Netanyahu dan Biden Berselisih soal Dukungan terhadap Israel dalam Perang di Jalur Gaza

Biden berharap gencatan senjata antara Israel dan Hamas dapat tercapai selambat-lambatnya Senin, 4 Maret.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 28 Feb 2024, 10:02 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Dok. AFP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Dukungan rakyat Amerika Serikat (AS) terhadap Israel akan membantu negara itu berjuang sampai mencapai kemenangan total atas Hamas. Hal itu disampaikan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Selasa (27/2/2024).

Netanyahu mengutip jajak pendapat yang menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen warga AS mendukung Israel atas perang di Jalur Gaza.

Pernyataan Netanyahu muncul setelah Presiden Joe Biden memperingatkan bahwa Israel berisiko kehilangan dukungan global dalam perang melawan Hamas tersebut.

Lebih lanjut Netanyahu mengatakan bahwa sejak awal konflik dia telah memimpin kampanye melawan tekanan internasional untuk mengakhiri perang lebih awal dan memobilisasi dukungan untuk Israel.

"Kami mencapai keberhasilan yang signifikan dalam bidang ini," Netanyahu menambahkan, mengutip jajak pendapat baru-baru ini yang menunjukkan bahwa 82 persen masyarakat AS mendukung Israel. "Ini memberi kami lebih banyak kekuatan untuk melanjutkan kampanye hingga meraih kemenangan penuh."

Sebelumnya, pada Senin (26/2), Biden berharap gencatan senjata antara Israel dan Hamas dapat tercapai selambat-lambatnya Senin, 4 Maret.

Presiden AS itu kemudian juga menyatakan bahwa Israel bisa kehilangan dukungan dari seluruh dunia jika mereka tetap mempertahankan pemerintahan yang sangat konservatif yang mereka miliki.

Adapun jajak pendapat lain yang dilakukan oleh Associated Press dan Norc menemukan bahwa sekitar separuh orang dewasa di AS pada Januari percaya bahwa Israel telah "bertindak terlalu jauh" - angka itu naik dari 40 persen pada November 2023.

2 dari 3 halaman

Gencatan Senjata Terus Diupayakan

Anak-anak Palestina yang mengungsi berkumpul untuk menerima makanan di sebuah sekolah pemerintah di Rafah, Jalur Gaza selatan pada 19 Februari 2024. (MOHAMMED ABED/AFP)

Para pejabat Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri AS pada Selasa mengonfirmasi bahwa perundingan mengenai gencatan senjata terus berlanjut, namun menolak memberikan rincian mengenai substansi perundingan atau kemungkinan jadwalnya.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa kemajuan signifikan telah dicapai pekan lalu menuju kesepakatan, yang memungkinkan para sandera meninggalkan Jalur Gaza dan membiarkan bantuan kemanusiaan masuk.

"Kami sedang membangun kemajuan tersebut pada minggu ini dan presiden serta timnya tetap terlibat sepanjang waktu dengan banyak mitra di kawasan ini," jelas Kirby. "Tetapi seperti yang dikatakan presiden dalam 24 jam terakhir ini, belum ada kesepakatan yang dicapai. Dan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan."

Gencatan senjata tersebut, kata Kirby, diharapkan akan memberikan jeda selama enam minggu, jauh lebih lama dibandingkan jeda sebelumnya dalam pertempuran.

"Mungkin hal ini bisa menghasilkan pendekatan yang lebih baik untuk mengakhiri konflik," ungkap Kirby.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller menuturkan bahwa para diplomat AS – yang bekerja sama dengan Qatar, Mesir, dan Israel – mencoba untuk mendorong kesepakatan gencatan senjata hingga mencapai garis akhir.

"Namun, pada akhirnya, kita memerlukan Hamas untuk mengatakan 'ya'," ujar Miller.

3 dari 3 halaman

Beda Prioritas

Warga Palestina memeriksa kerusakan di sekitar bangunan tempat tinggal setelah serangan udara Israel di kamp pengungsi Rafah di Jalur Gaza Selatan pada 1 Desember 2023, (SAID KHATIB/AFP)

Seorang pejabat Hamas sebelumnya mengatakan kepada BBC News bahwa prioritas kelompoknya adalah mengakhiri perang, dibandingkan pembebasan sandera.

Israel melancarkan serangan udara dan darat skala besar ke Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 setelah Hamas menyerbu Israel selatan hingga menewaskan setidaknya 1.200 orang dan menyandera 253 orang - beberapa di antaranya telah dibebaskan.

Sementara itu, otoritas kesehatan Jalur Gaza mengatakan setidaknya 29.878 orang telah tewas di wilayah tersebut sejak saat itu – termasuk 96 kematian dalam 24 jam terakhir. Korban luka sendiri mencapai 70.215 orang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya