Sukses

Pakistan Alami Krisis Gandum, Warga dan Petani Berdemo

Pakistan dulunya adalah negara pengekspor gandum hingga beberapa tahun yang lalu.

Liputan6.com, Islamabad - Para petani gandum di Pakistan turun ke jalan menuntut permasalah yang terjadi dalam upaya produksi dan pengadaan gandum.

Bahkan ketika mayoritas penduduk di Pakistan juga berjuang untuk mendapatkan cukup gandum guna memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Pakistan dulunya adalah negara pengekspor gandum hingga beberapa tahun yang lalu.

Namun kini mereka mulai mengimpor gandum untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pakistan dapat memproduksi 27 juta ton jika kebutuhan dalam negerinya mencapai 31 juta ton, dikutip dari laman Asian Lite, Kamis (2/5/2024).

Negara ini mengimpor 3,4 juta ton gandum senilai USD 1 miliar antara Juli 2023 dan Maret 2024.

Impor tersebut menyebabkan kerugian besar bagi keuangan Pakistan, yang sudah berada di bawah tekanan karena rendahnya cadangan devisa yang tidak berkelanjutan.

Situasinya tampaknya juga tidak baik tahun ini. Hujan yang terjadi sebelum waktunya di April telah mengganggu produksi gandum karena meningkatkan biaya operasional dan menurunkan hasil.

Sebelumnya, minimnya curah hujan saat musim hujan menimbulkan permasalahan.

Produksi gandum kemungkinan besar tidak akan mencapai target karena total produksinya sekitar 29,6 juta ton. Hal ini menyebabkan harga gandum naik secara drastis, sehingga menimbulkan ketidakpuasan yang meluas dan kemudian terjadi protes massal.

Kelangkaan gandum dalam sejarah telah menyebabkan masyarakat Pakistan menuntut pemerintah mengumumkan darurat pertanian.

Kekurangan pasokan pangan di tengah krisis ekonomi telah memberikan kontribusi besar terhadap penderitaan masyarakat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Masyarakat Miskin Terkena Dampak

Sebagian besar masyarakat miskin terkena dampak buruk akibat kekurangan gandum dan kesalahan pengelolaan yang dilakukan pemerintah, kata Misbah Rashid Khan, rekan peneliti di lembaga think tank Social Protection Resource Centre yang berbasis di Islamabad.

Khan mengatakan, situasi yang terjadi saat ini telah berubah menjadi gambaran menyedihkan tentang orang-orang di Pakistan yang berlomba-lomba mendapatkan gandum bersubsidi, yang mengakibatkan antrean panjang, kejar-kejaran truk gandum, dan desak-desakan.

Kurangnya persediaan makanan juga berdampak pada ibu dan bayinya karena gandum adalah tanaman pangan terpenting di Pakistan.

Pakistan berada di peringkat 102 dari 125 negara dalam Indeks Kelaparan Global tahun 2023. Kekurangan gizi akibat asupan kalori yang tidak mencukupi merupakan salah satu faktor utama, dan gandum merupakan sumber kalori utama di Pakistan.

“Gandum adalah makanan pokok bagi sebagian besar warga Pakistan dan menyumbang sebagian besar asupan kalori kita,” kata Ghasharib Shoukat, Kepala Produk di Penelitian Pertanian Pakistan.

3 dari 4 halaman

Pakistan Bergantung pada Impor

Pertumbuhan produksi gandum yang lebih lambat membuat Pakistan bergantung pada impor, tambahnya.

Ketika produksi anjlok, masyarakat di Pakistan menyaksikan terganggunya pasokan dan kenaikan tajam harga gandum dalam dua tahun terakhir.

Terjadi antrian panjang, perkelahian dan desak-desakan untuk mendapatkan gandum bersubsidi serta protes terhadap pemerintah.

Kekurangan gandum menyebabkan pemalsuan, pemasaran gelap, pencurian, dan penyelundupan gandum, yang diklaim melibatkan pejabat pemerintah. Bahkan gudang pemerintah pun kehabisan gandum. Lebih dari 40.000 ton gandum dicuri dari gudang, menyebabkan 67 petugas diberhentikan sementara.

 

4 dari 4 halaman

Aksi Tuduh di Internal Pakistan

Anggota parlemen Pakistan Mushtaq Ahmed menuduh pemerintah dan para pemimpin Islamabad berada di balik kekurangan gandum.

“Saya terkejut karena tersedia cukup gandum di silo, namun siapa yang mencuri tepung dan ayamnya; siapa yang mencuri dolar. Para penimbun dan penyelundup tepung sedang duduk di parlemen,” katanya.

Para petani gandum berada di bawah tekanan karena pemerintah tidak menyediakan tanaman gandum mereka atau memberikan upah yang tetap kepada mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.