Sukses

Kuliah S2 di Amerika Serikat Bukan Mimpi Lagi, Begini Caranya

Ada lima hal yang harus dipersiapkan lebih dulu sebelum lanjut kuliah S2 di Amerika Serikat.

Liputan6.com, Yogyakarta - Melanjutkan kuliah S2 di Amerika Serikat menjadi mimpi bagi sebagian besar orang. Sayangnya, tidak semua orang bisa mewujudkan mimpi itu.

"Persoalan cost atau biaya itu seringkali jadi yang terberat, sebab memang biaya pendidikan di Amerika Serikat itu mahal sekali, biaya hidup dan pendidikan bisa mencapai Rp sampai Rp700 juta per tahun," ujar Muhammad Iqbal, Education USA Advisor Kedubes Amerika Serikat, di sela-sela US Graduate Fair 2019 di Yogyakarta, Senin (16/9/2019).

Meskipun demikian, ia menegaskan tidak perlu takut bermimpi untuk melanjutkan kuliah S2 di Amerika Serikat karena bisa ditempuh dengan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Kementerian Keuangan atau Fulbright yang disediakan oleh pemerintah Amerika Serikat.

Iqbal menyebutkan, setidaknya ada lima langkah yang harus dipersiapkan untuk mewujudkan mimpi kuliah S2 dan S3 di Amerika Serikat. Pertama, menggali pilihan. Penggalian informasi dimulai dengan mengetahui minat diri sendiri. 

"Education USA memiliki beberapa advisor atau pembimbing yang membantu calon mahasiswa yang ingin melanjutkan kuliah di Amerika Serikat menentukan pilihannya," ucapnya.

Education USA berada di bawah Departemen Luar Negeri Amerika Serikat memiliki lebih dari 400 internasional advising center yang tersebar di 170 negara. Indonesia memiliki delapan advising center dan sembilan advisor yang bertugas mempromosikan pendidikan di Amerika Serikat secara komprehensif dan tidak berpihak ke satu universitas.

Menurut Iqbal, advisor akan membantu calon mahasiswa untuk mengetahui minat dan kemampuannya. Jadi, calon mahasiswa tidak memilih kampus, melainkan mengetahui kapasitas diri sendiri. Ia juga menyediakan referensi perguruan tinggi di Amerika Serikat sesuai dengan peringkat dan jurusannya yang bisa dilihat di usnews.com.

"Kami memberi gambaran, mencarikan kampus yang sesuai dengan kemampuan mereka yang terukur melalui nilai-nilai yang diperoleh, seperti GRE, TOEFL, IELTS," tuturnya.

Saat ini, jumlah universitas di Amerika Serikat ada 4.700 yang tersebar di 50 negara bagian.

Ia berpendapat, sekalipun bisa masuk dan diterima di universitas Amerika Serikat, belum tentu seseorang bisa bertahan karena sistem pendidikan yang berbeda dengan Indonesia. Iqbal mencontohkan seorang mahasiswa asal Indonesia yang kuliah S2 di Amerika dengan beasiswa LPDP nyaris menyerah karena kesulitan mengikuti sistem pendidikan di sana. Padahal, mahasiswa itu dikenal aktif dan pintar di Indonesia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bisa Pilih Beasiswa

Langkah kedua yang harus dipersiapkan untuk kuliah S2 di Amerika Serikat adalah memastikan pembiayaan.

"Kalau tidak memiliki biaya bisa mengakses beasiswa, LPDP dan Fulbright adalah contoh beasiswa yang mengcover 100 persen biaya pendidikan hidup saat kuliah sana," kata Iqbal.

Ketiga, memulai aplikasi. Pada tahap ini, calon mahasiswa mengumpulkan persyaratan administrative yang ditentukan. Kuliah di Amerika Serikat tidak ada tes, akan tetapi penilaian dan seleksi berdasarkan persyaratan yang harus dikumpulkan.

Iqbal menyebutkan ada lima syarat dasar untuk mendaftar ke perguruan tinggi di Amerika Serikat, antara lain, TOEFL atau IELTS, GRE, esai, dan transkrip. Apabila materi yang dikumpulkan masuk kualifikasi perguruan tinggi itu, secara otomatis calon mahasiswa akan diterima.

Keempat, mengurus visa dilakukan setelah memperoleh kepastian diterima di sebuah universitas di Amerika Serikat.

Kelima, mengikuti pre departure orientation (PDO) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran selama tinggal di Amerika Serikat, termasuk persiapan apa saja yang harus dibawa selama tinggal di sana dan menentukan apartemen atau tempat tinggal.

3 dari 3 halaman

Rentan Gegar Budaya

Iqbal mengungkapkan satu hal yang rentan dialami mahasiswa asal Indonesia yang melanjutkan kuliah ke Amerika Serikat adalah culture shock atau gegar budaya.

"Budaya berbeda, sistem pendidikan berbeda, bahasa berbeda dan ini jadi kendala yang terbesar," ujarnya.

Ia menuturkan, sistem pendidikan di Amerika Serikat membutuhkan pemikiran yang kritis. Hal ini yang tidak biasa mereka dapatkan saat mengeyam pendidikan di Indonesia.

Ia mencontohkan, dalam satu minggu terdapat tiga kelas, setiap kelas mengharuskan membaca jurnal minimal 40 halaman, menulis esai, dan berdiskusi.

"Bayangkan saja jika hal itu dilakukan setiap minggu dan setidaknya ada tiga jurnal yang harus dibaca dan dianalisis setiap minggu," ucapnya.

Oleh karena itu, melanjutkan kuliah di Amerika Serikat membutuhkan ketekunan dan harus berani keluar dari zona nyaman. Saat ini terdapat 9.000 mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Amerika Serikat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.