Sukses

Harga Minyak Meroket ke Level Termahal dalam Setahun, Nyaris Tembus USD 100 per Barel

harga minyak berjangka West Texas Intermediate AS menyentuh USD 95,03 per barel selama jam perdagangan Asia, menandai level tertinggi sejak Agustus 2022. Terakhir, harga minyak diperdagangkan pada USD 94,61 per barel.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak melonjak ke level tertinggi dalam setahun selama jam perdagangan Asia. Lonjakan harga minyak dunia terjadi setelah stok minyak mentah di pusat penyimpanan utama turun ke level terendah sejak Juli tahun lalu.

Persediaan minyak mentah di Cushing, Oklahoma turun menjadi 22 juta barel pada minggu keempat bulan September, mendekati batas operasional minimum, menurut data dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA). Jumlah tersebut turun 943.000 barel dibandingkan minggu sebelumnya.

Dikutip dari CNBC, Kamis (28/9/2023), harga minyak berjangka West Texas Intermediate AS  menyentuh USD 95,03 per barel selama jam perdagangan Asia, menandai level tertinggi sejak Agustus 2022. Terakhir, harga minyak diperdagangkan pada USD 94,61 per barel.

Sementara itu, harga minyak Brent naik 1,05% menjadi USD 97,56 per barel.

“Pergerakan harga minyak hari ini tampaknya didorong oleh Cushing, karena mencapai level terendah 22 juta bbl, level terendah sejak Juli 2022,” ungkap  Direktur Pelaksana TD Securities Bart Melek.

Dia mengatakan, jika persediaan minyak terus turun di bawah level tersebut, maka akan menjadi sulit untuk mengeluarkan minyak mentah ke pasar.

Melek memperkirakan harga minyak akan terus berada pada “level tinggi” hingga akhir tahun ini, dengan risiko naik jika kartel minyak global OPEC+ terus membatasi pasokan.

Defisit Pasar Minyak Global

Pasar minyak global sedang melihat defisit yang cukup kuat selain penurunan yang signifikan pada kuartal ini, kata Malek, mengutip pengurangan produksi minyak yang diterapkan oleh OPEC dan sekutunya.

Pada bulan September, pemimpin OPEC+, Arab Saudi, memperpanjang pengurangan produksi minyak mentah sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga akhir tahun. Hal ini membuat produksi minyak mentah Saudi mendekati 9 juta barel per hari.

Selain itu, Rusia telah berjanji untuk memperpanjang pengurangan ekspor minyak sebesar 300.000 barel per hari hingga akhir Desember.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Produksi Kilang

Malek juga menyoroti bagaimana produksi kilang akan mengalami penurunan dalam beberapa bulan mendatang seiring dengan semakin dekatnya musim pemeliharaan kilang. Throughput minyak mentah kilang mengacu pada volume minyak mentah yang dapat diproduksi kilang selama periode waktu tertentu.

“Kami pikir harga akan terus mendekati level tersebut untuk beberapa waktu. Tapi menurut saya itu tidak terlalu permanen. Dan kita mungkin telah melihat akhir dari reli ini," jelas dia.

Melek menyatakan, OPEC tidak berkepentingan jika harga naik hingga tiga digit, karena mereka khawatir terhadap kehancuran permintaan jangka panjang.

“Kami pikir hal ini pada akhirnya akan memberi sinyal, ketika kita semakin dekat dengan akhir tahun, bahwa mereka mungkin akan melakukan tindakan tegas untuk membatasi pasokan,” proyeksinya. Dapatkan lebih banyak dari CNBC. Berita terkini dan pembaruan di Telegram.

 

3 dari 3 halaman

Perkiraan Harga Minyak

Perkiraan harga minyak sebesar USD 100 per barel telah berubah-ubah dalam beberapa hari terakhir. 

Goldman Sachs baru-baru ini menaikkan perkiraan harga minyak Brent 12 bulan dari USD 93 per barel menjadi USD 100 didukung oleh penarikan persediaan yang sedikit lebih tajam, seperti ditulis bank investasi tersebut dalam catatan terbaru tertanggal 20 September.

“Secara keseluruhan, kami yakin OPEC akan mampu mempertahankan harga Brent pada kisaran USD 80 hingga USD 105 pada tahun 2024,” tambah laporan Goldman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini