Sukses

Dipakai Lisa BLACKPINK Saat Pulang Kampung, Sarung Thailand Seharga Rp1,2 Juta Ludes Terjual

Liputan6.com, Jakarta - Pengaruh Lisa BLACKPINK terhadap berbagai aspek tercatat signifikan. Dalam momen pulang kampung ke Thailand, gaya sederhananya saat berkunjung ke kota tua Ayutthaya ternyata bisa berdampak pada penjualan sarung Thailand.

Mengutip The Strait Times, Jumat (9/6/2023), main dancer sekaligus rapper BLACKPINK itu membagikan sejumlah potret dirinya ke Instagram saat mengenakan sarung berwarna putih dan indigo yang dipadukan kaus putih lengan pendek. Sontak, unggahan itu langsung menarik perhatian.

Permintaan masyakat atas sarung Thailand meningkat. Salah satunya Charnruean, toko tempat Lisa membeli sarung yang dipakainya. Pembeli yang hendak berbelanja sarung ke tokonya harus menunggu sebulan setelah stok dagangan mereka benar-benar habis. 

Pemilik toko, Suwimon, menjelaskan bahwa dia sengaja mengirimi Lisa beberapa sarung setelah temannya, aktris Thailand Diana Flippo dan putrinya, memberitahunya tentang perjalanan pulang kampung sang idol K-pop. Sarung tersebut dihargai 2.800 baht atau sekitar Rp1,2 juta per buah. 

Lisa memilih sarung yang disebut 'ikat celup di lumpur' dalam motif Khor-Nark (naga), motif tradisional warga di timur laut Thailand, menurut media lokal Thailand Khaosod English. Motif tersebut juga populer di kalangan generasi tua yang sering memakainya untuk mengunjungi kuil.

"Ketika saya mengirimkannya, saya tidak menyangka dia (Lisa) akan memakainya. Saya senang dia memilih memakainya dan saya ingin berterima kasih pada Lisa karena dia adalah perwakilan dari generasi baru," kata Suwimon pada Khaosod English.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berpengaruh pada Sektor Pariwisata Thailand

Suwimon memuji Lisa dengan mengatakan, "Dia bisa menginspirasi generasi muda untuk mengenakan pakaian Thailand ke kuil dan membuat generasi muda menyadari nilai kain Thailand."

Beberapa penjual sarung di Thailand, seperti di kampung halaman Lisa di Provinsi Buriram, serta di provinsi Si Sa Ket Nakhon Ratchasima dan Udon Thani, juga melaporkan peningkatan penjualan. Begitu pula dengan Ayutthaya yang dikunjungi lebih banyak turis dengan sebagian mengenakan pakaian tradisional.

Badan Pariwisata Thailand (TAT) pun "numpang promosi" pariwisata negerinya lewat perjalanan Lisa ke kampung halamannya di Negeri Gajah Putih. Perjalanan idol kelahiran Thailand itu diprediksi akan membantu meningkatkan ekonomi lokal yang bergantung pada pariwisata, termasuk toko-toko yang menyewakan kostum tradisional Thailand dan mengundang pengunjung ke lokasi tersebut.

Eksekutif TAT, Thapanee Kiatphaibool, mengatakan agensinya mempromosikan tempat suci, seperti Wat Na Phra Meru dan Wat Mahathat, yang dikunjungi Lisa dalam upaya memikat penggemar pelantun lagu MONEY tersebut. "Lisa adalah influencer online terkenal. Perjalanannya ke Ayutthaya akan berdampak positif bagi industri pariwisata dan membantu memacu perekonomian bisnis lokal," kata Thapanee.

3 dari 4 halaman

Busana Tradisional Thailand

Thailand memiliki busana tradisional yang disebut chut Thai. Setiap gaya digunakan untuk acara yang berbeda dan ansambelnya dapat dilapisi dengan simbolisme yang kaya.

Dikutip dari laman Thai Embassy,  7 Maret 2023, gaya ini diformalkan oleh Ratu Sirikit, Ibu Suri, menjadi delapan busana untuk perempuan yang menghadiri acara resmi. Dianggap sebagai ikon mode Thailand, Ibu Suri bertanggung jawab untuk menanamkan kostum nasional dengan identitas Thailand yang berbeda.

Bahasa gaya tidak memerlukan komunikasi verbal, sebaliknya, berbicara melalui tekstur, warna, dan desain. Tumbuh dalam sorotan, Ratu Sirikit mengembangkan apresiasi terhadap fesyen sebagai simbol langsung dari identitasnya dan identitas bangsanya.

Ratu Sirikit memimpin perancang busana dan peneliti untuk menciptakan delapan gaya gaun Thailand yang disebut sebagai chut thai phra rajaniyom (busana Thailand yang disukai kerajaan). Mereka mengambil dari catatan sejarah gaun kerajaan untuk membuat ansambel yang cocok untuk setiap kesempatan, bervariasi dalam formalitas dan kerumitannya. Berikut beberapa di antaranya:

Ruean Ton

Ruean Ton terdiri dari blus tanpa kerah dan sarung atau sinh sepanjang mata kaki. Sinh memiliki pola garis-garis, biasanya horizontal dan mengarah ke bagian bawah rok. Blus itu memiliki lima kancing di tengah dan lengan tiga perempat. Blus boleh memiliki warna yang sama dengan sinh atau polanya atau kontras seluruhnya. Kini, Ruean Ton sering dipakai untuk upacara keagamaan dan hari raya, pergi ke kuil, dan sebagai seragam di industri perhotelan.

 

4 dari 4 halaman

Chitralada

Dinamai Chitralada Royal Villa, Chitralada lebih formal daripada Ruean Ton. Perbedaan utama adalah bahwa blus memiliki kerah berdiri pendek dan seluruh ansambel dapat ditutupi dengan sulaman bunga.

Bergantung pada kain yang digunakan, pakaian ini dapat dikenakan pada upacara siang hari, upacara kerajaan, dan kunjungan resmi dengan pejabat asing yang tidak perlu menunjukkan lencana. Chitralada versi hitam dikenakan saat pemakaman atau selama masa berkabung.

Amarin

Dinamai Amarin Winitchai Throne Hall, Amarin mirip dengan Chitralada, tetapi menggunakan kain yang lebih mewah dan dipasangkan dengan perhiasan mewah. Pakaian sutera juga dapat menggunakan benang emas (brokat sutra), terutama pada sulaman bunga.

Meskipun tidak ada ikat pinggang, pakaian Amarin biasanya dihiasi dengan lencana tergantung pada acaranya. Ansambel ini cocok untuk acara malam, resepsi, teater, upacara dan prosesi kerajaan, pertemuan asosiasi, dan acara lain yang membutuhkan pakaian penuh atau setengah pakaian.

Boromphiman

Dinamakan sesuai dengan Boromphiman Throne Hall, Boromphiman juga menggunakan kain mewah, sutra Thailand atau brokat sutra. Perbedaan utama dari Amarin adalah blus tidak memiliki kancing dan dapat dibuka di bagian depan atau belakang.

Selain itu, blus tersebut dijahit menjadi sinh sebagai satu kesatuan, dan sarungnya dilipat di bagian depan dengan gaya yang dikenal sebagai jeeb wai chai pok. Aksesorisnya juga termasuk ikat pinggang hias. Dianggap formal, Boromphiman dikenakan untuk acara malam dan acara lain yang membutuhkan pakaian lengkap atau setengah, seperti makan malam gala, resepsi kerajaan dan resmi, dan oleh pengantin kerajaan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.