Sukses

Jurus LPS Dukung Riset Ekonomi dan Keuangan di Indonesia

LPS gelar LPS Research Fair 2018 sebagai ajang memperkenalkan hasil riset dalam bidang penjaminan, resolusi dan stabilitas ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menggelar LPS Research Fair 2018 sebagai ajang memperkenalkan hasil riset dalam bidang penjaminan, resolusi dan stabilitas ekonomi.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), Halim Alamsyah, menyatakan Research Fair 208 ini merupakan bagian dari program transformasi LPS untuk mendukung kegiatan riset yang kian berkembang di Indonesia. LPS juga mengamati dan mendalami beberapa riset bidang sistem keuangan.

"Kita berharap research fair ini memberi manfaat sekaligus pandangan baru terkait stabilitas sistem keuangan yang merupakan area yang sedang berkembang dewasa ini," kata Halim dalam sambutannya, di Hotel Luwansa, Jakarta, Selasa (25/9/2018).

Dalam kegiatan ini, LPS menerima sebanyak 45 proposal dari 26 universitas. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 proposal yang lolos seleksi. Kemudian disaring dan dievaluasi lagi hingga mendapatkan delapan proposal terbaik yang akan didanai oleh LPS.

Adapun delapan proposal pilihan yang akan dipresentasikan dan didiskusikan dalam LPS Research Fair 2018 tersebut yakni, pertama Stabilitas Sistem Perbankan dan Pendekatan Ekonomi Behavioral: Studi Kasus Nasabah Premium di Indonesia. Kedua, Konsolidasi, Manajemen Risiko dan Mekanisme Disiplin Pasar di Perbankan Indonesia.

Ketiga, Simpanan Berelasi: Baik atau Buruk untuk Stabilitas Bank?. Kemudian keempat, Impact of Profit-loss Sharing System on Islamic Banks Stability. Kelima, Skema Asuransi Simpanan Eksplisit dan Pengaruhnya Terhadap Stabilitas Sistem Perbankan di Indonesia.

Keenam, Pemetaan Probability Default dan Stress Testing Sektoral Sebagai Upaya Penguatan Sistem Prioritas Pembiayaan Perbankan. Selanjutnya , Manakah Indikator Terpenting Stabilitas Sistem Keuangan: Aplikasi Metode Analytic Network Process, dan terakhir Model Perhitungan Premi Asuransi Deposito Berbasis Risiko: Pendekatan Teori Penilaian Opsi.

"Pertama tugas kita di sini adalah mendalami (hasil research). Kedua kita melihat bagaimana menyebarkan informasi yang benar dan membuat diskusi yang lebih intens. Ini menjadi research menantang dan menarik," ujar Halim.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

LPS: Perbankan RI Kuat Hadapi Gejolak Ekonomi Global

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Halim Alamsyah, menyatakan bahwa kondisi perbankan dalam negeri saat ini tengah siap dalam menghadapi gejolak perekonomian dunia. Hal tersebut ditandai dengan pemberian kredit yang disalurkan perbankan lebih banyak menggunakan rupiah ketimbang dolar Amerika Serikat (AS).

"Perbankan kita relatih baik setelah krisis 1998, apalagi dengan pengetatan aturan prudensial dikatakan bahwa perbankan kita cenderung bermain di dalam negeri sendiri lebih banyak mereka condong memberikan kreditnya itu bahkan ke rupiah. Rata-rata cuma 14 persen pemberian kredit terhadap valuta asing (valas)," ungkap Halim saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Rabu 12 September 2018.

Selain pada pemberian kredit, penguatan perbankan dalam negeri juga tercemin dari net poin posision. Di mana perbankan sangat konserfatif dalam memberikan kredit dalam bentuk valas.

"Dan ini juga tercermin dari net open posision mereka (perbankan). Mereka enggak pernah lebih dari 10 persen padahal maksimumnya diberikan 20 persen perbandingan antara aset valas dikurangi dengan liabilitas valas,'" ungkapnya.

Dengan begitu, dirinya menilai, gejolak perekonomian dunia saat ini dampaknya tidak terlalu terlalu besar untuk sektor perbankan di dalam negeri. Sebab perbankan lebih banyak melakukan transaksi menggunakan Rupiah.

"Jadi perbankan kita gejolak kurs buat mereka mereka enggak takut karena sumber pendaptannya bukan dari valas. Dan mereka pendapatannya dari kredit dalam Rupiah itu," terangnya.

"Saya rasa mereka lebih rasional dalam artian ngapain saya susah-susah cari keuntungan kalau kredit dalam rupiah net interest margin 5 persen. Kalau dalam dolar paling cuma tipis berapa jadi mereka rasional mengejar profit," tutur Halim.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.