Sukses

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina Kritik Penghentian Dana Bantuan AS

Komisioner UNRWA Pierre Krahenbuhl mengkritik keputusan AS yang memotong dana bantuan untuk pengungsi Palestina.

Liputan6.com, Amman - Kepala badan PBB yang membantu pengungsi Palestina (UNRWA) telah menulis sebuah surat terbuka kepada para pengungsi dan staf badan itu, pasca pengumuman Amerika Serikat yang akan menghentikan secara penuh kontribusi keuangan bagi badan tersebut.

Dalam surat yang dirilis Sabtu 1 September 2018 malam, Komisioner UNRWA Pierre Krahenbuhl mengkritik keputusan AS, menyebutnya "hanya akan memperkuat tekad kita", demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (4/9/2018).

Ditambahkannya, "keputusan pendanaan dari negara anggota --yang dalam sejarah tercatat sebagai donor paling dermawan dan konsisten-- tidak akan mengubah atau menimbulkan dampak pada energi dan semangat yang menjadi landasan pendekatan kami atas peran dan tanggungjawab terhadap pengungsi Palestina."

Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) mengakhiri seluruh pendanaannya untuk United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA), menyebut alasan bahwa organisasi itu mengalami "cacat yang tak dapat diperbaiki," ujar pihak Kementerian Luar Negeri AS pada Jumat 31 Agustus 2018.

Lebih lanjut, Krahenbuhl dalam surat terbukanya mengatakan "tanggungjawab atas pengungsi Palestina, meningkatnya jumlah dan kebutuhan, terjadi semata-mata karena kurangnya niat baik atau ketidakmampuan berbagai pihak dan komunitas internasional untuk mewujudkan penyelesaian konflik yang telah dirundingkan dan resolusi damai atas konflik antara Israel dan Palestina.

Upaya untuk menjadikan UNRWA sebagai pihak yang bertanggungjawab melanggengkan krisis ini merupakan hal yang sangat tidak jujur."

Pemotongan dana dari AS, kata Krahenbuhl, berarti terjadi pengurangan pendapatan sebesar 300 juta dolar "yang langsung membuat badan ini menghadapi krisis besar."

"Dalam delapan bulan terakhir ini kami tidak pernah diberitahu tentang alasan rinci yang memicu pemangkasan itu. Tampaknya ini jelas terkait dengan ketegangan antara Amerika dan kepemimpinan Palestina pasca pengumuman Amerika tentang Yerusalem dan bukan karena kinerja UNRWA. Oleh karena itu kebijakan ini jelas merupakan politisasi bantuan kemanusiaan," kata Krahenbuhl.

Washington DC telah lama menjadi donor tunggal terbesar bagi UNRWA, menyumbangkan lebih dari US$ 350 juta kepada lembaga itu pada tahun 2017.

Badan itu memberikan layanan pendidikan, kesehatan, dan sosial di Tepi Barat, Gaza, Yordania, Suriah, dan Lebanon kepada lebih dari 5 juta pengungsi Palestina yang terdaftar. UNRWA memberikan bantuan pendidikan bagi sekitar 500.000 anak di hampir 700 sekolah, dan memberikan layanan kesehatan bagi lebih dari 9 juta pasien di hampir 150 klinik kesehatan primer setiap tahun.

 

Simak video pilihan berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Respons Otoritas Palestina

Nabil Abu Rudeneh, juru bicara Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, mengatakan keputusan Amerika untuk mengakhiri kontribusi bagi UNRWA "tidak mendorong perdamaian tetapi justru memperkuat terorisme di kawasan itu."

Palestina dan komunitas internasional pada umumnya menilai UNRWA sebagai badan yang menjadi jaring penyelamat berharga. Namun Israel menilai badan itu secara berbeda.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan UNRWA mendorong tuntutan Palestina yang tidak realistis bahwa para pengungsi memiliki "hak untuk kembali" ke rumah mereka yang sudah lama hilang, dan kini menjadi negara Israel. Netanyahu mengatakan UNRWA seharusnya dibubarkan dan tanggungjawab badan itu diambil-alih oleh badan PBB urusan pengungsi UNHCR.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.