Sukses

Korea Selatan Wajibkan Tes COVID-19 untuk Turis dari Makau dan Hong Kong

Korea Selatan kini mewajibkan tes COVID-19 untuk pelancong yang datang dari Makau dan Hong Kong.

Liputan6.com, Seoul - Otoritas kesehatan Korea Selatan mengatakan pada Selasa (3 Januari 2023) akan memberlakukan tes COVID-19 wajib pada pelancong dari Hong Kong dan Makau, setelah keputusan Beijing untuk mencabut kebijakan nol-COVID yang ketat.

Dilansir Channel News Asia, Selasa (3/1/2023), aturan tersebut akan efektif mulai 7 Januari, dan pelancong dari Hong Kong dan Makau akan diminta untuk menyerahkan hasil negatif COVID-19 dari tes reaksi rantai polimerase (PCR), menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea.

Keputusan tersebut diambil setelah Korea Selatan mengumumkan akan mewajibkan pelancong dari China untuk melakukan tes COVID-19 sebelum keberangkatan dan setibanya di Korea Selatan, bergabung dengan Amerika Serikat, Jepang, dan negara lain dalam mengambil tindakan perbatasan baru di tengah kekhawatiran atas gelombang infeksi baru. 

Pemerintah Korea Selatan memperketat aturan masuk bagi pendatang dari China akibat melonjaknya kasus COVID-19 di negara tersebut. Kini, pendatang dari China harus negatif COVID-19.

Aturan itu diterapkan pada Senin 2 Januari. Alhasil, traveler yang berada di Bandara International Incheon dibuat kebingungan.

Otoritas bandara lantas membagikan name tag berwarna merah kepada para pengunjung jangka pendek dari China untuk mengidentifikasi mereka. Para tentara dengan baju pelindung berwarna biru tampak mengantar para pendatang ke pusat tes PCR.

Kebingungan sempat terjadi karena beberapa pendatang dari Singapura tak sengaja diberikan name tag berwarna merah karena salah tempat berbaris.

Aturan itu diumumkan tiga hari yang lalu. Semua pendatang dari China harus tes COVID-19 di hari pertama masuk Korea. Mereka juga harus dipisah ke fasilitas khusus hingga hasil tesnya dikonfirmasi.

Sementara, warga Korea Selatan dan orang asing dengan status residensi di Korea Selatan harus karantina mandiri setelah tes PCR.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menuai Protes

Perdana Menteri Korea Selatan Han Duck Soo dan Korea Disease Control and Prevention Agency melakukan peninjauan ke bandara untuk melihat implementasi kebijakan ini.

Kebijakan ini menuai protes dari beberapa orang. Seorang wanita dari China merasa tak nyaman karena harus menunggu di bandara hingga enam jam lebih. Sementara, seorang pegawai Korea Selatan yang bekerja di Beijing juga kecewa karena implementasi kebijakan ini yang dianggap kurang tertata.

3 dari 4 halaman

Australia Wajibkan Turis dari China Tes COVID-19 per 5 Januari

Sebelumnya dilaporkan, Australia, bakal mewajibkan turis yang datang dari China untuk melakukan tes COVID-19 sebelum masuk negaranya. Kebijakan ini mulai berlaku per 5 Januari 2023.

Hal ini lantaran tingginya kasus COVID-19 di China beberapa waktu belakangan.

Menteri Kesehatan Australia, Mark Butler, mengatakan bahwa data epidemologi dan genom dari China kurang spesifik. Maka dari itu, sebagai bentuk kehati-hatian Australia meminta para turis yang datang dari China untuk menunjukkan hasil tes negatif dari COVID-19 dalam rentang 48 jam sebelum keberangkatan.

Kebijakan ini berlaku bukan hanya untuk turis dari China tapi juga Makau dan Hong Kong seperti mengutip Channel News Asia pada Senin (2/1/2023).

"Saya ingin menekankan bahwa pemerintah menyambut baik dimulainya kembali perjalanan antara Australia dan China. Saya juga ingin menekankan bahwa ini adalah tindakan sementara, yang mencerminkan kurangnya informasi komprehensif saat ini tentang situasi di China," kata Butler dalam konferensi pers pada 1 Januari 2023.

4 dari 4 halaman

WHO Desak China Transparan

Mengenai data China yang kurang terbuka, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga buka suara. WHO mendesak pejabat kesehatan di China untuk secara rutin dan terbuka membagikan informasi spesifik mengenai kondisi COVID-19 di sana.

Angka resmi dari China telah menjadi panduan yang tidak dapat diandalkan karena lebih sedikit pengujian yang dilakukan di seluruh negeri menyusul pelonggaran kebijakan ketat "nol-COVID" baru-baru ini.

WHO sebelumnya mengatakan bahwa China mungkin sedang berjuang untuk menghitung infeksi COVID-19.

Badan tersebut telah mengundang para ilmuwan China untuk mempresentasikan data terperinci tentang pengurutan virus pada pertemuan kelompok penasihat teknis yang dijadwalkan pada 3 Januari.

Infeksi COVID-19 telah meningkat di seluruh China bulan ini setelah Beijing menghapus kebijakan nol-COVID, termasuk pengujian PCR reguler pada populasinya. Amerika Serikat, Korea Selatan, India, Italia, Jepang, dan Taiwan semuanya telah memberlakukan tes COVID-19 untuk pelancong dari China sebagai tanggapan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.