Sukses

BI Rate akan Tetap di Level 7,25%

Tekanan inflasi mereda,Bank Indonesia (BI) diproyeksikan tetap mempertahankan suku bunga acuan/BI Rate di kisaran 7,25%.

Bank Indonesia (BI) mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa, (12/11/2013) yang juga akan memutuskan penetapan suku bunga acuan/ BI Rate.

Sejumlah ekonom memproyeksikan, Bank Indonesia akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di kisaran 7,25%. Hal itu didorong dari tekanan inflasi tinggi telah mereda.

Chief Economist PT Bahana TCW Invesment Management, Budi Hikmat menuturkan, BI akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan/BI Rate di level 7,25%. Menurut Budi, bila BI menaikkan suku bunga acuan maka resiko perlambatan ekonomi dapat berlanjut.

Budi menambahkan, tekanan inflasi telah mereda membuat BI cenderung mempertahankan suku bunga. Inflasi Oktober 2013 tercatat 0,09% (month to month). Apalagi bank sentral lain seperti bank sentral Eropa menurunkan suku bunga acuannya.

" Inflasi terakhir karena kenaikan harga BBM. Sekarang tekanan inflasi sudah mereda. Selain itu, inflasi inti tetap stabil. Jadi tidak perlu dinaikkan, apalagi bank sentral Eropa malah menurunkan suku bunga," ujar Budi, saat dihubungi Liputan6.com, Senin (11/11/2013).

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik mencatatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,62% pada kuartal III 2013 dibandingkan periode sama tahun 2012.

Hal senada dikatakan, pengamat ekonomi David Sumual. David menuturkan, ada dua faktor yang membuat BI akan mempertahankan BI Rate.

Pertama, inflasi diperkirakan di bawah 9% dari prediksi BI sekitar 9%. Kedua, pengurangan stimulus secara bertahap (tapering) The Federal Reserve oleh bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) belum akan terjadi dalam waktu dekat.

"Memang kenaikan inflasi kemarin karena harga bahan makanan yang melonjak. Akan tetapi intervensi pemerintah cukup berhasil dengan impor produk hortikultura membuat harga terkendali sehingga inflasi lebih rendah," ujar David.

Meski demikian, impor produk hortikultura itu membuat Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan bukan hanya dari sektor minyak dan gas saja tetpai juga dari produk hortikultura.

BPS mencatatkan neraca perdagangan Indonesia kembali defisit sebesar US$ 657,2 juta pada Oktober 2013. David memperkirakan, baik pemerintah dan BI cenderung fokus untuk menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi daripada menggenjot pertumbuhan pada 2014.

Kedua ekonom itu pun kompak memprediksikan, BI akan tetap mempertahankan BI Rate di level 7,25% hingga akhir tahun 2013.

Sebelumnya BI Rate tetap di kisaran 7,25% pada 8 Oktober 2013. Selama masa kepemimpinan Agus Marto sebagai Gubernur BI sejak pertengahan Juni 2013, tingkat suku bunga acuan telah naik sekitar 150 basis poin (bps). (Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.