Sukses

BNI Kantor Cabang Luar Negeri Salurkan Kredit Setara Rp 25,5 Triliun, Terbesar di Singapura dan New York

BNI melihat harga komoditas tinggi dan ada pelonggaran di beberapa negara partner dagang akan beri peluang pertumbuhan bisnis internasional sehingga berdampak ke kredit.

Liputan6.com, Jakarta - Cabang luar negeri Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menyalurkan kredit senilai USD 1,7 miliar atau setara Rp 25,5 triliun (kurs Rp 14.979,90 per USD) sepanjang 2022. Direktur Corporate & International Banking BNI Silvano Rumantir menuturkan, capaian itu sejalan dengan fokus BNI pada 2022.

Hal itu untuk memperkuat kapabilitas bisnis internasional dalam rangka mendukung ekspansi nasabah ke mancanegara, melayani keuangan masyarakat Indonesia di luar negeri dan juga menangkap peluang bisnis dari foreign direct investment.

"Kalau kita lihat transaksi ekspor-impor BNI di 2022 tumbuh positif hampir 55 persen year-on-year (yoy) dan peningkatan nilai ekspor ini dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas unggulan Indonesia. Antara lain sawit, bahan bakar, mineral, batu bara maupun besi baja," beber Silvano dalam Public Expose Full Year 2022 BNI, Selasa (24/1/2023).

Selain itu, dalam rangka mendukung bisnis UMKM yang berorientasi ekspor, kami juga meluncurkan program pemberdayaan UMKM melalui Xpora yang memberikan pembinaan kepada UMKM agar dapat melakukan ekspor. Sekaligus membantu mencarikan pembeli produk UMKM tersebut oleh diaspora Indonesia di luar negeri.

Volume transaksi remittance pada 2022 juga mengalami peningkatan sebesar 29,1 persen menjadi USD 108 miliar yang terdiri dari volume incoming dan outgoing remittance. “Sementara itu kredit yang disalurkan oleh kantor cabang luar negeri telah mencapai USD 1,7 miliar di 2022 dengan pertumbuhan terbesar di kantor luar negeri Singapura dan New York,” ujar Silvano.

"Kami optimis kontribusi bisnis internasional akan terus ditingkatkan di tahun 2023 ini meskipun kami sadar potensi perlambatan dan dinamika ekonomi global akan terus berlanjut,” imbuh dia.

Optimisme tersebut dilatarbelakangi oleh pertumbuhan ekonomi yang masih resilient dan diproyeksikan tumbuh sebesar 5 persen, sehingga dapat mendukung geliat industri.

Di samping itu, harga komoditas yang masih relatif tinggi dan adanya pelonggaran di beberapa negara partner dagang BNI seperti China dinilai mampu untuk memberikan peluang lebih besar bagi pertumbuhan bisnis internasional ke depan. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Korporasi Blue Chip Jadi Penopang Pertumbuhan Kredit pada 2022

Sebelumnya, Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini memaparkan, pertumbuhan kredit BNI sebesar 10,9 persen YoY melebihi guidance yang ditetapkan perusahaan di awal 2022 yakni di kisaran 7 persen hingga 10 persen.

"Pertumbuhan tersebut dicapai di tengah upaya BNI melakukan transformasi dan fokus membangun portofolio kredit yang sehat melalui ekspansi pada debitur top tier di masing-masing industri dan regional,” kata Novita.

Adapun sektor Business Banking mencatat pertumbuhan 10,3 persen YoY menjadi Rp 532,2 triliun. Pertumbuhan dari segmen tersebut didorong oleh segmen Korporasi Blue Chip yang tumbuh 28,9 persen YoY menjadi Rp 232,7 triliun; segmen Large Commercial meningkat 29,9 persen YoY menjadi Rp 53,1 triliun; segmen kecil terutama Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tumbuh 19,8 persen YoY menjadi Rp 52,7 triliun.

Sementara di sektor Consumer Banking, Kredit Payroll masih menjadi fokus dengan pertumbuhan 20,3 persen YoY menjadi Rp 43,1 triliun, kemudian diikuti oleh Kredit Pemilikan Rumah yang tumbuh 7,9 persen YoY menjadi Rp 53,5 triliun. Sehingga secara keseluruhan, kredit konsumer tumbuh 11,2 persen YoY menjadi Rp 110,1 triliun.

 

 

3 dari 3 halaman

Restrukturisasi Akibat COVID-19 Menurun

BNI juga melihat debitur yang terdampak pandemi terus mengalami pemulihan. Hal ini berdampak positif pada portofolio restrukturisasi kredit akibat Covid-19 yang hingga akhir 2022 tersisa Rp 49,6 triliun, turun 31,2 persen YoY. Rasio Loan At Risk (LaR) ikut membaik menjadi 16 persen, dibandingkan 2021 yang berada di posisi 23,3 persen.

"Tentunya untuk tahun ini, kami menargetkan kualitas aset yang lebih baik lagi. Kami sangat bergembira karena sebagian besar debitur yang terdampak Covid-19 sudah mulai pulih dan bersiap ekspansi,” ujarnya.

BNI mendapat banyak lesson learned mengenai bagaimana meningkatkan efisiensi bisnis dari pandemi. Sepanjang tahun 2022, biaya operasional umum dan admin hampir tidak naik, hanya tumbuh 1 persen. Berbekal efisiensi biaya operasional umum ini, BNI berkesempatan membangun kapabilitas Human Capital dengan menaikkan biaya personalia sebesar 11 persen, atau hampir 2 kali lipat inflasi.

Kenaikan ini terutama di area seperti investasi training pegawai dan remunerasi variabel untuk mendorong kinerja dan semangat pegawai BNI agar memberikan service terbaik kepada nasabah. Meskipun demikian, BNI masih menjaga efisiensi bisnis yang tercermin dari rasio cost-to-income yang sebesar 42,6 persen, membaik 70 bps dibandingkan tahun lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.