Sukses

Virus Mirip HIV/AIDS Picu Kematian Sapi-Sapi di Kampung Zumi Zola

Sekitar dua bulan sebelumnya, virus yang sama juga menggegerkan warga Kabupaten Muarojambi di Provinsi Jambi.

Liputan6.com, Jambi - Hampir satu bulan terakhir, sebagian warga Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Provinsi Jambi geger akibat kematian mendadak belasan sapi di daerah itu. Kematian sapi itu silih berganti hanya berselang hari. Sebagian besar adalah milik warga Kelurahan Tanjung Solok, Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjabtim.

Kabupaten Tanjabtim adalah kampung keluarga besar Gubernur Jambi, Zumi Zola. Sebelum menjabat gubernur, Zola sebelumnya adalah Bupati Tanjabtim. Kakek dari bapak Zumi Zola dikenal sebagai salah satu saudagar atau pedagang kaya di daerah pesisir timur Jambi itu.

Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Tanjabtim, Rajito mengatakan, dari hasil uji laboratorium, kematian mendadak belasan sapi itu disebabkan oleh virus jembrana. Virus ini dikenal mudah menular dan teridentifikasi virus mirip HIV/AIDS.

"Kita ambil sampel sapi yang mati dan dikirim ke Balai Veteriner di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Hasilnya positif virus jembrana," ujar Rajito saat dihubungi, Kamis, 16 November 2017.

Ia menjelaskan, agar virus tersebut tidak menyebar, pihaknya sudah melindungi sapi-sapi di Kecamatan Kuala Jambi. Salah satunya dengan memberikan vitamin khusus. "Sudah ada 123 ekor sapi kita beri vitamin," sebut Rajito.

Ia menceritakan, dari keterangan beberapa warga setempat, wabah virus jembrana bermula saat seorang warga Kelurahan Tanjung Solok bernama Purwa membeli seekor sapi bali dari daerah Kebun Kolim, Tangkit, Kabupaten Muarojambi. Sapi yang dibeli itu baru berumur tujuh bulan. Tak lama kemudian sapi tersebut mati, tepatnya pada 15 Oktober 2017.

Tak sampai sepekan kemudian, disusul kematian sapi milik Purwo lainnya. Setelah itu berturut-turut sapi milik warga lainnya bergantian mati. "Usai menerima laporan kami (Dinas Peternakan) langsung turun dan mengambil isi perut sapi yang mati untuk sampel," ujar Rajito.

Virus jembrana, kata Rajito, memang mudah menular. Prosesnya ditularkan oleh binatang penghisap darah seperti lalat atau nyamuk. Namun, virus ini hanya menular pada hewan, tidak pada manusia.

Ia mengakui, virus jembrana sebelumnya juga sudah menyebar di daerah lain di Jambi, seperti Kabupaten Muarojambi, Tebo, Bungo dan Sarolangun. Bahkan pada Agustus 2017 lalu, warga Kabupaten Muarojambi digegerkan akan kematian 500 ekor lebih sapi akibat terjangkit virus jembrana.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berasal dari Bali

Dokter hewan dari Dinas Peternakan Kabupaten Muarojambi, drh. Rikianto mengatakan, virus jembrana pada sapi bali berasal dari virus retroviridae, sub-famili lentivirinae.

Virus ini merupakan virus baru dan satu kelompok dengan virus HIV pada manusia. Penularan virus ini pada sapi bali biasanya melalui gigitan lalat yang menghisap darah.

Dokter Riki menjelaskan, virus ini awalnya berasal dari Kabupaten Jembrana, Bali sekitar 1964. Sapi-sapi di daerah ini tiba-tiba terjangkit penyakit dengan gejala tertentu hingga kemudian dinamakan penyakit jembrana.

Setelah itu, penyakit ini kemudian menyebar ke beberapa daerah lain di Indonesia, seperti Jawa, Kalimantan dan Sumatera.

Beberapa tips dalam mencegah virus jembrana ini adalah mengkarantina selama beberapa hari antara sapi yang baru datang dari daerah atau lingkungan baru dengan sapi lama. Selanjutnya, mengisolasi sapi yang sedang sakit, memvaksinasi rutin, memberikan makanan dan vitamin yang cukup. Terakhir adalah menjaga kebersihan kandang dengan penyemprotan cairan khusus serangga agar lalat tidak bersarang di kandang sapi.

Jika sapi sudah positif terkena virus jembrana, upaya penyembuhannya adalah dengan memberikan vaksin inaktif yang berfungsi untuk mengurangi gejala dari penyakit jembrana tersebut.

Setelah itu, sapi biasanya akan sembuh setelah melewati masa klinis sekitar lima minggu setelah infeksi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.