Sukses

Ridwan Kamil Beri Nama Bayi di Pengungsian Tsunami Selat Sunda

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berharap, saat besar nanti, bayi pengungsi tsunami, Zaidan bisa bertemu dengannya di Bandung.

Liputan6.com, Pandeglang - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan nama ke bayi pengungsi tsunami Selat Sunda, di Kabupaten Pandeglang, Banten. Bayi yang bernama Zaidan Kamil Galaputra itu lahir usai tsunami menghantam pesisir Banten, pada Sabtu 22 Desember 2018.

"Tadi ibu yang anaknya minta dinamai. Dalam hitungan dua menit, gabungan nama yang saya pilih, gabungan nama ayahnya, jadi namanya," kata Ridwan Kamil saat ditemui di posko pengungsian tsunami di SDN Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (27/12/2018).

Gubernur Jawa Barat ini berharap, saat besar nanti, Zaidan bisa bertemu dengannya di Bandung. "Saya bilang kalau sudh besar mampir ke Bandung. (Saya) doakan jadi umaro, jadi pemimpin," terang dia.

Saat mengunjungi lokasi pengungsian korban tsunami, pria yang kerap disapa Kang Emil ini banyak mendapatkan permintaan bantuan peralatan mandi, cuci dan kakus (MCK).

"Banyak yang mau membantu ya. Kuncinya komando. Yang meminta untuk membantu banyak sekali. Yang penting warga Banten cepat pulih kembali," ujar Emil.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BMKG Pasang Seismograf

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengepung Gunung Anak Krakatau dengan enam alat pengukur gempa atau seismograf untuk mendeteksi tsunami susulan. Enam alat yang dioperasikan itu tiga di antaranya berada di wilayah Banten dan sisanya di Lampung.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono menyatakan seismograf itu dikerahkan untuk memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau yang masih cukup signifikan dan berpotensi bisa timbulkan longsor.

"Karena itu dengan seismograf yang dimiliki BMKG, dengan mengepung Gunung Anak Krakatau, diharapkan bisa mencatat kalau satu sensor mencatat itu setelah diatur dia akan mengeluarkan alarm," ujar Rahmat di Kantor BMKG, Jakarta, Selasa (25/12/2018) malam.

Apalagi jika minimal tiga seismograf tersebut mendeteksi getaran yang sama, maka BMKG segera menganalisa dan mencari sumber getaran. Sehingga dapat ditentukan titik mana yang berpotensi longsor akibat getaran tersebut.

Rahmat mengatakan pihaknya akan segera memberi peringatan dini tsunami bila seismograf mencatat getaran mencapai 3,4 sampai 3,5 magnitudo. Hal itu mengacu pada tinggi getaran yang memicu tsunami pada Sabtu 22 Desember malam lalu yang diperkirakan setara dengan kekuatan 3,4 magnitudo. Setelah dirasa aman sampai sekitar satu jam, peringatan dini tersebut akan dicabut.

Meski peringatan dini dikeluarkan, Rahmat tidak bisa memastikan tsunami akan terjadi. Apalagi banyak faktor yang menjadi pemicu terjadinya tsunami. Selain getaran, cuaca buruk juga dapat menyebabkan tebing kawah longsor dan memicu gelombang tinggi yang menyapu daratan seperti akhir pekan kemarin.

"Kami berharap tidak menimbulkan kepanikan baru. Lebih baik kita berikan warning, syukur-syukur tidak terjadi tsunami. Kalau satu jam tidak ada tanda-tanda tsunami kami sampaikan bahwa warning tsunami dinyatakan berakhir," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.