Sukses

Swiss Tak Mau Jadi Tuan Rumah Olimpiade Musim Dingin 2026, Kenapa?

Sebagian besar warga Swiss menolak untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2018. Ini alasannya.

Liputan6.com, Bern - Tidak akan ada Olimpiade Musim Dingin di Swiss tahun 2026. Para warga di distrik Valais, Swiss bagian selatan, menolak proposal untuk mengajukan diri sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Dingin, yang akan dipusatkan di Kota Sion.

Dikutip dari VOA Indonesia pada Senin (11/6/2018), para pemilih menentang keras biaya yang sangat tinggi yang harus dikeluarkan distrik itu untuk menjadi tuan rumah, yaitu sekitar $US 101 juta.

Namun, menurut kubu sebalikan, usulan untuk menyelenggarkan Olimpiade Musim Dingin di kota Sion adalah, karena proyek ini wajar dan berkelanjutan.

Mereka juga menyebutkan potensi menarik keuntungan miliaran dolar sebagai kontribusi terhadap penguatan ekonimi Swiss.

Selain Sion, terdapat dua kota lainnya di Swiss yang menolak usulan serupa, karena sama-sama dinilai akan merugikan masyarakat.

Dengan mundurnya Swiss, Komite Olimpiade Internasional kemungkinan akan memilih antara Turin dan Milan di Italia, Graz di Austria, Erzurum di Turkey, Calgary di Alberta, di Kanada, Sapporo di Jepang dan Stockholm untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2026.

Keputusannya akan diambil September 2019.

 

Simak video pilihan berikut: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ditonton Melalui Ponsel Pintar

Sementara itu, berkaitan dengan akan dibukanya gelaran Piala Dunia 2018 di Moskow, perusahaan analis aplikasi mobile, App Annie, memprediksi masyarakat akan lebih banyak menonton berbagai pertandingannya melalui ponsel pintar (smartphone).

Menurut App Annie, aplikasi berbasis layanan akan mengalami peningkatan besar dari pesta sepak bola tersebut, di mana pemakaian live streaming akan meningkat secara drastis.

Aplikasi ride sharing (transportasi online) dan aplikasi pengiriman juga akan menjadi primadona selama Piala Dunia.

Dalam laporannya, App Annie mengungkap sebanyak 80 persen pengguna mengatakan mereka menggunakan tablet dan smartphone untuk mencari status pemain dan untuk memutar ulang video penting. Kondisi ini dikenal sebagai fenomena  "second screening" atau skrining kedua.

"Piala Dunia 2014 di Brasil ditandai oleh media sosial, sementara Piala Dunia 2018 di Rusia akan ditandai oleh seluler. Smartphone akan menjadi panggung utama di Piala Dunia kali ini," tulis laporan App Annie.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.