Sukses

Meski Ditutup Ribuan Orang Tetap Mendaki Gunung Marapi, Kok Bisa?

Ribuan orang terpantau melakukan pendakian ke puncak Gunung Marapi demi memperingati HUT ke-75 RI.

Liputan6.com, Tanah Datar - Ribuan orang terpantau melakukan pendakian ke puncak Gunung Marapi dalam perayaan HUT ke-75 RI, padahal aktivitas pendakian secara resmi ditutup oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat sejak Desember 2019.

Pantauan Liputan6.com di lapangan, ribuan orang yang mendaki Gunung Marapi pada 16 Agustus 2020 tidak hanya berasal dari Sumbar, namun juga daerah lain seperti Riau dan Sumatera Utara.

Penutupan aktivitas pendakian di gunung setinggi 2.891 meter di atas permukaan laut (MdPL) tersebut, dilakukan untuk pemulihan ekosistem.

"Meski demikian, aktivitas pendakian masih dibuka oleh pengelola, belum ada persamaan persepsi antara kami dengan masyarakat setempat," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sumbar Eka Damayanti, Senin (17/8/2020).

Menurutnya selain untuk pemulihan ekosistem, belum dibukanya kembali aktivitas pendakian secara resmi demi mengantisipasi penyebaran virus Corona.

Aktivitas tersebut, lanjutnya tidak hanya diakomodasi masyarakat atau pengelola setempat saat peringatan HUT kemerdekaan ini saja, namun pada perayaan tahun baru 2020 juga dibuka.

Eka mengakui komunikasi pihaknya dengan pengelola pendakian di Pos Koto Baru Tanah Datar kurang bagus, dan itu akan ditindaklanjuti ke depannya.

"Kami sudah sampaikan, bahwa Marapi ditutup dan belum dibuka secara resmi," ujarnya.

Untuk mencapai puncak Gunung Marapi, terdapat tiga jalur pendakian yang diidentifikasi BKSDA Sumbar. Di antaranya pendakian via Koto Baru, via Aia Angke dan jalur Pariangan.

"Namun yang ramai ini melalui Koto Baru," katanya.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lingkungan Tercemar

Kawasan Gunung Marapi memiliki hutan hujan pegunungan, kemudian juga beberapa jenis burung endemik dan peninggalan sejarah.

Eka tak menampik setiap aktivitas pendakian banyak sampah yang ditinggal para pendaki, sehingga kondisi Gunung Marapi saat ini tercemar oleh sampah terutama sampah plastik.

"Ini diakibatkan tidak adanya edukasi, apalagi adanya ketidaksamaan persepsi dengan masyarakat setempat," ujarnya.

Sementara, Ketua Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi, Teguh Purnomo mengakui aktivitas pendakian masih terjadi apalagi di momen HUT Kemerdekaan Republik Indonesia.

"Kami lihat CCTV cukup banyak sejak empat hari lalu sebelum 17 agustus 2020. Padahal status Marapi waspada level dua," katanya.

Pihaknya telah melakukan imbauan terkait status Gunung Marapi, pada level dua rekomendasi tiga kilometer dari kawah tidak boleh didekati.

"Tapi fakta di lapangan, tetap saja ada yang naik," ia menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.