Sukses

Adik Kim Jong Un Bantah Korea Utara Ekspor Senjata ke Rusia, tapi Akui Niat Serang Korea Selatan

Ini bukan kali pertama Korea Utara membantah pihaknya mengekspor senjata ke Rusia untuk digunakan dalam perang Ukraina.

Liputan6.com, Pyongyang - Saudari pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada hari Jumat (17/5/2024) kembali membantah bahwa negaranya mengekspor senjata ke Rusia.

Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, dan sejumlah negara lain menuduh Korea Utara memasok artileri, rudal, dan senjata konvensional lainnya ke Rusia untuk perang di Ukraina dengan imbalan teknologi militer canggih dan bantuan ekonomi. Baik Korea Utara maupun Rusia telah berulang kali menampik hal tersebut.

Para ahli asing percaya bahwa serangkaian uji coba artileri dan rudal jarak pendek yang dilakukan Korea Utara baru-baru ini dimaksudkan untuk menguji atau mengiklankan senjata yang rencananya akan dijual ke Rusia.

Kim Yo Jong menyebut penilaian luar mengenai hubungan Korea Utara-Rusia sebagai paradoks paling tidak masuk akal yang tidak layak untuk dievaluasi atau ditafsirkan apa pun.

"Kami tidak punya niat untuk mengekspor kemampuan teknis militer kami ke negara mana pun atau membukanya untuk umum," kata Kim Yo Jong dalam pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah Korea Utara, seperti dilansir kantor berita AP.

Kim Yo Jong menggarisbawahi uji coba senjata yang dilakukan Korea Utara baru-baru ini murni dilakukan sebagai bagian dari rencana pengembangan senjata lima tahun yang diluncurkan pada tahun 2021. Dia menambahkan bahwa senjata yang baru-baru ini diuji dirancang untuk menyerang Seoul, ibu kota Korea Selatan.

"Kami tidak menyembunyikan fakta bahwa senjata semacam itu akan digunakan untuk mencegah Seoul menciptakan pemikiran sia-sia," tegas Kim Yo Jong.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tuduhan AS Cs

Pada bulan Maret, Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Wonsik mengatakan Korea Utara telah mengirimkan sekitar 7.000 kontainer berisi amunisi dan peralatan militer lainnya ke Rusia sejak tahun lalu. Sebagai imbalannya, Shin Wonsik mengatakan Korea Utara telah menerima lebih dari 9.000 kontainer Rusia yang kemungkinan berisi bantuan.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan pada bulan Januari, rudal yang dipasok Korea Utara telah ditembakkan ke Ukraina. Pada saat itu, para pejabat Ukraina juga mengungkapkan bahwa penyelidikan terhadap puing-puing rudal yang ditemukan di wilayah timur laut Kharkiv menunjukkan senjata tersebut kemungkinan besar berasal dari Korea Utara.

Perdagangan senjata apa pun dengan Korea Utara merupakan pelanggaran terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB yang sebelumnya didukung oleh Rusia, yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

Pada bulan Mei, Gedung Putih juga menyebutkan bahwa Rusia mengirimkan minyak olahan ke Korea Utara dalam jumlah yang melebihi batas ketentuan Dewan Keamanan PBB.

Hubungan yang semakin erat antara Korea Utara dan Rusia terjadi ketika kedua negara terlibat dalam konfrontasi terpisah dengan AS – Korea Utara atas kemajuan program nuklirnya dan Rusia atas perang berkepanjangan di Ukraina.

Sejak tahun 2022, Korea Utara telah melakukan serangkaian uji coba rudal yang provokatif, sehingga mendorong AS untuk memperluas latihan militernya dengan Korea Selatan dan Jepang. Para pakar asing mengatakan Korea Utara kemungkinan besar berpikir bahwa perluasan persenjataan akan meningkatkan pengaruhnya dalam diplomasi masa depan dengan AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini