Sukses

Cerita Keluarga Asal Jerman Nekat Keliling Asia dengan Bus Pribadi

Pasangan asal jerman bersama kedua anaknya nekat keliling Asia dengan bus pribadi yang dimodifikasi.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah keluarga berbagi cerita perjalanan keliling Asia menggunakan bus. Adalah Nina dan Kai Schakat, pasangan suami istri asal Jerman yang ingin melakukan perjalanan jauh bersama.

Keinginan itu makin kuat setelah kematian ayah Nina dan dampak pandemi COVID-19. Pasangan ini pun mengajak kedua anaknya Ben (11) dan Leni (10) dalam perjalanan itu. "Kami hanya bertanya-tanya mengapa semua orang menunggu sampai pensiun," kata Nina dikutip dari CNN, Jumat, 10 Februari 2023.

Pasangan itu pun memikirkan cara agar perjalanan mereka dapat mengikutsertakan anak-anak. Kendalanya, keluarga yang telah tinggal di Dubai selama sekitar 15 tahun ini kesulitan membayar biaya akomodasi dan penerbangan untuk empat orang.

Mereka pun mulai mencari moda transportasi alternatif untuk keliling Asia. Sebuah van dianggap terlalu kecil, karena anak-anak sudah hampir beranjak remaja sehingga mereka memutuskan untuk naik bus.

Keluarga Schakat kemudian membeli sebuah bus tua dari produsen kendaraan India bernama Ashok Leyla seharga enam ribu dolar AS atau setara Rp90 juta dan mulai mengubahnya jadi rumah beroda yang lengkap. Selama hampir sembilan bulan, mereka melengkapi kendaraan berukuran panjang 12 meter dan lebar 2,4 meter ini dengan ruang makan dan lounge.

Dalam versi komplit, bus memiliki dua tempat tidur susun, kamar mandi, dan kamar utama. Bus itu juga dilengkapi panel surya dan tangki air yang besar.

Akhirnya, pasangan itu meminta seorang teman seniman mereka menyemprotkan cat mural warna-warni ke bagian luar untuk memberi kesan lebih menyenangkan dan ramah anak. Total biaya renovasi bus mencapai sekitar 40 ribu dolar AS atau sekitar Rp606 juta menurut Schakats.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rumah Berjalan

Setelah dimodifikasi, bus itu tampak sebagai rumah berjalan yang memiliki dapur, lengkap dengan lemari es, freezer, dan mesin cuci. "Kami memiliki semua (yang dibutuhkan). Kami dapat menghabiskan satu minggu di suatu tempat tanpa air atau listrik, dan memiliki persediaan makanan yang cukup untuk bertahan hidup," jelas Kai, yang telah bekerja sebagai sopir truk selama beberapa tahun dan berhasil mendapatkan SIM sebelum perjalanan.

Sebelum melakukan perjalanan, keluarga tersebut melakukan test drive dari Dubai ke Oman untuk memeriksa apakah semua perlengkapan di bus berfungsi sebagaimana mestinya. "Ada beberapa kendala yang harus kami selesaikan," Nina mengakui.

Begitu mereka puas, keluarga Schakat bersiap-siap untuk perjalanan baru setelah menjalani kehidupan di Dubai. Mereka sempat ke Iran dengan feri, naik ke kapal, dan memulai perjalanan yang telah mereka impikan selama bertahun-tahun. Awalnya, mereka berencana berkendara dari Iran ke Pakistan, tapi banjir besar yang melanda beberapa bagian Pakistan sejak akhir musim panas 2022 lalu membuat rute itu harus ditinggalkan.

3 dari 4 halaman

Tujuan Pertama

Sebaliknya, mereka memilih berkendara ke Turki, menghabiskan beberapa minggu berkendara ke wilayah tengah Cappadocia, wilayah yang terkenal dengan lanskap "cerobong peri." Setelahnya, mereka kembali ke Iran dan mencoba menyeberang ke Pakistan sekali lagi.

Sayangnya, situasi politik di Iran telah berubah secara signifikan selama mereka berada di Turki dan kunjungan kedua mereka terbukti jadi pengalaman yang sangat berbeda. Kematian seorang wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun telah menyebabkan protes, dan pihak berwenang berusaha menahan penyebaran demonstrasi melalui pemadaman internet.

Ini berarti sebagian besar jaringan seluler ditutup dan akses ke Instagram dan WhatsApp, yang diandalkan keluarga untuk memberi tahu teman dan keluarga tentang keberadaan mereka, telah dibatasi. "Kami melewati Iran dengan sangat cepat, karena kami tidak memiliki internet," jelas Nina.

"Kami biasanya selalu berhubungan dengan keluarga dan teman (sebelumnya). Tapi kemudian tiba-tiba, kami benar-benar keluar dari lingkaran (komunikasi) dan tidak ada yang tahu di mana kami berada," tambahnya.

4 dari 4 halaman

Pakistan hingga India

Keluarga itu tidak punya pilihan selain tetap berada di Iran selama sekitar dua minggu. Visa mereka untuk masuk ke Pakistan juga tidak dapat diproses, dan perbatasan ditutup karena situasi politik.

Setelah sekitar 10 hari berkendara melintasi Iran sambil menunggu visa diproses, mereka hampir putus asa dan membuat rencana mengirim bus mereka kembali ke Dubai. Namun, tepat pada waktunya, keluarga Schakat berhasil mengamankan visa mereka ke Pakistan pada pertengahan Oktober 2022.

Mereka diberi pengawalan bersenjata selama perjalanan mereka dari Pakistan ke India, yang memakan waktu sekitar enam hari. Sejak meninggalkan Pakistan, Schakat telah melakukan perjalanan melintasi India.

Nina mengakui bahwa anak-anak mereka, yang ia gambarkan sebagai "sangat mudah bergaul," butuh waktu untuk beradaptasi dengan kehidupan di jalan. Dia mengakui bahwa mereka semua merasa sulit mengikuti sekolah online saat bepergian karena rindu berinteraksi dengan teman sekolah.

Salah satu momen berkesan dari perjalanan mereka sejauh ini adalah menghabiskan Natal di "pantai sepi" di antara Mumbai dan Goa bersama lima keluarga overlander lain. Sementara itu, Ben dan Leni juga disebut terpesona Hampi, sebuah desa kuno di negara bagian Karnataka, India selatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.