Sukses

Benarkah Iran Hargai Kepala Donald Trump Seharga Rp 1,1 Triliun?

Muncul kabar Iran menawarkan Rp 1,1 triliun demi kepala Donald Trump. Faktanya?

Liputan6.com, Tehran - Sebuah kabar beredar bahwa Iran menawarkan uang USD 80 juta (Rp 1,1 triliun) untuk kepala Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Namun, faktanya tidak sesederhana itu.

Menurut laporan situs anti-hoaks Snopes, Senin (6/1/2020), bayaran USD 80 juta itu hanya berasal dari seorang pemberi euologi (ucapan penghormatan) di pemakanan Qassem Soleimani. Angka USD 80 juta mewakili jumlah rakyat Iran.

"Kita 80 juta warga Iran, jika masing-masing dari kita menyumbang satu dolar Amerika, kita akan memiliki 80 juta dolar Amerika, dan kita akan menghadiahkan uang itu ke siapapun yang membawakan kepalanya (Trump)," ujar pengucap eulogi tersebut.

Ucapannya pun terekam TV nasional Iran. Namun, ucapannya bukanlah merupakan pernyataan resmi pemerintah Iran.

Beberapa media pun mengabarkan ada hadiah dari Iran bagi kepala Donald Trump. Pernyataan itu pun viral di Twitter.

Sementara, pihak Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Indonesia berkata belum mendengar adanya kabar terkait kepala Donald Trump. Pihak Kedubes pun akan melakukan cross-check terlebih dahulu.

"Belum (terkait kabar resmi). Saya pun tidak mendengar hal itu," ujar Ali Pahlevani dari Hubungan Masyarakat Kedubes Iran saat dihubungi Liputan6.com.

(USD 1 = Rp 13.940)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hubungan Memanas, Menlu Retno Minta Iran dan AS Menahan Diri

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi akan bertemu dengan Dubes Iran dan Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia, Senin (6/1/2020), pukul 15.00 WIB. Dalam pertemuan yang akan digelar terpisah itu, Retno akan menyampaikan sikap Indonesia terkait hubungan kedua negara yang tengah memanas.

"Saya akan melakukan pertemuan dengan Dubes Iran dan secara terpisah dengan Dubes Amerika untuk menyampaikan pesan harapan Indonesia agar masing-masing pihak menahan diri sehingga tidak terjadi ekskalasi di Timur Tengah," jelas Retno di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta.

Hubungan kedua negara memanas lantaran Jenderal Militer Iran Qasem Soleimani tewas dalam serangan udara yang diluncurkan Amerika Serikat. Kelompok pemberontak Houthi Yaman menyerukan penyerangan terhadap pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di kawasan itu sebagai aksi balasan.

Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan biro politik kelompok Houthi, para pemberontak itu menganggap pembunuhan Soleimani sebagai "kejahatan perang", seraya mengatakan bahwa "menyerang pangkalan militer Amerika di kawasan itu merupakan satu-satunya solusi yang tersedia."

"Orang-orang di kawasan itu harus menyadari bahwa keamanan dan stabilitas mereka tunduk pada upaya pembebasan hingga pengusiran penjajah Amerika," bunyi pernyataan tersebut.

Mohammed Ali al-Houthi, pemimpin kelompok Houthi, juga sangat mengutuk "pembunuhan Soleimani" dan menyerukan "tanggapan yang cepat dan langsung", seperti dilansir Xinhua.

Pemerintah Iran pun telah menunjukan penerus Soleimani, yakni Esmail Ghaani yang berjanji akan meneruskan tugas Soleimani.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.