Sukses

Anak Muda di China Diramal Banyak yang Menganggur

Dampak dari tingginya pengangguran kaum muda di China diperkirakan akan berlangsung lama.

Liputan6.com, Jakarta Angka pengangguran di antara anak muda di China diperkirakan akan tetap tinggi di 2024 ini karena ketidaksesuaian yang masih ada. Hal itu diungkapkan Economist Intelligence Unit dalam laporan prospek China 2024.

Meskipun pengangguran di kalangan generasi muda China akan berkurang mulai tahun depan, EIU melihat, dampak dari tingginya pengangguran kaum muda akan berlangsung lama.

"Meskipun terjadi peningkatan di pasar tenaga kerja China secara keseluruhan, peningkatan terbesar terkonsentrasi pada kelompok paruh baya dan pekerja migran," kata analis EIU, dikutip dari CNBC International, Kamis (25/1/2024).

"Sebaliknya, pemulihan pasca-COVID-19 tidak mengurangi kendurnya pasar tenaga kerja muda. Lonjakan lulusan baru belum diimbangi dengan peningkatan kesempatan kerja baru yang sepadan. Pegawai baru masih ditawari upah yang lebih rendah di tengah kelebihan pasokan tenaga kerja," EIU menambahkan, seraya mengatakan bahwa otomatisasi menimbulkan ancaman lebih lanjut terhadap jumlah pekerjaan di China.

Tidak termasuk pelajar, tingkat pengangguran generasi muda berusia 16 hingga 24 tahun di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini mencapai 14,9 persen pada Desember 2023, menurut data bulanan dari Biro Statistik Nasional China yang dirilis Rabu lalu.

Angka ini sebanding dengan tingkat pengangguran perkotaan di China yang mencapai 5,1 persen pada bulan yang sama. Tingkat pengangguran pada anak muda di China telah naik ke rekor tertinggi melebihi 20 persen sebelum Biro Statistik Nasional negara tersebut untuk sementara menghentikan rilis tingkat pengangguran musim panas lalu, dengan alasan perlunya menilai kembali metode penghitungan.

Namun EIU menekankan, tingginya angka pengangguran dapat mendorong pelemahan pendapatan seumur hidup dan daya beli hingga tertundanya pernikahan dan angka kelahiran.

Populasi China sendiri telah menyusut lebih dari 2 juta orang menjadi 1,41 miliar pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Populasi China telah menurun sebanyak 850.000 orang pada tahun 2022 dari tahun 2021.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dampak dari Ekonomi hingga Krisis Real Estat

Perekonomian China tumbuh sebesar 5,2 persen tahun lalu, terhambat oleh upaya Beijing mengurangi utang pada sektor real estate yang dulunya membengkak.

Permasalahan real estate di Tiongkok berkaitan erat dengan keuangan pemerintah daerah, karena secara historis bergantung pada penjualan tanah kepada pengembang untuk sebagian besar pendapatan.

Hal ini telah meningkatkan risiko keuangan dan mengguncang kepercayaan konsumen, karena harga konsumen berada di ambang deflasi.

"Sebagian besar lapangan kerja yang diciptakan adalah lapangan kerja berketerampilan rendah atau menengah yang tidak begitu menarik bagi lulusan universitas, banyak dari mereka kini memiliki gelar yang lebih tinggi menyusul perluasan pendaftaran pascasarjana selama pandemi," tambah EIU.

"Akibatnya, Tiongkok kesulitan menyerap tenaga kerja yang meninggalkan bimbingan belajar dan properti, dua sektor yang terpukul oleh tindakan keras pemerintah," sebutnya.

3 dari 3 halaman

Ekonomi China Diramal Melambat, Beijing Justru Bidik Pertumbuhan 5 Persen di 2024

Ibu kota China, Beijing menetapkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen untuk tahun 2024.

Target ini melampaui target tahun lalu yang di atas 4,5 persen, meskipun ada ekspektasi pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih lambat.

Melansir Channel News Asia, Selasa (23/1/2024) perekonomian ibu kota China meningkat 5,2 persen pada tahun 2023, sejalan dengan perekonomian nasional, yang sejauh ini mencatatkan pertumbuhan yang lemah pasca pandemi di tengah krisis properti yang semakin parah.

Laporan Beijing Daily, yang mengutip seorang pejabat pemerintah China mengungkapkan bahwa target pertumbuhan 5 persen dikeluarkan untuk meningkatkan optimisme masyarakat negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

"Target sekitar 5 persen diperlukan untuk menstabilkan ekspektasi dan meningkatkan kepercayaan diri, untuk mencapai tujuan penghidupan yang penting seperti lapangan kerja dan pendapatan rumah tangga," kata pejabat tersebut, yang tidak diungkapkan nama dan identitasnya.

Tetapi ia juga mengakui, "tingkat pertumbuhan sekitar 5 persen masih sangat menantang, dan mencapai tujuan tersebut memerlukan upaya yang keras".

Kota-kota lain di China bahkan membidik pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding Beijing, yakni Chongqing di bagian barat daya dan provinsi Sichuan menetapkan target pertumbuhan tahun 2024 sebesar sekitar 6 persen, sementara provinsi Shandong di bagian timur menargetkan pertumbuhan lebih dari 5 persen tahun ini.

Adapun Provinsi Hebei Utara yang menetapkan target pertumbuhan ekonomi tahun ini sekitar 5,5 persen.

 

Pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2023 sedikit lebih tinggi dari target tahunan sekitar 5 persen, sebagian ditopang oleh efek dasar rendah (low-base effect) yang terjadi pada tahun sebelumnya di tengah lockdown akibat COVID-19.

Dilaporkan, para pejabat China telah menjadikan peningkatan kepercayaan terhadap perekonomian sebagai prioritas kebijakan utama, karena dunia usaha dan konsumen khawatir terhadap keamanan kerja, pertumbuhan pendapatan, dan pasar perumahan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.