Sukses

Ini Tiga Pemuda Pemenang Sompo Alumni Idea Fund 2022

Terdapat tiga orang pemuda yang memenangkan Sompo Alumni Idea Fund untuk tahun ini. Mereka mendapatkan dana untuk menjalankan program mereka.

Liputan6.com, Jakarta Perubahan iklim telah menjadi salah satu topik yang hangat dibicarakan terkait keberlangsungan Bumi ke depannya. Meski dampak perubahan iklim amat terasa, faktanya masih banyak orang yang tidak peka terhadap perubahan lingkungan. Untuk meningkatkan kesadaran anak muda Indonesia akan pentingnya menjaga lingkungan, Sompo Insurance Indonesia bersama dengan Sompo Environmental Foundation (SEF) dan Japan Environmental Education Forum (JEEF), menyelenggarakan program Sompo Alumni Idea Fund untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa Indonesia untuk belajar tentang berbagai isu lingkungan, seperti perubahan iklim dan konservasi hutan serta mengembangkan program yang berdampak positif bagi masyarakat. 

Sebelumnya, para mahasiswa harus terpilih terlebih dahulu untuk mengikuti kegiatan NGO Learning Internship Program. Selama program tersebut berlangsung, mahasiswa belajar di lingkungan NGO bersama dengan staf NGO yang sudah berpengalaman sehingga mereka dapat memahami isu-isu lingkungan dan menjadi seseorang yang bertanggung jawab terhadap konservasi lingkungan. Melalui program magang tersebut, para mahasiswa diharapkan dapat membangun kesadaran dan sikap bagi generasi penerus yang peduli lingkungan, serta membantu mahasiswa tumbuh sebagai anggota masyarakat yang memiliki perspektif yang lebih luas saat mereka memikirkan tentang isu-isu lingkungan dan sosial masyarakat. 

Setelah NGO Learning Internship Program berjalan selama tiga tahun sejak 2019, di tahun ini Sompo Insurance Indonesia mengadakan Sompo Alumni Idea Fund dan memilih tiga orang pemenang dari banyaknya proposal alumni NGO Learning Internship Program yang masuk. Ketiga pemenang tersebut yakni Novaldi Eza, Rina Nur Cahyani, dan Ahmad Juang. Mereka berhak mendapatkan dana untuk membantu mengimplementasikan program mereka di Sompo Alumni Idea Fund.

Setiap pemenang memiliki keunikan program masing-masing. Novaldi Eza misalnya, programnya merupakan sebuah usaha memperkenalkan Agroforestri Alpukat ke sebuah desa di Lampung. Novaldi membuat program berupa sosialisasi bahan agroforestri alpukat dan skema panen yang sesuai agar komunitas di sana dapat menghasilkan pendapatan yang maksimal.

Dengan adanya program tersebut, para petani lokal akan mendapatkan pelatihan untuk memilih lokasi penanaman yang ideal, cara pengaplikasian pupuk, dan juga demonstrasi cara menanam di salah satu lahan petani. Novaldi berharap program ini akan berdampak besar bagi masyarakat, mencegahtimbulnya masalah lingkungan lain dan memberikan petani lokal pendidikan dan keterampilan yang bermanfaat bagi mereka.

Program ini juga diharapkan dapat memperbaiki ekosistem karena tanaman alpukat dapat menjaga ekosistem hutan dengan lebih baik dibandingkan tanaman lain. Meningkatkan konservasi air, karena alpukat menghasilkan buah sehingga tanaman tersebut tidak ditebang. Selain itu, untuk perekonomian, program tersebut menghasilkan siklus pendapatan yang stabil bagi petani lokal karena siklus panen mereka terjadi setiap 3 bulan sekali.

"Salah satu kesulitan yang saya rasakan yakni mengubah mindset petani bahwa teknik bercocok tanam dengan agroforestri adalah teknik yang baik untuk lingkungan ketimbang bercocok tanam dengan metode tradisional," katanya dalam zoom interview pada Rabu (15/6).

