Sukses

Sektor Barang Konsumsi Dorong IHSG Menghijau ke 5.800,81

Sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham perkebunan turun 0,68 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu ditutup di zona hijau pada perdagangan Selasa ini meskipun sempat mengalami tekanan. 

Pada penutupan perdagangan saham Selasa (16/10/2018), IHSG naik 73,56 poin atau 1,28 persen ke posisi 5.800,81. Indeks saham LQ45 menguat 1,90 persen ke posisi 917,40. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.

Sebanyak 200 saham menguat sehingga mendorong IHSG. Selain itu 195 saham melemah dan 111 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.800,81 dan terendah 5.719,50.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 358.655 kali dengan volume perdagangan 8,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6 triliun. Investor asing beli saham Rp 264 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 15.182.

Sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham perkebunan turun 0,68 persen. Sektor saham barang konsumsi naik 2,35 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur naik 2,14 persen dan sektor saham manufaktur terdongkrak 2,05 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham CITY mendaki 25 persen ke posisi Rp 545 per saham, saham DIGI bertambah 24,84 persen ke posisi Rp 1.005 per saham, dan saham RMBA menanjak 13,94 persen ke posisi Rp 376 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham IBST susut 19,79 persen ke posisi Rp 5.775 per saham, saham VRNA merosot 13,39 persen ke posisi Rp 110 per saham, dan saham LPCK terpangkas 13,36 persen ke posisi Rp 1.200 per saham.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tidak Sesuai Prediksi

Realisasi pencapaian IHSG ini tidak sesuai dengan prediksi. Pengamat pasar modal, Edwin J. Sebayang sebelumnya mengatakan, potensi IHSG terkoreksi pada perdagangan hari ini masih cukup besar.

"Selain perang dagang dan depresiasi rupiah. Dari data ekonomi cukup mengecewakan ya, meskipun trade-nya surplus tapi dari situ sudah kelihatan sekali tanda-tanda pelambatan ekonomi makanya dolar menguat lagi," tutur dia kepada Liputan6.com.

Edwin menambahkan, peluang kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) juga menjadi sentimen eksternal yang menekan IHSG pada pergerakan indeks hari ini.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.