Sukses

Pakistan Catat Rekor April Terbasah dalam 63 Tahun

Pakistan menerima curah hujan dua kali lebih banyak dari biasanya pada bulan April lalu.

Liputan6.com, Islamabad - Pakistan mengalami "April terbasah sejak tahun 1961". Demikian diungkapkan layanan cuaca negara itu.

"Curah hujan pada bulan April tercatat sebesar 59,3 mm, 'berlebihan di atas' di atas rata-rata normal sebesar 22,5 mm," kata departemen metrologi Pakistan pada Jumat (3/5/2024) malam dalam laporan iklim bulanannya, seperti dilansir CNA, Minggu (5/5).

Menurut laporan yang sama, setidaknya ada 144 kematian akibat badai petir dan rumah runtuh akibat hujan lebat. Pakistan semakin rentan terhadap cuaca yang tidak dapat diprediksi serta hujan monsun yang sering kali merusak dan biasanya terjadi pada bulan Juli.

Pada musim panas tahun 2022, sepertiga wilayah Pakistan terendam oleh hujan monsun yang belum pernah terjadi sebelumnya. Fenomena itu menyebabkan jutaan orang mengungsi dan perkiraan Bank Dunia menimbulkan kerusakan serta kerugian ekonomi sebesar USD 30 miliar.

"Perubahan iklim merupakan faktor utama yang memengaruhi pola cuaca yang tidak menentu di wilayah kita," kata juru bicara Departemen Meteorologi Pakistan Zaheer Ahmad Babar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rentan terhadap Cuaca Ekstrem

Meskipun sebagian besar wilayah Asia terik akibat gelombang panas, laporan yang sama menyebutkan, suhu bulanan nasional Pakistan pada April adalah 23,67 derajat Celsius, 0,87 derajat lebih rendah dari rata-rata 24,54 derajat Celsius.

Curah hujan tertinggi tercatat di Provinsi Balochistan dengan 473 persen lebih tinggi dari rata-rata.

Menurut para pejabat, negara di Asia Selatan ini memiliki populasi terbesar kelima di dunia dan bertanggung jawab atas kurang dari satu persen emisi gas rumah kaca global, namun sangat rentan terhadap cuaca ekstrem yang diperburuk oleh pemanasan global.

Bulan lalu, UNICEF menyerukan tindakan segera untuk menyelamatkan anak-anak di garis depan perubahan iklim.

"Anak-anak di Pakistan berada pada 'risiko yang sangat tinggi' terhadap dampak krisis iklim," ungkap UNICEF.

"Meskipun ada upaya bantuan yang signifikan, 9,6 juta anak masih membutuhkan bantuan kemanusiaan di daerah yang terdampak banjir pada Desember 2023."

Di beberapa daerah di Punjab, provinsi terpadat dan lumbung pangan Pakistan, hujan lebat dan badai es menyebabkan kerusakan pada panen gandum, sumber makanan pokok.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.