Sukses

Jangan Khawatir, Stok Obat Terapi Covid-19 Sudah Melebihi Kebutuhan

Untuk stok obat terapi Covid-19 Favipiravir kebutuhan sebanyak 24 juta. Sedangkan stok sudah mencapai sebanyak 89 juta.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan bahwa stok obat terapi Covid-19 masih sangat mencukupi. Saat ini beberapa produsen obat dalam negeri telah berusaha untuk memperbanyak stok obat terapi Covid-19 sehingga tidak perlu impor lagi.  

Plt Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Arianti Anaya menjelaskan, Indonesia sempat kekurangan stok obat dan juga vitamin guna pemulihan pasien Covid-19 pada kisaran Juli 2021. Namun saat ini hal itu tidak terjadi lagi dan bahkan bisa dipastikan jumlahnya sudah melebihi kebutuhan.

"Pada Juli kita sempat kekurangan tapi sekarang sudah kita penuhi lagi stok. Kebutuhan sampai saat ini sebanyak 9,5 juta, stok kita ada sebanyak 65 juta," katanya di DPR, Jakarta, Senin (27/9/2021).

Arianti pun merincikan, untuk Favipiravir kebutuhan sebanyak 24 juta. Sedangkan stok sudah mencapai sebanyak 89 juta. Obat Remdesivir kebutuhan sebanyak 514 ribu dan stok mencapai 1,1 juta.

"Lalu Tocilizumab ini kita masih kekurangan, kebutuhan sebanyak 9.000 hita hanya punya stok 6.883. Ini kita kekurangan karena hanya diproduksi di beberapa negara produsennya. Prof Kadir sudah sampai ke Iran tapi belum tembus juga," jelasnya.

Kemudian IVIg kebutuhan 144 ribu, Indonesia memiliki stok 114 ribu. Untuk Oseltamivir kebutuhan per 26 September 2021 sebanyak 327 ribu, sementara stok ada sebanyak 13 juta.

"Adapun Azythromycin kebutuhan sebanyak 117 ribu sementara stok 8,4 juta. Ivermectin kebutuhan 108 ribu, sementara stok sebanyak 4,5 juta," tandas Arianti.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Uji Coba

Sebelumnya, WHO mulai menguji tiga obat COVID-19 yang sejauh ini digunakan untuk penyakit lain dalam waktu dekat. Salah satunya obat Kanker, Imatinib.

Badan PBB tersebut akan mencari tahu apakah ketiga obat itu dapat membantu pasien yang terinfeksi Virus Corona COVID-19. 

Dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (12/8/2021), WHO mengatakan bahwa tiga obat yang saat ini sedang diteliti secara global akan dilanjutkan ke fase berikutnya. Fase itu akan mengidentifikasi kemungkinan ketiga obat itu untuk mengobati COVID-19.

Penelitian tersebut diumumkan oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pertemuan WHO di Jenewa. "Hari ini, kami dengan senang hati mengumumkan fase lanjutan uji coba solidaritas yang disebut Solidarity Plus. Dalam uji coba ini, tiga obat akan dites," kata Ghebreyesus.

Ghebreyesus menjelaskan bahwa obat-obat yang sedang dites itu, dipilih oleh panel independen berdasarkan kemungkinan mereka mampu mencegah kematian pada orang yang dirawat di rumah sakit karena gejala serius COVID-19.

Ketiga obat itu adalah artesunate yang selama ini dikenal sebagai obat malaria, imatinib yang biasa digunakan untuk mengobati kanker, dan infliximab, yang digunakan pada pasien dengan gangguan sistem kekebalan.

"Kami memiliki banyak alat untuk mencegah, menguji, mengetes dan mengobati COVID-19, termasuk oksigen, deksametason, dan penghambat IL6, tetapi kami membutuhkan lebih banyak pasien dalam tahapan spektrum klinis, dari penyakit ringan hingga berat, dan kami membutuhkan pekerja kesehatan yang dilatih untuk menggunakannya dalam lingkungan yang aman," terang Ghebreyesus.

Di antara temuannya, WHO menetapkan bahwa obat remdesivir dan hydroxychloroquine tidak membantu pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit. Ribuan peneliti dari ratusan rumah sakit di 52 negara pun ikut terlibat dalam penelitian WHO tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.