Sukses

Berburu Menu Buka Puasa Khas Desa di Kampung Duku Purbalingga

Suasana pedesaan benar-benar terasa di pasar Kampung Duku, Purbalingga, yang menjual beragam menu buka puasa khas desa ini

Liputan6.com, Purbalingga - Ngabuburit dan Ramadan, layaknya mendoan dan cabai rawit. Keduanya seolah tak terpisahkan. Ngabuburit pun bermacam, dari sekadar jalan-jalan hingga menikmati sore sembari menunggu waktu berbuka puasa.

Ngabuburit satu ini boleh dicoba. Mencari sore, sembari berburu sajian buka puasa khas desa di Pasar Desa Kampung Duku.

Kampung Duku sebenarnya adalah julukan untuk Desa Kembaran Wetan, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga. Ini memang desa penghasil duku yang cukup populer di Purbalingga.

Selama ini, duku dari Kembaran Wetan lebih dikenal sebagai duku Kalikajar. Kalikajar adalah sebuah desa yang juga sama-sama menghasilkan duku. Letaknya bersebelahan dengan Desa Kembaran Wetan.

Nah, di Desa Kembaran Wetan ini, sejak Minggu, 5 Mei 2019, Pasar Kampung Duku mulai beroperasi di RT 5 Dusun II. Di pasar ini lah, sajian buka puasa khas pedesaan dijajakan.

Pasar ini mulai beroperasi sore hari, tepatnya mulai pukul 15.00 WIB. Makanya, pasar ini pas betul jika menjadi jujugan ngabuburit warga. Jajanan yang dijual pun sesuai dengan menu buka puasa.

Uniknya, pasar ini berlokasi di bawah rumpun bambu. Suasana pedesaan benar-benar terasa di pasar yang menjual menu buka puasa khas desa ini. Angin yang menyelinap dari balik rumpun bambu membuat pengunjung kembali segar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ragam dan Harga Menu Buka Puasa Khas Desa

“Jajanan yang dijual juga menyesuaikan seperti takjilan,” kata Kepala Desa Kembaran Wetan, Sumarno, Senin, 6 Mei 2019.

Ada pula jajanan ringan khas desa, seperti cenil, lupis, combro, nagasari, dawet dan lainnya. Di pasar ini juga tersedia menu buka puasa khas desa, seperti buntil, pecel khas desa, sate ayam, nasi uduk dan banyak lagi jenis lainnya.

Lebih unik lagi, untuk membeli jajanan dan makanan khas desa ini, pengunjung tidak langsung menggunakan mata uang rupiah. Pengelola menyediakan uang kleweng dari tempurung kelapa.

Pengunjung mesti menukarkan uang rupiah dengan uang kleweng tempurung sesuai dengan bujet yang disiapkan. Jika uang yang ditukar tak habis, maka kleweng bisa ditukar kembali dengan uang rupiah.

“Cara ini memang tidak berbeda dengan pasar kuliner wisata di pasar Karetan Kendal, pasar Papringan dan beberapa tempat lain,” ucapnya.

Harga makanan khas pedesaan ini pun sangat murah. Hanya dengan uang Rp 20 ribu, pengunjung bisa memperoleh menu lengkap buka puasa khas desa.

“Boleh dibilang sangat murah. Ibaratnya dengan menukar uang Rp 10 ribu-Rp 20 Ribu sudah dapat membeli jajanan lumayan banyak dan kenyang,” ucap salah satu pengelola pasar Kampung Duku, Sarjono.

Sarjono mengatakan, saat ini ada 20 pedagang yang bergabung dalam pasar Kampung Duku. Selama Ramadan, pasar akan buka tiap hari.

3 dari 3 halaman

Dolanan Tradisional untuk Anak-Anak

Nantinya, setelah lebaran, pasar akan buka sepekan sekali, tiap akhir pekan. Waktunya pun diubah. Jika pada Ramadan pasar buka sore hari, maka usai lebaran Idul Fitri pasar buka pagi hari.

“Setelah lebaran pasar Kampung Duku ini akan buka satu minggu sekali mulai pukul 06.30 hingga sekitar pukul 12 siang,” ucapnya.

Keberadaan Pasar Kampung Duku bisa menjadi alternatif perkonomian warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Pasar ini diharapkan juga mempopulerkan Kembaran Wetan sebagai pusat kuliner khas desa.

Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata (Dinporapar) Purbalingga, Prayitno mengapresiasi mulai beroperasinya pasar Kampung Duku ini. Dia pun yakin, dengan pengelolaan yang baik, pasar ini akan berkembang pesat.

Menurut dia, pasar ini merupakan model pasar digital atau destinasi digital yang tengah digalakkan Kementerian Pariwisata. Model promosinya mengandalkan media digital.

“Di pasar ini ada sejumlah spot selfie yang instagramable dan instagenic bisa digunakan pengunjung untuk diabadikan dan tentunya diunggah di media sosialnya,” ucap Prayitno.

Dia menerangkan, cara untuk menarik pengunjung pun sudah tepat. Setiap hari pasaran usai lebaran, akan disuguhkan seni tradisi seperti calung, thek-thek dan gamelan.

“Pengunjung selain menikmati makanan khas ndeso dibawah rindangnya pohon bambu, juga bisa menikmati seni tradisi Jawa,” dia menjelaskan.

Bagi pengunjung anak-anak, bakal disiapkan pula dolanan bocah tempo dulu, seperti egrang, benthik, sunda manda dan permainan anak desa lainnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.