Tangkal Islamophobia, Imam Syamsi Ali Ajak Dai Perbaiki Kemampuan Komunikasi

Islamophobia atau ketakutan dan kebencian terhadap ajaran Islam kembali merebak sejak tragedi pembunuhan seorang guru di Prancis.

oleh Yopi Makdori diperbarui 12 Nov 2020, 05:55 WIB
Perlawanan pada Islamophobia (Bintang Pictures)

Liputan6.com, Jakarta - Islamophobia atau ketakutan dan kebencian terhadap ajaran Islam kembali merebak sejak tragedi pembunuhan seorang guru di Prancis. Untuk menangkal ini, Imam of Jamaica Muslim Center, Amerika Serikat (AS), Syamsi Ali menilai, seorang dai dituntut untuk lebih pandai mengkomunikasikan ajaran Islam ke komunitas di luar Islam.

Menurutnya, dai juga mesti memiliki relasi yang baik dengan media. Di mana saat-saat seperti ini, dia menilai media, terutama di negara mayoritas non-muslim, kerap tak proporsional memahami ajaran Islam yang akhirnya bermuara pada pengembusan narasi Islamophobia.

"Kita harus memiliki (hubungan) yang baik dengan media ini. Nah untuk memiliki relasi yang baik dengan media ini bagi umat Islam tentu diperlukan, khususnya mereka yang aktivis diperlukan communication skill," kata Syamsi Ali dalam Seminar Online oleh Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) melalui kanal Youtube FISIP UMJ, Rabu (11/11/2020).

Pasalnya dia melihat, banyak para dai yang kurang cakap dalam menyampaikan ajaran Islam ke pihak luar.

"Sebab salah satu kekurangan umat Islam dan khususnya para dai kita, para ulama kita, para aktivis kita adalah kurang mampu dalam mengkomunikasikan kebenaran itu," ucap dia.

Pria kelahiran 5 Oktober 1967 di Bulukumba, Sulawesi Selatan itu menjelaskan bahwa bukan berati seorang dai harus membelokkan kebenaran untuk menyampaikan syiar Islam ke pihak luar. Kebenaran tak akan berubah dan akan presisten.

Yang jadi soal bagaimana para dai ini mengkomunikasikan kebenaran itu dengan tepat.

"Ini yang kemudian jadi catatan yang sangat penting. Terkadang kita ini mengkomunikasikan Islam dengan komunikasi buldoser, dihantam semuanya. Itu tidak pernah membangun justru merusak. Atas nama Allah, atas nama Muhammad tapi kita sampaikan dengan cara-cara yang tidak benar, justru merusak," tegasnya.

 

2 dari 2 halaman

Harus Berani Tampil di Media

Oleh karena itu, menurut pria yang memiliki nama lengkap Mohammed Utteng Ali tersebut, umat Islam harus mampu mengkomunikasikan ajarannya dengan jalan yang ramah.

"Saya Alhamdulillah dengan segala kekurangan yang ada pada saya, apakah itu kekurangan bahasa, dan lain sebagainya tapi dengan Fox News enggak pernah (konflik). Fox News itu adalah TV yang paling anti-Islam di Amerika. Dengan CNN, dengan NBC, dengan ABC dan sebagainya Alhamdulillah," kata Syamsi Ali.

"Kenapa? Saya memaksakan diri, karena bagi saya kalau kita tak memaksakan diri dan tampil untuk mewakili Islam, maka kita akan diwakili orang lain," sambungnya.

Dia mengungkap, sebelum tragedi serangan teroris terhadap Menara World Trade Center (WTC) di New York pada 11 September 2001, mereka yang berbicara tentang Islam di Amerika Serikat (AS) adalah Yahudi atau Kristen.

"Alhamdulillah setelah 9/11 (Tragedi WTC) itu sudah mulai bergeser, kenapa? Kita (komunitas muslim) mulai tampil di media," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya