Sukses

RI Perluas Ekspor Kakao ke Pasar Eropa

Selain mengekspor biji kakao, saat ini industri pengolahan biji kakao untuk re-ekspor juga sedang berkembang di dalam negeri.

Liputan6.com, Jakarta - Produk perkebunan merupakan andalan kekuatan ekspor komoditas pertanian Indonesia di pasar Uni Eropa. Salah satu komoditas unggulan yang hingga saat ini memiliki tren permintaan yang meningkat adalah coklat atau kakao. Neraca perdagangan Indonesia untuk produk kakao dan turunannya selalu menunjukkan tren yang positif dari tahun ke tahun.

“Tahun 2018 ekspor kakao Indonesia ke Uni Eropa mencapai USD 215,2 juta. Naik sebanyak 22 persen dibandingkan nilai ekspor di tahun 2017 yakni sebesar USD 201,7 juta,” ujar Atase Pertanian Indonesia (ATANI) untuk Belgia, Wahida, Selasa (4/6/2019).

Menurut dia, angka ini baru sekitar 1 persen dari total nilai impor Uni Eropa (UE) untuk produk kakao dan turunannya, yang mencapai USD 27,4 miliar. Negara importir kakao ke UE terbesar adalah Pantai Gading sebesar USD 4 miliar, Ghana USD 1,5 miliar dan Nigeria USD 672 juta.

Berdasarkan data yang dilansir oleh Eurostat, Uni Eropa merupakan negara pengkonsumsi kakao terbesar di dunia, yakni sebesar 8-9 kg per kapita per tahun.

“Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan volume ekspor kakao dan produk turunannya yang berkualitas dan sustainable,” lanjut dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Re-Ekspor

Wahida menyebutkan, selain mengekspor biji kakao, saat ini industri pengolahan biji kakao untuk re-ekspor juga sedang berkembang di dalam negeri. Sebagai catatan, di 2018 Indonesia mengimpor biji kakao sebanyak 240 ribu ton dengan nilai impor mencapai USD 528 juta.

"Supply biji kakao nasional yang tersedia masih belum mampu mencukupi kapasitas terpasang industri olahan kakao. Pabrik-pabrik pengolahan kakao mengolah biji kakao menjadi intermediate goods untuk selanjutnya diekspor ke negara-negara konsumen utama seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang,” jelas Wahida.

Sementara itu, Atase Perdagangan KBRI di Brussel, Merry Astrid Indriasari menambahkan, pengamanan akses pasar komoditi strategis melalui liberalisasi tarif menjadi kunci dalam perundingan IEU CEPA. Hal ini diyakini juga bisa mendorong laju ekspor komoditi kakao dan produk turunannya ke pasar UE.

 

3 dari 3 halaman

Percepat Negosiasi

Hingga saat ini, Indonesia telah mengusulkan initial offer untuk lebih dari 10 ribu pos tarif, termasuk di dalamnya kakao dan produk turunannya, di mana cacao butter masih menjadi produk unggulan ekspor Indonesia dengan volume ekspor mencapai 24,6 ribu ton di 2018.

“Kita harapkan ini bisa mempercepat proses negosiasi untuk mengejar ketertinggalan dengan negara ASEAN lainnya yang sudah memiliki FTA dengan UE,” tandas Astrid.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.