Sukses

Laporan dari Turki: Apa Kabar Suriah Pasca-Gempa?

Distribusi logistik gempa saat ini terfokus di beberapa Provinsi di Turki. Sulitnya menjangkau wilayah "tak bertuan" di Suriah yang dilanda gempa berdampak pada kendala penyaluran distribusi kebutuhan selama mengungsi.

Liputan6.com, Jakarta Gempa magnitudo 7,7 yang terjadi pada Senin, 6 Februari 2023, dini hari waktu setempat, tidak hanya berdampak di Turki. Wilayah utara Suriah yang berbatasan langsung dengan kawasan terdampak di Turki pun ikut mengalami dampak lindu besar tersebut. Kendala muncul, kawasan terdampak berasa di zona konflik pemerintah dan masyarakat. Lantas, apa kabar Suriah?

Distribusi logistik gempa saat ini terfokus di beberapa Provinsi di Turki. Sulitnya menjangkau wilayah "tak bertuan" di Suriah yang dilanda gempa berdampak pada kendala penyaluran distribusi kebutuhan selama mengungsi.

Duta Besar Indonesia di Ankara, Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, bahwa pihaknya tidak tinggal diam mencari cara agar warga Suriah terdampak gempa dapat mengakses bantuan.

Iqbal mengatakan, dirinya sudah berkomunikasi dengan beberapa pihak dan atas nama kemanusiaan agar dapat mengirimkan kebutuhan korban terdampak gempa.

"Sudah lakukan komunikasi dengan World Food Program, AFAD, tentang kemungkinan teman-teman (NGO) yang sudah mengumpulkan (logistik). Tetapi barang itu sudah tidak terlalu dibutuhkan di Turki agar bisa dilempar ke Suriah," jelas Iqbal.

Hal tersebut disampaikan Iqbal saat menerima kunjungan relawan kemanusiaan Bulan Sabit Merah (BSMI) di Kantor KBRI di Ankara, Jalan Sukarno, Kamis, 2 Februari 2023.

Iqbal menambahkan, selama ini relawan yang masuk ke Suriah hanya beberapa organisasi kemanusiaan yang terdaftar di Turki maupun Suriah, misalnya AFAD, IHH yang memiliki sayap organisasi kemanusiaan, ataupun Turk Kizilay.

"Jadi kita persilakan teman-taman bisa bermitra dengan salah satunya untuk masuk. Karena mungkin teman-teman di Suriah sangat membutuhkan dan relatif standarnya beda dengan Turki. Jadi yang di Turki sudah tidak membutuhkan, di sana mungkin masih bisa membutuhkan," Iqbal menjelaskan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dokter Spesialis Disiapkan Bantu Korban Gempa Turki

Sementara itu, Sekjen BSMI Muhamad Rudi mengatakan, pihaknya menyiapkan beberapa dokter spesialis yang siap membantu para korban gempa.

Berdasarkan koordinasi dengan Alliance International Doctor (AID) di Istanbul, Turki bahwa ada kemungkinan untuk dapat membantu warga Suriah korban gempa di zona 30 kilometer dari perbatasan di Suriah yang diakui oleh Turki.

"AID memiliki tiga klinik yang beroperasi di Idlib dan menerima relawan media untuk ditempatkan di sana," Kata Rudi di tempat yang sama.

Rudi berharap pemerintah memberikan izin BSMI untuk dapat mengirimkan relawan medisnya yang terdiri dari berbagai dokter spesialis ke kawasan Suriah yang tengah dirundung bencana dan konflik. 

3 dari 4 halaman

Laporan dari Turki: Kehangatan di Tengah Suhu Minus 2 Derajat

Pertengahan Februari 2023, Turki masih diselimuti suhu dingin dan duka mendalam. Senin 6 Februari 2023 dini hari waktu setempat, lindu besar magnitudo 7,7 mengguncang Turki. Pemerintah setempat mencatat, jumlah korban tewas gempa Turki mencapai 50-an ribu jiwa dan berasal dari 10 provinsi terdampak. Kendati demikian, suasana hangat masih terasa di tengah duka yang menyelimuti. Dan... saya menjadi saksinya.

