protelindo tahap II tahun 2023 yang diterbitkan oleh PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) mulai dicatatkan di BEI dengan nilai nominal Rp 2,90 triliun.

Hasil pemeringkatan dari PT Fitch Ratings Indonesia untuk obligasi berkelanjutan III Protelindi tahap II Tahun 2023 adalah AAA (idn). Adapun yang bertindak sebagai wali amanat dalam emisi ini yaitu PT Bank Permata Tbk.

Untuk total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang 2023 adalah 20 emisi dari 19 emiten senilai Rp 25,43 triliun.

Dengan pencatatan ini, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 520 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp 450,38 triliun dan USD 47,5 juta, diterbitkan oleh 127 emiten.

“Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 188 seri dengan nilai nominal Rp 5.468 triliun dan USD 452,11 juta. EBA sebanyak 8 emisi senilai Rp 3,27 triliun,” ujar dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagai dalam pe

    Saham

  • The Fed adalah salah satu bank sentral di AS yang tertua dan berdiri sejak tahun 1913 melalui kongres.

    The Fed

  • Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu disebut suku bunga.

    suku bunga

  • Resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang.

    resesi

  • IHSG

  • dividen