Sukses

Lawan Ancaman Korea Utara, Kapal Selam Nuklir AS Akan Kembali Berlabuh di Korea Selatan

AS dan Korea Selatan tahun ini merayakan 70 tahun hubungan aliansi mereka, yang dimulai pada akhir Perang Korea.

Liputan6.com, Washington - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol meluncurkan "Deklarasi Washington" pada Rabu (26/4/2023), untuk melawan ancaman nuklir Korea Utara.

Upaya terbaru pencegahan nuklir termasuk secara berkala melabuhkan kapal selam bersenjata nuklir milik AS di Korea Selatan, memperkuat latihan kedua negara, dan banyak lagi. Hal tersebut diumumkan saat Biden menjamu Yoon dalam kunjungan kenegaraan.

"Serangan nuklir oleh Korea Utara terhadap AS atau sekutu dan mitra tidak dapat diterima dan akan mengakibatkan berakhirnya rezim apapun yang mengambil tindakan semacam itu," ungkap Biden dalam konferensi pers bersama Yoon di Rose Garden, Gedung Putih, seperti dilansir AP, Kamis (27/4).

Yoon menuturkan bahwa komitmen baru mencakup rencana konsultasi bilateral antar presiden jika terjadi serangan nuklir Korea Utara, pembentukan grup konsultatif nuklir, dan peningkatan berbagi informasi tentang rencana operasi senjata strategis dan nuklir.

"Perdamaian berkelanjutan di Semenanjung Korea tidak terjadi secara otomatis," tutur Yoon. "Kedua negara kami telah sepakat untuk segera melakukan konsultasi bilateral antar presiden jika terjadi serangan nuklir Korea Utara dan berjanji untuk merespons dengan cepat, luar biasa, dan tegas menggunakan kekuatan penuh aliansi, termasuk senjata nuklir AS."

Para pejabat AS mengatakan, Deklarasi Washington dirancang untuk menghilangkan ketakutan Korea Selatan atas program senjata nuklir Korea Utara yang agresif dan untuk mencegah Seoul memulai kembali program nuklirnya sendiri, yang telah dihentikannya hampir 50 tahun lalu ketika menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Senjata Nuklir. Pada awal tahun ini, Yoon mengatakan, negaranya sedang mempertimbangkan untuk mengembangkan senjata nuklirnya sendiri atau meminta AS menempatkannya kembali di Semenanjung Korea.

Namun, Biden menyatakan dengan jelas, "Kami tidak akan menempatkan senjata nuklir di semenanjung (Korea)."

Di lain sisi, Biden mengulang retorika bahwa AS tetap terbuka untuk menjalin pembicaraan substansial dengan Korea Utara tanpa prasyarat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

70 Aliansi Korea Selatan dan AS

Kunjungan kenegaraan Yoon dilakukan saat Korea Selatan dan AS menandai tahun ke-70 aliansi kedua negara yang dimulai pada akhir Perang Korea dan komitmen AS untuk membantu Korea Selatan mempertahankan diri, terutama dari Korea Utara. Terdapat sekitar 28.500 tentara AS yang saat ini berbasis di Korea Selatan.

"Mengapa mereka mengorbankan hidup mereka untuk negara yang jauh ini dan untuk orang-orang yang belum pernah mereka temui?" ujar Yoon merujuk pada pasukan AS yang bertugas selama perang. "Itu untuk satu tujuan mulia: membela kebebasan."

Menurut Federasi Ilmuwan Amerika, di tengah Perang Dingin pada akhir 1970-an, kapal selam rudal balistik bersenjata nuklir AS sering melakukan kunjungan pelabuhan ke Korea Selatan, kadang-kadang dua hingga tiga kunjungan per bulan. Itu adalah periode ketika AS memiliki ratusan hulu ledak nuklir yang berlokasi di Korea Selatan.

Tetapi pada tahun 1991, AS menarik semua senjata nuklirnya dari Semenanjung Korea dan tahun berikutnya Seoul dan Pyongyang menandatangani deklarasi bersama yang berjanji bahwa tidak akan "menguji, membuat, memproduksi, menerima, memiliki, menyimpan, menyebarkan atau menggunakan senjata nuklir". Tetapi karena Korea Utara telah berulang kali melanggar deklarasi bersama selama bertahun-tahun, ada peningkatan dukungan di Korea Selatan bagi AS untuk mengembalikan senjata nuklir ke negara tersebut.

Seorang pejabat administrasi Biden memperingatkan, "sangat jelas" bahwa tidak ada rencana oleh pemerintah AS untuk "mengembalikan senjata nuklir taktis atau jenis apa pun lainnya ke Semenanjung Korea." Sebaliknya, pejabat administrasi mengatakan mereka membayangkan bahwa kunjungan kapal selam rudal balistik akan diikuti oleh militer AS yang lebih sering mengerahkan aset seperti pengebom atau kapal induk ke Korea Selatan.

3 dari 3 halaman

Perang Ukraina

Biden dan Yoon juga membahas perang Ukraina. Pemerintahan Biden memuji Korea Selatan karena mengirimkan bantuan kemanusiaan sekitar US$ 230 juta ke Kyiv. Namun, Biden mendesak Seoul mengambil peran yang lebih besar dalam membantu Ukraina mengusir Rusia.

Kunjungan Yoon terjadi beberapa pekan setelah kebocoran sejumlah dokumen sangat rahasia AS yang salah satunya menguak fakta hubungan yang rumit dengan sekutu, termasuk Korea Selatan. Dokumen-dokumen yang dilihat oleh AP menunjukkan bahwa Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan terlibat "pergulatan" dengan AS pada awal Maret atas permintaan Washington untuk menyediakan amunisi artileri ke Ukraina.

Ditanya dalam konferensi pers bersama apakah kebocoran dokumen itu muncul dalam pembicaraannya dengan Biden, Yoon menjawab, "Kami berkomunikasi antara kedua negara kami."

Pada Rabu malam, Biden dan ibu negara Jill Biden menggelar jamuan makan malam kenegaraan untuk Yoon dan istrinya, Kim Keon Hee, di Gedung Putih.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.