Sukses

Donald Trump: CIA Tidak Menyalahkan Putra Mahkota Saudi Atas Pembunuhan Jamal Khashoggi

Menurut Presiden Amerika Serikat (AS), Putra Mahkota Mohamed bin Salman tidak bersalah terhadap kasus pembunuhan Jamal Khashoggi.

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa CIA tidak menyalahkan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammad bin Salman, atas dugaan memerintahkan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Wartawan surat kabar The Washington Post itu dibunuh pada 2 Oktober di konsulat Saudi di Istanbul.

Para pejabat Gedung Putih mengatakan kepada media AS, operasi semacam itu akan membutuhkan persetujuan Putra Mahkota Mohamed bin Salman.

"Mereka tidak menyimpulkan," kata Trump ketika ditanya tentang evaluasi CIA oleh wartawan di villa pribadinya di Mar-a-Lago, negara bagian Florida.

"Mereka memiliki dugaan dengan cara tertentu. Saya memiliki laporan, mereka belum menyimpulkan, saya tidak tahu apakah ada yang bisa menyimpulkan putra mahkota melakukannya," lanjutnya sebagaimaa dikutip dari BBC pada Jumat (23/11/2018).

Menyusul kabar pembunuhan Jamal Khashoggi, Trump berulang kali menekankan bahwa Arab Saudi tetap memiliki peran penting terhadap AS.

Awal pekan ini, Donald Trump merilis pernyataan yang menunjukkan bahwa putra mahkota "bersikap baik".

Ditambahkan olehnya: "Sangat mungkin bahwa putra mahkota tahu tentang peristiwa tragis ini, mungkin dia melakukannya dan mungkin juga tidak."

Pada 17 November, Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan kepada media bahwa Trump meyakini CIA telah memiliki penilaian tersendiri, menyusul pembicaraan antara direkturnya, Gina Haspel, dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo atas rekaman --yang diduga memuat-- pembunuhan Jamal Khashoggi.

Sumber yang dikutip media AS pada saat itu menekankan bahwa tidak ada satu pun bukti yang menghubungkan putra mahkota secara langsung dengan pembunuhan Khasohoggi, tetapi para pejabatsepakat kasus tersebut harus terus dipantau.

Di lain pihak, Arab Saudi bersikeras menolak klaim di atas, dan menekankan bahwa MBS --sapaan populer Mohamed bin Salman-- tidak mengetahui tentang rencana pembunuhan tersebut.

Jaksa penuntut umum di Riyadh mengatakan bahwa Khashoggi terbunuh sebagai akibat dari "operasi jahat".

Namun, surat kabar Hurriyet melaporkan pada Kamis 22 November, mengutip pernyataan Jubir Haspel terhadap para pejabat Turki, bahwa CIA telah mendengar rekaman suara yang memuat instruksi untuk membungkam Khashoggi sesegera mungkin.

Ketika ditanya tentang klaim tersebut oleh wartawan, Donald Trump berkata: "Saya tidak ingin membicarakannya. Anda harus bertanya kepada mereka (CIA)."

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

MBS Mulai Berkunjung ke Luar Negeri

Putra Mahkota Mohamed bin Salman dikabarkan menghadiri agenda pertemuan "negara-negara sahabat Arab" pada hari Kamis, yang kemudian akan disusul dengan kunjungan kenegaraan ke Uni Emirat Arab.

Rencana tersebut akan menjadi perjalanan resmi pertama MBS ke luar negeri sejak Khashoggi terbunuh.

Putra mahkota juga diperkirakan berpartisipasi dalam dalam pertemuan pemimpin dunia G20 di Buenos Aires, Argentina, pada akhir November. Agenda tersebut juga akan akan dihadiri oleh para pemimpin dari AS, Turki dan sejumlah negara Eropa.

Sementara itu, Prancis telah mengumumkan bahwa mereka menerapkan sanksi terhadap 18 warga negara Saudi, di mana masing-masing individu merupakan target yang sama oleh AS, Inggris dan Jerman. Mereka diduga terkait dengan pembunuhan Khashoggi.

Namun, ditegaskan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, bahwa kedelapan individu itu tidak termasuk Putra Mahkota MBS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.