Selain itu, ia mengakui bahwa kendala cuaca adalah salah satu yang harus ia hadapi. Sebab, teknik agroforestri tetap membutuhkan pemilihan cuaca yang tepat agar alpukat yang ditanam dapat tumbuh dengan baik.

Sejauh ini, terdapat 10 orang petani yang mendapat bimbingan darinya terkait agroforestri alpukat tersebut. Selama beberapa bulan ke depan, Novaldi akan memantau para petani tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pemberdayaan pengelolaan sampah

Pemenang berikutnya yakni Ahmad Juang yang memiliki kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan membangun sistem pengolahan sampah yang melibatkan kelompok anak muda dan ibu rumah tangga setempat. Tingginya jumlah konsumerisme dan konsumsi membuat sampah plastik dan limbah makanan menjadi masalah yang sulit dihindari. Untuk itu, Novaldi melihat bahwa masyarakat dapat mengubah limbah menjadi sesuatu yang menguntungkan.

Cara kerja programnya adalah dengan revitalisasi sistem pengelolaan sampah terpadu (pengelolaan dan sistem kerja, revitalisasi bank sampah untuk sampah anorganik), dan peningkatan kapasitas warga lokal (remaja sebagai pengelola sampah, ibu rumah tangga setempat untuk pelatihan pemilahan sampah dan pengelolaan sampah organik menjadi kompos).

Dampak yang akan diterima masyarakat dengan memiliki pengelolaan sampah adalahmemiliki kesadaran dan kemampuan untuk memilah sampah rumah tangga dari rumah masing-masing. Di mana masyarakat memiliki pengetahuan pengelompokan sampah yang dapat membuatnya lebih mudah untuk membuat kompos dan daur ulang.

Keterampilan dan pengetahuan tentang pengelolaan sampah organik menjadi kompos dapat mengurangi jumlah sampah rumah tangga seperti plastik dan kaleng. Selain itu, mengetahui cara mengelola sampah organik juga bisa bermanfaat bagi mereka sebagai sumber penghasilan. Memiliki lingkungan yang sehat, adalah dampak terpenting dari program ini, karena memiliki lingkungan hidup yang sehat dapat meningkatkan tingkat produktivitas masyarakat.

Menariknya, Ahmad mendayagunakan pengajian sebagai salah satu cara untuk mengumpulkan ibu-ibu setempat. Menurut dia, pengajian adalah salah satu budaya Indonesia tempat ibu-ibu berkumpul dan bersosialisasi. Sehingga pengajian menjadi cara yang tepat bagi Ahmad untuk mensosialisasikan programnya kepada ibu-ibu setempat.

 

3 dari 3 halaman

Edukasi terkait perubahan iklim

Selanjutnya, Rina Nur Cahyani yang memiliki program meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ekosistem perubahan iklim kepada siswa, bekerja sama dengan 1000 Guru Foundatio nuntuk mendirikan kelas khusus dan ruang baca.

Menurut dia, salah satu isu mengapa masyarakat di Indonesia tidak memiliki pemahaman dan kesadaran yang jelas tentang pentingnya perubahan iklim atau pelestarian lingkungan adalah karena kurangnya edukasi tentang hal tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, Rina percaya bahwa kesadaran lingkungan mengajar pada siswa dan guru sekolah dasar, khususnya di Jawa Timur  tempat ia menjalankan program adalah suatu keharusan.

Rina juga percaya bahwa belajar tentang lingkungan dengan bahan taktil dan demonstrasi akan memudahkan dan meningkatkan pembelajaran tentang lingkungan. Rina kemudian bermitra dengan 1000 Guru Foundation untuk membuat kelas khusus dan pojok baca untuk mengajarkan siswa tentang perubahan iklim, keanekaragaman hayati, jenis sampah dan cara memilahnya.

Dampak yang diharapkan dari program tersebut adalah untuk menciptakan dan meningkatkan pengetahuan tentang lingkungan dan perubahan iklim. Juga diharapkan lewat program tersebut dapat meningkatkan kesadaran sejak dini terhadap perubahan iklim dengan menyediakan bahan dan demonstrasi (memilah sampah dan menanam pohon).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini