Sukses

Bisnis Co-Living akan Meningkat Pasca Pandemi Corona

Kemunculan co-living dapat membantu pekerja-pekerja dalam memecahkan permasalahan hunian tak fleksibel ataupun berharga sewa mahal.

Liputan6.com, Jakarta - Wabah pandemi covid-19 menyebabkan daya beli di berbagai sektor ekonomi dan industri menurun. Tak terkecuali sektor properti yang ikut terdampak. Namun sektor rental hunian (Co-living) diprediksi tetap akan mengalami peningkatan dalam masa menuju new normal.

“Tentunya dengan musibah pandemi berdampak besar pada ekonomi kita dan industri, fokus pada properti sendiri besar, dalam arti kata akan banyak pergantian harga dan segi kemampuan daya beli di Jakarta dan Indonesia,” kata Vice President Jayakarta Group Nicholas Pudjiadi, dalam konferensi pers Masa Depan Bisnis CoLiving dan The Future of Living pasca Pandemi, Kamis (4/6/2020).

Kendati begitu, menurut Nicholas meskipun dampak covid-19 menyebabkan daya beli masyarakat akan menurun, serta pegembang properti akan mengambil keputusan delay akan proyeknya. Maka pastinya ia menyebut akan ada pergantian harga properti.

“Hunian Co-living, dibidang properti saya bisa melihat sektor rental akan naik, dengan daya beli yang turun orang akan terpaksa rental rumah atau tinggal di rumah orangtua, sehingga dampak covid-19 yang unik ini memaksa orang untuk sosial distancing dan pisah dari orangtua, maka akan cari alternatif tempat tinggal,” ujarnya.

Sehingga Nicholas melihat peluang dari hal itu, yang membuat beberapa orang atau pekerja akan membutuhkan hunian yang aman, dan layak untuk menunjang kerja di rumah atau Work From Home (WFH).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Membantu Pekerja

Apalagi didukung dengan ketidakpastian mengenai kapan berakhirnya wabah ini dan kapan ditemukan vaksin, oleh karena itu masih dimungkinkan terjadinya second wave covid-19. Maka dari itu, beberapa perusahaan menerapkan skenario WFH, atau merolling pegawainya dengan membatasi kapasitas orang di kantor, sehingga beberapa orang akan tetap bekerja di rumah.

“Maka orang akan mencari tempat yang layak, karena belum tentu semua rumah dan semua pegawai memiliki rumah yang nyaman untuk bekerja. Saat bekerja di rumah akan ada gangguan, baik internet yang tidak lancar atau gangguan dari sekitar seperti anak-anak yang mengganggu,” ujarnya.

Demikian kemunculan co-living dapat membantu pekerja-pekerja dalam memecahkan permasalahan hunian tak fleksibel ataupun berharga sewa mahal. Apalagi, co-living juga menyediakan berbagai event serta fasilitas umum yang dapat membantu dalam masa pandemi soal pekerjaan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.