Sukses

Kesepakatan Nuklir Iran Jadi Agenda Pertemuan Donald Trump dan Presiden Prancis

Liputan6.com, Washington, DC - Isu kesepakatan nuklir Iran atau yang dikenal dengan Joint Comprehensive Programme of Action (JCPOA) menjadi sorotan utama dalam lawatan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Amerika Serikat.

Sejak awal, Donald Trump telah menunjukkan ketidaksukaannya terhadap perjanjian tersebut. Ia bahkan mengancam akan membawa Amerika Serikat keluar dari konsesus itu. Sementara, Macron menegaskan pentingnya untuk tetap menjaga kesepakatan nuklir Iran.

Dalam kunjungannya ke Washington, Macron dikabarkan telah mengusulkan negosiasi sebuah kesepakatan baru yang tujuannya untuk membatasi kekuatan militer dan kegiatan skala regional Iran. Kelak, konsesus baru tersebut akan berdampingan dengan kesepakatan nuklir yang telah ada.

Gagasan Macron itu disebut-sebut akan dipertimbangkan demi mengakomodasi ketidakpuasan Donald Trump dengan kesepakatan nuklir sebelumnya yang diteken pada 2015, semasa pemerintahan Barack Obama.

"Saya selalu sampaikan bahwa kita tidak boleh mencabik-cabik JCPOA, sementara kita tidak punya (kesepakatan) yang lain. Itu bukan solusi yang baik," ucap Macron seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (25/4/2018).

"Saya tidak mengatakan kita akan mentransfer satu kesepakatan ke kesepakatan yang lain," tegas presiden berusia 40 tahun tersebut seraya menambahkan bahwa JCPOA hanyalah salah satu aspek dalam menghadapi Iran.

Lebih lanjut Macron menjelaskan, jika JCPOA membatasi kegiatan utama nuklir Iran hingga 2025, maka kesepakatan yang diusulkannya akan bergerak lebih jauh, yakni memaksakan pemeriksaan permanen terhadap kegiatan-kegiatan tersebut serta membatasi perkembangan kegiatan balistik Iran, dan operasi militernya di seluruh kawasan, khususnya di Suriah.

Presiden Prancis mengklaim diskusinya dengan Donald Trump telah "memungkinkan untuk membuka jalan bagi kesepakatan baru".

"Perancis tidak naif ketika menyangkut Iran. Kami juga memiliki rasa hormat yang besar kepada rakyat Iran ... tetapi kami tidak mengulangi kesalahan masa lalu".

Belum jelas, apakah Donald Trump akan mendukung gagasan Macron.

Ini merupakan lawatan perdana Macron ke Amerika Serikat. Dan selama kunjungan Macron ke Gedung Putih, ia dan Donald Trump dinilai berusaha keras menunjukkan "keintiman". Mulai dari menanam pohon di halaman selatan Gedung Putih, makan malam bersama di Mount Vernon, hingga berpelukan, saling menggenggam tangan dan cium pipi satu sama lain.

Lawatan Macron ke Negeri Paman Sam disambut dengan sebuah upacara kedatangan tradisional yang melibatkan 500 anggota militer Amerika Serikat dan tembakan penghormatan sebanyak 21 kali.

Namun, keintiman keduanya berubah ketika Donald Trump mengejutkan Macron. Presiden ke-45 Amerika Serikat itu tiba-tiba saya menyentuh jas Macron untuk membersihkan apa yang diklaimnya ketombe.

"Kami memiliki hubungan yang sangat istimewa, bahkan saya akan membersihkan potongan kecil ketombe ini. Kita harus membuatnya (Macron) terlihat sempurna -- dia sempurna," kata Donald Trump.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masa Depan Kesepakatan Nuklir Iran

Nasib kesepatan nuklir Iran akan diketahui pada 12 Mei mendatang. Karena hari itu merupakan batas waktu yang diberikan Donald Trump bagi negara-negara Eropa untuk memperbaiki perjanjian nuklir yang dianggapnya cacat.

Terkait hal tersebut, dalam konfrensi persnya bersama Macron, Donald Trump menyatakan, "Tidak ada yang tahu apa yang akan saya lakukan pada tanggal 12 Mei. Meskipun, Anda Pak Presiden, memiliki ide yang cukup bagus".

"Kita bisa berubah dan kita bisa fleksibel. Dalam hidup, Anda harus fleksibel," ujar Donald Trump.

Namun, pada satu titik, Donald Trump merilis peringatan bagi Iran. "Jika Iran mengancam kita, mereka akan membayar harga layaknya seperti beberapa negara yang sudah pernah melakukannya."

Dalam kesempatan yang sama, Donald Trump juga ditanya soal penarikan pasukan Amerika Serikat dari Suriah. Ia menjelaskan, "Saya ingin membawa prajurit-prajurit kami yang luar biasa kembali ke rumah. Namun, Emmanuel dan saya sendiri telah membahas fakta bahwa kami tidak ingin memberi Iran peluang ke Mediterania ... Kami sedang mendiskusikan Suriah sebagai bagian dari kesepakatan keseluruhan."

Agenda pertemuan Donald Trump dan Macron berlanjut dengan makan malam kenegaraan pada Selasa malam.

Meskipun ini merupakan kali pertama Macron melawat ke Negeri Paman Sam, namun ini adalah pertemuan keenamnya dengan Donald Trump. Menurut Istana Elyséee, kedua presiden telah bicara melalui sambungan telepon sekitar 20 kali, menandai intensnya komunikasi antar mereka.

Belum lama ini, Amerika Serikat bersama dengan Prancis dan Inggris kompak melancarkan serangan udara ke Suriah. Tindakan ini merupakan balasan atas dugaan serangan senjata kimia yang dituding dilakukan rezim Bashar al-Assad di Douma.

Di akhir konferensi persnya bersama dengan Macron pada Selasa kemarin, Donald Trump mengatakan, "Saya sangat menyukainya (Macron)".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.