Sukses

Banyak Pesawat Maskapai Nasional Bermasalah, Perawatan Tak Maksimal?

Sejumlah pesawat milik maskapai nasional mengalami berbagai kendala baik sebelum terbang hingga saat terbang

Liputan6.com, Jakarta Industri penerbangan kembali dihadapkan masalah. Sejumlah pesawat milik maskapai nasional mengalami berbagai kendala baik sebelum terbang hingga saat terbang. Bahkan, mengharuskan maskapai return to base atau kembali ke bandara awal untuk dilakukan pengecekan.

Pada 17 Februari lalu, maskapai Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 642 dari Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar tujuan Bandara Djalaluddin, Gorontalo mengalami masalah mesin saat mengudara, sehingga pesawat tersebut terpaksa harus kembali mendarat ke Makassar.

Kemudian, pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan ID-6803 rute Jambi-Jakarta mendadak harus mengalami Return To Base (RTB) pada Sabtu 6 Maret 2021. Pilot memutuskan untuk kembali ke bandar udara keberangkatan dikarenakan ada salah satu indikator menyala di ruang kokpit (yang memberitahukan atau menunjukkan) kemungkinan ada kendala teknis (technical reason).

Kemudian kejadian yang terbaru, pesawat Citilink dengan kode penerbangan QG776 terpaksa kembali ke Bandar Udara (Bandara) Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) sesaat setelah lepas landas dari bandara berkode CGK tersebut, Jumat (12/3/2021). Kembalinya pesawat Citilink QG776 ke Bandara Soekarno-Hatta akibat adanya gangguan pada tekanan udara di kabin pesawat.

Menanggapi berbagai masalah di pesawat ini, Pengamat penerbangan Gatot Raharjo mengatakan, sebenarnya dalam hal perawatan pesawat, baik pihak maskapai ataupun Kementerian Perhubungan sudah memiliki SOP yang berstandar internasional.

Hanya saja, dia sedikit mencemaskan tak maksimalnya perawatan imbas dari pandemi Covid-19. Tak maksimalnya ini karena kondisi keuangan maskapai yang tengah terpuruk hingga faktor SDM.

"Apa semua (perawatan pesawat) sudah dilaksanakan dengan baik dan benar? Soalnya hampir semua maskapai dan regulator SDM nya tidak 100 persen seperti sebelum pandemi," ucapnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (13/3/2021).

Soal SDM, kata Gatot, pola kerja Work from Office (WFO) menjadikan inspektur yang melakukan pengecekan serta perawatan pesawat harus kerja bergantian sesuai jadwal.

"Soalnya inspektur juga manusia, ada yang takut juga kerja di lapangan. Mereka tidak tiap hari masuk, ada jadwalnya. Jadi tidak 100 persen kayak sebelum pandemi," tambahnya.

"Sementara di maskapai, SDM juga dikurangi. Bahkan ada pilot yang sampai 7 bulan tidak terbang, padahal dia harus check kesehatan tiap 6 bulan," tambahnya.

Saat ini, industri penerbangan menjadi salah satu faktor penting dalam pemulihan sektor pariwisata nasional. Sedangkan sektor pariwisata sendiri, diharapkan menjadi motor pemulihan ekonomi nasional.

Untuk itu, Gatot berharap, meski pandemi belum usai, perawatan pesawat bisa dilakukan lebih maksimal.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengintip Perawatan Pesawat Garuda Indonesia

Maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk tetap giat melakukan perawatan pesawat meskipun dalam masa pandemi covid-19.

Seperti dikutip dari Instagram perusahaan @garuda.indonesia, Sabtu (23/5/2020), saat ini hampir 70 persen pesawat Garuda 'beristirahat' di darat.

Demi menjaga keadaannya agar tetap prima dan memastikan ketika tiba waktunya pesawat untuk terbang kembali, tetap memenuhi kelaikan udara adalah prioritas perusahaan Garuda Indonesia.

“Jadi selama pandemi covid-19 ini, kami telah mendaratkan pesawat, karena rute-rute berkurang. Dengan demikian penerbangan dikurangi.Tetapi untuk menjaga pesawat tetap layak terbang, kami melakukan perawatan yang namanya prolong inspection,” kata Director of Maintenance Garuda Indonesia Rahmat Hanafi.

Prolong inspection ini ada beberapa tahapan yang pihaknya lakukan sesuai dengan perawatan manual masing-masing pesawat, beberapa hal yang dilakukan untuk tetap airworthy prolong.

Misalnya untuk mesin dilakukan penutupan inlet dan knalpot belakangnya agar tidak ada partikel yang masuk ke mesin. Sedangkan untuk kabin dilakukan pembersihan dengan mengelap setiap kursi termasuk fasilitas yang menempel pada kursi, dan fasilitas pesawat Garuda Indonesia lainnya.

“Kita melakukan pembersihan kemudian kita jaga kebersihannya selama masa prolong,” ujarnya.

Tak terlewat juga membersihan toilet pesawat agar tetap bersih meskipun tidak terpakai untuk sementara waktu ini, dan juga berlanjut dengan membersihkan bagian lain yakni dapur pesawat. Semua badan pesawat baik dalam dan luar juga dilakukan penyemprotan dengan disenfektan.

“Selama beberapa hari biasanya 14 hari kami buka kembali, sehingga akan ada aliran udara di sini. Jika pesawat grounded dalam waktu lama, bantalan kursi atau sarung jok akan dilepas dan rangka kursi dibersihkan,” ungkapnya.

Kemudian pihaknya akan  menaruh bantal atau sarung jok ke laundry khusus untuk dibersihkan dan disimpan agar tetap dalam kondisi baik. Namun, apabila nanti Garuda akhirnya mengoperasikan pesawat, maka pihak Garuda akan melakukan "Persiapan untuk penerbangan atau preparation ready for flight," tambahnya.

Maka Garuda akan mengambil pesawat dari penyimpanan selama 2 hingga 3 hari sebelumnya, agar pihaknya bisa memeriksa ulang mesin, kabin, dan sistem. Sehingga pesawat itu aman dan andal saat dioperasikan.

“Dengan demikian keamanan pesawat ini telah diperbaiki, dan kenyamanan pada saat  dioperasikan juga tetap terjaga. Jadi kita terbang dengan kondisi aman, nyaman dan sehat,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.