Sukses

7-9-1999: Dentuman Akibat Gempa 5,9 SR di Yunani Dikira Ledakan Bom

Gempa dengan kekuatan 5,9 skala Richter mengguncang Yunani, menewaskan 143 orang, dan menyebabkan 2.000 lainnya cedera. Ilmuwan pun dibuat kaget.

Liputan6.com, Athena - Suara keras yang diikuti guncangan dahsyat menggagetkan orang-orang yang berada di Kota Athena, Yunani, Selasa 7 September 1999 pukul 02.56 waktu setempat. Kala itu, gempa dengan kekuatan 5,9 skala Richter mengguncang.

"Awalnya kukira ledakan bom, sampai aku menyadari semua bangunan berguncang dan bergoyang," kata Aaron Morby, turis Inggris yang baru saja tiba di ibu kota Yunani, seperti dikutip dari The Guardian. "Sangat menakutkan sekaligus sureal," tambah dia. Apa yang terjadi seakan tak nyata.

Sementara, Jerry dan Susan Herllerman, pasangan dari Maryland di Amerika Serikat mengaku turun dari lantai enam hotel di mana mereka menginap saat gempa mengguncang."Di jalan-jalan terlihat tembok batu yang runtuh saat bangunan bergoyang," kata Jerry. 

Lindu mengguncang saat sebagian warga sedang siesta atau tidur siang. Pergeseran seismik yang terjadi tanpa ampun menggoyang gedung-gedung apartemen tinggi. Para penghuninya pun berlarian ke jalan, telanjang kaki, hanya mengenakan piyama atau bahkan berbalut anduk.

Sementara, bangunan perkantoran, pabrik, dan fasilitas publik berhenti beroperasi karena para pekerja yang ketakutan berlarian keluar.

Yang terjadi kemudian adalah kekacauan. Warga Athena yang belum lepas dari syok berebut menggunakan telepon umum, untuk menghubungi keluarga dan kerabat. Jaringan telepon seluler pun ngadat. 

Kekacauan juga terjadi di jalanan. Lampu lalu lintas mati, para pengendara yang tak mau mengalah memicu kemacetan parah. Pasokan gas dan listrik diputus untuk mencegah potensi kebakaran. Layanan darurat kemudian dikerahkan ke titik-titik terdampak terparah. 

Seorang juru bicara pemerintah Yunani, Dimitris Reppas mengatakan ratusan bangunan, termasuk rumah sakit, rusak akibat gempa.

Meskipun diminta tetap tenang, ratusan ribu orang tetap berada di jalanan hingga tengah malam. Mereka tak berani masuk ke dalam bangunan, sebab lindu susulan terus mengguncang kota yang dihuni 10 juta manusia. 

Ahli kegempaan atau seismolog mengatakan, episentrum gempa berada di 12 mil utara ibu kota Yunani, antara Menidi dan Gunung Parnassus.

Sejumlah pejabat Yunani mengatakan, kerusakan struktural pada bangunan yang terjadi relatif kecil. Tidak seperti di Turki sebulan sebelumnya, di mana konstruksi yang buruk dituding memicu kematian lebih dari 15.000.

Seperti dikutip dari greekcitytimes.com, lebih dari 100 bangunan, termasuk tiga pabrik besar, ambruk. Sejumlah orang terjebak di bawah puing-puing. Puluhan bangunan lain rusak akibat guncangan.

Total, gempa di Athena, Yunani menewaskan 143 orang, dan menyebabkan 2.000 manusia lain harus mendapatkan perawatan akibat cedera. Insiden itu menjadi bencana alam paling mematikan di negeri itu dalam hampir setengah abad.

Bencana tersebut mengejutkan para ahli gempa Yunani, karena berasal dari patahan (fault) yang tak diketahui, yang berada di area yang sejak lama dianggap memiliki kegempaan tang sangat rendah.

 

Saksikan video terkait Yunani berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Film Kontroversial Borat

Selain gempa di Yunani, sejumlah peristiwa bersejarah terjadi pada tanggal 7 September. Pada 1813, Amerika Serikat punya julukan: 'Uncle Sam' atau Paman Sam. Bukan hanya karena singkatannya --US -- mirip dengan United States, ada kisah di baliknya.

Julukan itu terkait Samuel Wilson, penyuplai daging sapi dan babi dari Troy, New York, yang menyediakan protein hewani itu untuk Angkatan Darat Amerika Serikat selama Perang 1812. Demikian dikutip dari situs History.com.

Di tong-tong berisi daging yang ia kirimkan, Wilson memberikan cap 'US' -- singkatan United States. Namun, para tentara kala itu lebih suka mengartikannya sebagai 'Uncle Sam' -- Paman Sam. Surat kabar lokal saat itu memuat kisah menarik tersebut. Uncle Sam akhirnya memperoleh penerimaan luas sebagai julukan bagi pemerintah federal AS.

Sementara, pada 7 September 2006 film berjudul 'Borat: Cultural Learnings of America for Make Benefit Glorious Nation of Kazakhstan' diputar di Ryerson Theatre, Kanada. 

Film yang dibintangi Sacha Baron Cohen dianggap sebagai penghinaan luar biasa bagi negara Kazakhstan. Negara pecahan Uni Soviet itu digambarkan sangat terbelakang, bodoh, miskin, dan amoral. Lagu kebangsaan negara itu pun dibuat parodi, syairnya diganti dengan "pujian" bagi Kazakhstan atas ekspor potasiumnya dan karena memiliki pelacur terbersih di kawasan. Juga, orang-orangnya yang dungu dan keras kepala.

Tokoh Borat Sagdiyev yang diperankan aktor, Sacha Baron Cohen, digambarkan sebagai jurnalis Kazakh TV yang pergi ke Amerika Serikat untuk belajar budaya dan lantas mengejar-ngejar artis seksi, Pamela Anderson. Ia meninggalkan desa, yang saking miskinnya, bahkan mobil tak dijalankan dengan mesin, tapi ditarik sapi.

Film Borat sontak kontroversial. Warga Kazakhstan murka, pemerintahnya mengancam akan menyeret Baron Cohen ke meja hijau. Film itu dilarang tayang--kebijakan yang lalu juga diikuti sejumlah negara Arab.

Film itu juga sempat memicu ketegangan gara-gara panitia lomba menembak internasional di Kuwait melakukan kesalahan fatal. Alih-alih memutar lagu kebangsaan resmi Kazakhstan, panitia justru memutar lagu yang diparodikan dan sarat hinaan dalam Borat. Atlet Kazahkstan, Mariya Dmitrienko, yang tahu benar lagu itu salah, berusaha tetap tenang, sambil menahan senyum geli.

Namun, belakangan sikap pemerintah dan rakyat Kazakhstan berbalik 180 derajat. Secara resmi negara itu bahkan berterima kasih pada Sacha Baron Cohen, atas jasanya meningkatkan pariwisata dan membuat nama Kazakhstan dikenal dunia.

"Saya salut pada Borat atas perannya menarik wisatawan ke Kazakhstan," kata Menteri Luar Negeri Yerzhan Kazykhanov di parlemen, seperti dimuat Daily Mail. "Karena film itu, jumlah visa yang dikeluarkan Kazakhstan tumbuh 10 kali lipat," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.