Bus yang saya tumpangi dari terminal Hatay tiba di Terminal Karahmanmaras sekitar pukul 19.00 waktu setempat, Minggu 19 Februari. Waktu tempuh bus dari Hatay menuju Karahmanmaras adalah lima jam perjalanan dengan berhenti di beberapa terminal untuk menaikan dan menurunkan penumpang. Bus adalah salah satu moda transportasi andalan masyarakat setempat baik dalam kota maupun antarprovinsi.

Saya ke Karahmanmaras bersama relawan kemanusiaan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI); Muhamad Rudi (Sekjen) dan Hafidz Muftisany (Humas), juga Muhammad Dilvan Hadir, mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas Karabuk. Dilvan membantu menerjemahkan percakapan kami dengan warga-warga Turki yang kami temui.

Relawan BSMI menyalurkan donasi dari para donatur yang terkumpul. Penyaluran donasi dibagi ke dalam tiga tahap; logistik untuk warga korban gempa selama di pengungsian, kebutuhan medis, serta kebutuhan anak dan lansia.  

Selama lima jam perjalanan kami bertemu dengan banyak warga lokal. Senyum dan salam selalu terucap dari setiap warga yang berpapasan atau duduk bersebelahan. Kami bertemu dengan seorang tentara angkatan Darat, Beyazid (28). Kala itu dia lepas dinas dan hendak ke kampungnya di Maras, Karahmanmaras.

Karahmanmaras adalah salah satu provinsi terdampak parah gempa Turki selain Provinsi Hatay. Beyezid adalah satu korban, "Tidak ada korban jiwa, orangtua saya selamat," kata Bayezid kepada Dilvan di dalam bus yang kami tumpangi.

 

4 dari 4 halaman

'Berkemah' di Terminal

Jam menunjukan pukul 20.00 waktu setempat. Relawan BSMI menunggu mitra belanja logistik di kota terdekat, Adana. Waktu tempuh Adana-Maras adalah tiga jam perjalanan. Karena pusat belanja sudah tutup, kami yang menitipkan donasi ke mitra lokal untuk belanja logistik akhirnya memutuskan menunggu semalam di terminal Karahmanmaras.

Terminal di sini masih lebih baik ketimbang Terminal Hatay yang rusak berat karena gempa. Loket pembelian tiket, kantin, dan aktivitas lainnya dilakukan di luar gedung. Tapi di Karahmanmaras, jual beli tiket masih dilakukan di dalam gedung. Kantin, kamar mandi masih berfungsi. Hanya mushola yang tidak dapat digunakan. Meski demikian warga masih menyempatkan salat di tempat-tempat yang bisa digunakan untuk salat.

Ada hal unik ketika kami bermalam di terminal. Penjaga kantin menyodorkan teh hangat kepada kami. Biasanya satu gelas teh dihargai tiga Lira. Namun dia menolak untuk dibayar.

Suhu di luar terminal mencapai minus dua derajat celcius berdasarkan perhitungan suhu di telepon genggam saya. Dingin menyesap ke dalam gedung terminal. Tapi tidak sedingin di luar sana. Beberapa warga yang menunggu bus pagi tampak terlihat berkumpul dan mengelilingi api unggun. Membakar kardus, kayu, plastik, apapun sampah yang bisa menjadi penghangat kala itu.

Kami tidak saling kenal, tapi kehangatan terasa kala kami saling bantu satu per satu mencari sampah yang dapat dibakar. Pendar lampu-lampu rumah di perbukitan Karahmanmaras ikut menghangatkan suasana dini hari. Wilayah ini memang dikelilingi bukit, sebagian wilayah Karahmanmaras selamat dari guncangan gempa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.