Sukses

Menengok Waduk Cacaban, Warisan Bung Karno di Tegal

Waduk tersebut bukan waduk sembarangan, melainkan warisan Presiden Pertama Indonesia, Soekarno.

Di pelosok Tegal, Jawa Tengah, ternyata terdapat sebuah objek wisata yang bernama Waduk Cacaban. Letaknya jauh, 25 km mengarah selatan dari jalur Pantura. Waduk tersebut bukan waduk sembarangan, melainkan warisan Presiden Pertama Indonesia, Soekarno.

Kelahiran waduk tersebut memang berawal dari gagasan pemerintah kolonial Belanda, sekitar 1914, tapi tidak direalisasikan. Kemudian, pada 1930 kembali ada rencana untuk membangun sebuah waduk, walau pada akhirnya kembali menemui jalan buntu. Barulah setelah Indonesia merdeka dan dipimpin Bung Karno, pengerjaan waduk terealisasi.

"Pembangunan fisiknya itu dimulai pada 1952, yang peletakan batu pertamanya itu dilakukan oleh Insiyur Soekarno, tepatnya pada 16 September 1952," kata Staf Objek Wisata Waduk Cacaban Mukhidin kepada Liputan6.com, Kamis (8/8/2013).

Pembangunan waduk seluas 928,24 hektar yang mampu menampung 63 juta meter kubik air itu memakan waktu 6 tahun. Pengerjaannya selesai tepat pada 19 Mei 1958. Bung Karno pun hendak mendatangi peresmian Waduk Cacaban, tapi karena ada kegiatan mendesak lainnya, peresmian dilakukan oleh bawahannya, Mr Sartono.

Secara geografis, Waduk Cacaban melingkupi 3 kecamatan, yakni Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Jatinegara, dan Kecamatan Pangkah. Dari 3 kecamatan itu, meliputi 11 desa yang jumlah penduduknya lebih dari 5 ribu orang.

"Ada Desa Penujah, Karanganyar, Tonggara, Karangmalang, Jatinegara, Dukuhbangsa, Lebakwangi, Capar, Padasari, Wotgalih, dan Dermasuci. Semuanya bergantung pada Cacaban. Kalau tidak ada waduk ini, kerendem semuanya," ungkap Mukhidin.

Selama puluhan tahun beroperasi, Waduk Cacaban sudah menjadi bagian penting yang dibutuhkan masyarakat dari 3 kecamatan itu, baik pemelihaaan sebagai sumber air untuk irigasi dan juga sebagai tempat wisata.

"Potensi dari Waduk Cacaban sangat besar untuk dikembangkan menjadi wisata air maupun wisata alam," tutur pria yang memakai kemeja batik biru tersebut.

Mukhidin mengatakan, pengunjung yang datang ke Cacaban biasanya ingin menikmati 3 hal. Pertama, mereka ingin menikmati pemandangan waduk yang indah dan terhampar luas. Kedua, memancing ikan air tawar dengan menggunakan perahu sewaan. Terakhir, mendekatkan diri kepada alam dengan berkemah di sekitar Waduk Cacaban.

Terhalang Masalah Dana

Meski peninggalan Bung Karno, animo pengunjung Waduk Cacaban kurang terasa. Sebab, akses jalan menuju objek wisata kurang baik. Aspal jalanan terkikis, ada pula bagian jalan yang bergelombang.

Selain itu, dari gerbang kedatangan, harus menyebrangi sebuah jembatan yang hanya muat untuk 1 mobil. Dulunya, jembatan itu bekas rel kereta dari pemerintahan kolonial Belanda.

"Itu memang jembatannya akan kami perluas. Tapi jalanan memang harus tunggu dulu (perbaikannya). Dana dari Pemda tidak cukup," tutur Mukhidin.

Masalah dana memang menjadi masalah utama untuk memajukan suatu objek wisata. Dalam 1 tahun, Pemda Jawa Tengah, memberikan dana Rp 600 juta untuk pemeliharaan objek wisata. Dana demikian, dirasa belum cukup untuk revitalisasi jalan apalagi objek vital waduk tersebut.

Mukhidin memaparkan, pihaknya saat ini sedang sibuk mengurusi pergantian pintu waduk yang rusak. Kerusakan terjadi karena hutan-hutan di sekitar waduk banyak mengalami kegundulan, akibat dirusak oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.

Alhasil, lanjut Mukhidin, ketika hujan turun, longsor terjadi. Lumpur dan ranting-ranting yang patah, akan masuk ke waduk. Sampah dan lumpur itu pun menutup pintu air waduk dan merusaknya. Dana yang perlu dikeluarkan untuk mengganti pintu tersebut tidak murah.

"Ini penggantian pintu air yang ke-2. Terakhir diganti pada 1996, pakai pintu Italia. Kalau sekarang, terbentur dana, jadinya akan diganti pintu buatan Cina," tuturnya.

Targetkan 600 Pengunjung

Dapat dana dari Pemda Jawa Tengah, bukan berarti tidak ada target yang harus dicapai. Mukhidin menjelaskan, Waduk Cacaban harus memenuhi target didatangi 600 pengunjung selama Lebaran dan arus balik.

"Kami optimis bisa memenuhi target. Biasanya puncak pengunjung pada H+2," Imbuh Mukhidin.

Untuk menikmati keindahan objek wisata Waduk Cacaban, biaya yang dikeluarkan tidaklah besar. "Untuk dewasa biayanya Rp 3.500, kalau anak-anak Rp 3 ribu. Itu sudah termasuk asuransi," tandas Mukhidin. (Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.