Sukses

Ketua KPK: Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim Adalah Solusi Pemberantasan Korupsi

Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan, bercermin dari keluarga Nabi Ibrahim dan Idul Adha, hari kurban seyogianya dijadikan momentum untuk melempar jauh perilaku koruptif.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Komjen Pol Firli Bahuri meminta masyarakat Indonesia meneladani kisah Nabi Ibrahim dan Rasulllah dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. Menurut Firli, banyak hikmah dan nilai kehidupan yang bisa dipetik dari kisah Nabi Ibrahim dalam Idul Adha ini.

"Tidak sedikit hikmah serta nilai-nilai kehidupan yang dapat kita petik dari makna dan esensi Idul Adha, hari raya kurban, salah satunya dari sejarah kisah Nabi Ibrahim dan Istrinya Siti Hajar dan buah hati mereka, Ismail," ujar Ketua KPK Firli Bahuri dalam keterangannya, Selasa (20/7/2021).

Firli menyebut, kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail merupakan kisah dari 25 nabi yang kerap dia dengar semasa kecil. Kisah tersebut bagaikan dongeng penghantar tidur yang kerap diceritakan oleh kedua orangtuanya.

Menurut Firli, kisah keluarga Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail yang menjadi asal muasal ibadah Haji, Idul Adha, dan penyembelihan hewan kurban banyak memberikan teladan bagi manusia tentang makna sebuah pengorbanan, kepatuhan, keikhlasan, keberanian, dan tekad kuat sebagai wujud kecintaan utuh kepada Allah SWT.

"Tidak berlebihan jika kami menilai esensi, makna serta nilai-nilai kehidupan dari teladan dan yang diberikan keluarga Nabi Ibrahim, adalah solusi dari permasalahan besar bangsa kita, yaitu laten korupsi serta perilaku koruptif yang masih berurat akar di republik ini," kata dia.

Menurut Firli, negeri ini membutuhkan anak bangsa yang memiliki keberanian luar biasa layaknya Nabi Ismail, kerelaan dan keikhlasan hati seperti Siti Hajar, keteguhan hati serta jiwa seorang ayah dari Nabi Ibrahim dalam perang melawan korupsi di negeri ini.

"Bercermin dari keluarga Nabi Ibrahim dan Idul Adha, hari kurban, hal ini seyogianya kita jadikan momentum untuk melempar jauh perilaku koruptif, menyembelih sifat serta tabiat tamak layaknya seekor binatang yang sejatinya ada namun terpendam dalam diri setiap manusia," kata dia.

"Tabiat tamak manusia pada hakikatnya adalah wujud nyata ketidakmampuan kita mengontrol dan mengendalikan hasrat serta hawa nafsu sehingga menjadi rakus layaknya seekor tikus, tidak pernah puas, selalu merasa kurang dengan apa yang telah dimiliki," Ketua KPK menambahkan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cerita Rasulullah Enggan Salati Jasad Pelaku Penggelapan Harta

Firli mengutip perspektif sejarah Islam. Dalam sebuah riwayat hadis menyebut bahwa Rasulullah Muhammad SAW enggan menyalati jenazah seseorang yang melakukan penggelapan harta.

"Alasan Nabi Muhammad SAW enggan menyalati jenazah tersebut karena telah menggelapkan harta yang bukan menjadi haknya. Meskipun demikian, Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk menyalati jenazah almarhum sebelum dikebumikan," kata Firli.

Kata Firli, Ibnu Abdil Barr dalam al-Tamhid menyatakan terdapat tujuan dalam kebijakan yang diambil oleh Rasulullah yang enggan menyalati jenazah penggelap harta orang lain, yaitu memberi hukum jera bagi orang-orang yang masih hidup agar tidak melakukan perbuatan serupa.

"Setelah ditelusuri, ternyata sahabat yang gugur tersebut masih menyimpan manik-manik hasil rampasan perang yang belum dibagikan, yang nilainya sekitar dua dirham. Hanya karena menggelapkan ghanimah (rampasan perang) senilai dua dirham, Nabi SAW menunjukkan ekspresi kebencian yang terang. Bagaimana dengan yang korupsi lebih besar dari itu?," kata Firli.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.