Sukses

Lucu, Menteri Pakistan Terekam Pakai Filter Kucing Saat Konferensi Pers

Menteri Pakistan tanpa sengaja terekam dengan menggunakan filter kucing saat konferensi pers.

Liputan6.com, Islamabad - Menteri Kesehatan dan Informasi Pakistan, Shoukat Yousufzai. baru-baru ini tertangkap kamera mengenakan filter kucing saat konferensi pers. Ia tampak memiliki telinga dan kumis yang terlihat lucu.

Ternyata, siaran langsung konferensi pers yang dimaksud tak sengaja direkam dengan filter kucing. Mode tersebut tak diduga dalam kondisi aktif.

Sayangnya rekaman yang dimaksud terlanjur disiarkan dan dilihat oleh warganet, tidak hanya di Pakistan namun juga viral di seluruh belahan dunia.

Pihak staf Shoukat Yousufzai kemudian merilis pernyataan untuk menjelaskan insiden tersebut.

"Kemarin, saat meliput briefing pers yang diadakan oleh Menteri Informasi KP Shoukat Yousf Zai, 'filter kucing' disaksikan oleh para penonton yang kemudian dihilangkan dalam beberapa menit," kata sumber Pakistan yang tidak disebutkan namanya dikutip dari BBC pada Rabu (19/6/2019).

Mereka mengatakan bahwa ini adalah "kesalahan manusia" - hanya berarti seseorang secara tidak sengaja meninggalkan filter kucing di kamera mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Filter Snapchat Pernah Bikin Orang Ingin Operasi Plastik

Sementara itu, para dokter bedah plastik mengaku kian khawatir terhadap dampak negatif baru dari media sosial. Salah satunya filter Snapchat yang membuat seseorang terobsesi memiliki wajah serupa filter yang dimaksud, atau dikenal dengan istilah "dysmorphia Snapchat."

Dijelaskan oleh tiga orang pakar dermatologis dari Boston University School of Medicine, bahwa saat ini semakin banyak pasien berburu prosedur bedah plastik, berdasarkan apa yang mereka lihat di aplikasi seperti Snapchat dan Facetune.

"Sebuah fenomena baru, yang dijuluki 'dysmorphia Snapchat,' mendoreng pasien melakukan operasi bedah plastik agar terlihat seperti versi wajah mereka di aplikasi media sosial, dengan bibir penuh, mata yang lebih besar, atau hidung yang lebih tipis," tulis laporan ketiganya, sebagaimana dikutip dari Time.com.

"Ini adalah tren yang mengkhawatirkan karena swafoto yang disunting sedemikian rupa, sering menghadirkan tampilan yang tidak mungkin dicapai, sekaligus mengaburkan garis realitas dan fantasi," lanjut tulisan itu menjelaskan.

3 dari 3 halaman

Sebelumnya Terinspirasi dari Selebritas

Fenomena tersebut jauh berbeda dengan pasien bedah platik di masa lalu, yang cenderung mencari inspirasi dari selebritas, menurut para penulis.

Artikel itu juga menyinggung fenomena ketika banyak orang lebih tertarik membentuk simetri wajah, dibandingkan perbaikan kecil seperti merapikan benjolan di hidung.

Di lain pihak, menurut Mayo Clinic, istilah "dysmorphia Snapchat" berasal dari gangguan dismorfik tubuh (BDD), yang ditandai dengan obsesi atas kekurangan fisik yang dirasakan, bahkan mereka yang mungkin tidak terlihat oleh orang lain.

Sementara dysmorphia Snapchat bukanlah kondisi klinis yang dapat didiagnosis, para peneliti menyatakan bahwa melakukan operasi bedah plastik untuk perubahan wajah yang tidak realistis dapat berkontribusi atau memperburuk BDD.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini