Sukses

Gaza Darurat: PBB Minta Dunia Tambah Bantuan

WHO berkata bantuan ke Gaza masih belum cukup.

Liputan6.com, Jakarta - Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta agar dunia menambah bantuan ke Gaza, Palestina. Bantuan sejauh ini dinilai masih tidak cukup. 

Lima badan PBB lantas mengeluarkan pernyataan bersama untuk meminta bantuan, yakni UNDP (United Nations Development Programme), UNFPA (United Nations Population Fund), UNICEF (United Nations Children's Fund), WFP (World Food Programme ) dan WHO (World Health Organization). 

"Dengan banyaknya gedung sipil yang rusak atau hancur di Gaza setelah hampir dua pekan pengemboman terus-menerus, termasuk shelter, fasilitas kesehatan, sistem air, sanitasi, dan listrik, waktu semakin menipus sebelum tingkat ematian dapat meroket karena penyebaran penyakit dan kurangnya kapasitas pelayanan kesehatan," tulis pernyataan yang disebar oleh Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip Minggu (22/10/2023). 

Lima lembaga itu juga menyorot bahwa stok makanan di Gaza sudah hampir habis. Puluhan ribu warga Gaza yang mengungsi juga tidak bisa memasak.

Pada akun resmi X miliknya, Dr. Tedros menegaskan bahwa bantuan yang telah dikirim ke Gaza "tidak cukup" karena level kehancuran yang terjadi. 

Dr. Tedros pun meminta agar segera ada gencatan senjata dan supaya akses kemanusiaan bisa dengan bebas masuk ke Gaza yang notabene mengalami blokade penuh ke Israel, sehingga masuknya bantuan sangat terbatas. 

Amnesty International telah menyebut bahwa blokade yang dilakukan Israel bersifat ilegal. Tindakan blokade itu masuk ke kategori kejahatan perang karena melakukan hukuman kolektif.

"Komunitas internasional juga harus menekan Israel agar mencabut blokade jangka panjan ke Gaza yang merupakan hukuman kolektif kepada populasi sipil Gaza yang mana itu merupakan kejahatan perang, dan sebuah aspek kunci ke sistem aparteid Israel," tulis Amnesty.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perbatasan Mesir dan Gaza Dibuka, Hanya 20 Truk Bantuan yang Diizinkan Masuk

Sebelumnya dilaporkan, perbatasan antara Mesir dan Gaza dibuka pada Sabtu (21/10/2023), untuk pertama kalinya mengalirkan bantuan yang sangat dibutuhkan ke wilayah Palestina yang diblokade total pasca serangan kelompok Hamas ke Israel Sabtu 7 Oktober 2023.

Hanya 20 truk yang diizinkan masuk, jumlah yang menurut para pekerja kemanusiaan tidak cukup untuk mengatasi krisis kemanusiaan. Dilaporkan terdapat lebih dari 200 truk yang membawa 3.000 ton bantuan telah menunggu di dekat pintu perbatasan selama berhari-hari.

Sebanyak 2,3 juta warga Palestina di Gaza, setengah dari mereka telah meninggalkan rumah, menjatah makan dan mengonsumsi air kotor. Rumah sakit kehabisan pasokan medis dan bahan bakar untuk generator darurat di tengah pemadaman listrik di seluruh wilayah.

Bahkan, lima rumah sakit terpaksa berhenti berfungsi karena kekurangan bahan bakar dan kerusakan akibat bom. Demikian seperti dilansir AP, Minggu (22/10).

Israel masih melancarkan gelombang serangan udara di Gaza, sementara militan Palestina menembakkan roket ke Israel.

Pembukaan perbatasan Rafah dilakukan setelah lebih dari sepekan diplomasi tingkat tinggi, termasuk kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres ke wilayah tersebut. Israel bersikukuh tidak ada yang akan memasuki Gaza sampai Hamas membebaskan semua tawanan yang disanderanya di kota-kota di Israel selatan pada 7 Oktober.

Pada Jumat (20/10) malam, Hamas membebaskan tawanan pertamanya – seorang wanita AS dan putri remajanya. Belum jelas apakah ada hubungan antara pembebasan tersebut dan pengiriman bantuan. Israel mengatakan Hamas masih menyandera sedikitnya 210 orang.

3 dari 4 halaman

Butuh Bantuan Lebih Banyak

Sabtu pagi, seorang reporter AP melihat 20 truk menuju utara dari Rafah ke Deir al-Balah, sebuah kota pertanian yang tenang di mana banyak pengungsi dari utara Gaza mencari perlindungan. Ratusan pemegang paspor asing di Rafah yang berharap bisa melarikan diri dari konflik tidak diizinkan keluar.

Truk-truk bantuan gelombang pertama disebutkan memasuki Gaza dengan membawa 44.000 botol air minum – cukup untuk 22.000 orang dalam satu hari.

"Air yang terbatas ini akan menyelamatkan nyawa, namun kebutuhannya mendesak dan sangat besar," kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell.

Organisasi Kesehatan Dunia mengungkapkan bahwa empat truk membawa pasokan medis, termasuk obat trauma dan tas trauma portabel untuk petugas pertolongan pertama.

"Situasinya sangat buruk di Gaza" kata kepala Program Pangan Dunia PBB (WFO), Cindy McCain.

"Kami membutuhkan lebih banyak truk dan aliran bantuan yang berkelanjutan," katanya, seraya menambahkan bahwa sekitar 400 truk memasuki Gaza setiap hari sebelum perang.

Pemerintahan Hamas di Gaza menyerukan koridor aman yang beroperasi sepanjang waktu.

4 dari 4 halaman

Bahan Bakar Tidak Diizinkan Masuk

Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengklaim bahwa situasi kemanusiaan di Gaza terkendali. Dia mengatakan bahwa bantuan itu hanya akan disalurkan ke Gaza selatan, di mana Israel memerintahkan warga utara Gaza untuk pindah ke sana. Dia menekankan bahwa tidak ada bahan bakar yang akan diizinkan masuk.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengimbau semua pihak tetap membuka perlintasan untuk pengiriman bantuan penting dan memperingatkan Hamas untuk tidak mengambil bantuan tersebut.

"Warga sipil Palestina tidak bertanggung jawab atas terorisme mengerikan yang dilakukan Hamas dan mereka tidak boleh dibuat menderita karena tindakan bejatnya," kata Blinken. "Seperti yang dinyatakan oleh Presiden Joe Biden, jika Hamas mencuri atau mengalihkan bantuan ini, mereka sekali lagi menunjukkan bahwa mereka tidak memedulikan kesejahteraan rakyat Palestina."

Guterres menyuarakan keprihatinan internasional yang semakin besar terhadap warga sipil di Gaza. Dia menuturkan bahwa "serangan tercela" Hamas terhadap Israel tidak akan pernah bisa membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina.”

Dua pejabat Mesir dan seorang diplomat Eropa menuturkan negosiasi ekstensif dengan Israel dan PBB untuk mengizinkan pengiriman bahan bakar ke rumah sakit hanya menghasilkan sedikit kemajuan. Mereka berbicara dengan syarat anonimitas karena mereka tidak berwenang untuk mengeluarkan informasi mengenai pertimbangan sensitif tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.